BAB 4 : BERTEMU STALKER!

61 7 0
                                    

Daeyeol berlari kencang. Lari seperti orang gila, menelusuri lorong, menuju ke lantai bawah. Dia menerobos pintu utama dan langsung berhenti tepat di depan teras gedung seni musik. Matanya menatap sekeliling. Memindai dari ujung kanan ke ujung kiri. Meneliti satu persatu orang yang mampu dia lihat dalam jarak pandang terbatas.

Tidak ada yang mencurigakan di sekitar tempat itu. Taman sederhana yang membatasi gedung pertama dan kedua tampak sepi. Hanya ada sekitar 10 orang dan itu termasuk Bomin yang masih duduk di kursinya, di dalam kantin yang terletak di samping gedung seni rupa.

Sampai sekarang, anak itu belum menyadari kehadiran Daeyeol. Itu agak membuat Daeyeol lega, tapi juga membuat dia makin merasa bersalah.

Kembali fokus, Daeyeol menggelengkan kepala. Dia tidak punya banyak waktu untuk mengasihani diri. Saat ini dia punya tujuan yang lebih penting. Idenya sangat sederhana. Mungkin, jika dia bisa menangkap stalker ini keadaan bisa kembali seperti semula. Dia bisa mencegah apa yang akan terjadi, kemudian dia bisa menjelaskan kepada Bomin kenapa dia harus bertindak seperti itu, lalu… semua akan kembali normal seperti sedia kala.

Ya, itu yang dia harapkan.

Daeyeol memantapkan langkah. Lurus  ke arah gerbang di depannya. Rangka besi sederhana dengan berbentuk melengkung yang ditumbuhi tanaman bersulur tanpa bunga. Benda ini adalah penghubung antara jalan gedung seni musik dan gedung seni rupa. Jika stalker itu kabur. Dia seharusnya lewat tempat ini.

Dalam tiap langkahnya, Daeyeol membulatkan tekad. Dia akan menangkap penguntit itu hari ini juga. Jika memungkinkan, Daeyeol akan melakukan scaning dengan penglihatannya. Meski dia sendiri tidak yakin apa itu akan berhasil atau tidak.

Ini karena kekuatannya tidak bekerja seperti itu. Dia hanya pembaca visi yang ‘beruntung’, bukan seorang pembaca memori. Daeyeol hanyalah seorang Psychometry  terbatas, seorang Prekognisi tingkat rendah, dan terkadang seorang Claircognizance yang berguna. Bukan seorang master telepati.

“CK!”

Memikirkan itu membuat Daeyeol berdecak keras. Ingin rasanya ia berteriak atau mengumpat, tapi dia bahkan tidak tahu harus dilampiaskan pada apa. Percuma saja punya kekuatan, jika dia masih harus bekerja keras untuk mendapatkan jawabannya.

Terkadang, Daeyeol merasa kelebihannya justru terasa seperti kutukan. Membuat hidupnya makin rumit dan membuat orang- orang di sekelilingnya terlibat banyak masalah. Tapi Daeyeol bisa berbuat apa? Ini pemberian sejak dia lahir. Tidak ada yang bisa mencegah atau menghentikannya, dan sekarang dia harus menerima resiko dan tanggung jawab itu tanpa bisa berbuat apa- apa.

“Hm.”

Tiba- tiba Daeyeol mendengar suara aneh dari belakang punggungnya.

“Hm..”

Seperti suara seseorang yang tengah bersenandung, tapi tanpa tenaga.

“Hm…~”

Daeyeol yang penasaran akhirnya membalik tubuh. Di atas kursi kayu panjang, dia melihat juniornya- Kim Jibeom tengah duduk santai sambil memakan es loli batang. Tubuh anak itu hampir tidak terlihat, tertutupi bayangan semak setinggi dua meter yang berada tepat di belakang kursi yang ia duduki.

Anehnya, pemuda itu juga memakai baju yang berwarna senada. Hijau bergaris putih yang membuat Jibeom makin terlihat seperti ulat raksasa.

“Apa yang kamu lakukan disana?” Daeyeol bertanya tanpa basa- basi. Alisnya makin menikuk turun saat dia lihat perubahan ekspresi di wajah anak Busan. Jibeom tampaknya tidak berniat menyapanya. Anak itu bahkan berkedip- kedip bingung saat mendengar Daeyeol selesai bicara.

24 HOURS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang