BAB 5 : Teman Baru

51 6 2
                                    

Bomin tidak tahu kenapa Myungsoo memanggilnya kedalam ruang klub, mungkinkah ada suatu hal penting yang harus mereka bahas?

Bomin melirik tempat duduk yang tersedia. Bangku yang biasanya di isi oleh tiga orang sudah penuh, sementara tempat duduk disamping ketua masih kosong.

Bomin menghela nafas. Dia tahu sejak kakak Daeyeol kembali ke kampus hubungan mereka berdua menjadi lebih renggang.

"Apa jangan jangan ini karena senior Sungyeol?"  dia menerka nerka berbagai alasan untuk kesekian kalinya.

Bomin segera mendapatkan sebuah ide. Bagaimanapun juga kalau ia ingin tetap dekat dengan Daeyeol, mungkin jalan yang terbaik adalah dekat dengan anggota keluarganya yang lain juga.

Bomin menyela tempat duduk antara Daeyeol dan Sungyeol. Walaupun sebenarnya dia sangat malu untuk melakukan hal seperti ini tapi tidak ada jalan lain, situasi canggung antara dia dan Daeyeol harus segera dibenahi sebelum makin menjadi.

Bomin tidak mau buruk sangkanya terus bertumpuk membuat situasi yang tadinya baik baik saja menjadi kacau.
Dia berusaha membuka pembicaraan singkat dengan Daeyeol. Namun saat laki laki itu mencoba menatap mata lawan bicaranya, Daeyeol seolah sengaja memalingkan wajah.

Saat Bomin mencoba menatapnya kembali, Daeyeol segera mengalihkan diri ke arah lain.

Kali ini Bomin yakin bahwa Daeyeol benar benar menghindarinya.
Tapi kenapa dia tidak pindah saja kalau memang merasa tidak nyaman?, kenapa memilih untuk bertahan di situasi canggung seperti ini?.
Bomin khawatir bahwa sifat dingin Daeyeol akhir akhir ini hanya perasaannya saja.

***

Waktu menunjukkan pukjul 3 sore setelah Bomin berusaha menyelesaikan tugasnya yang tertunda akibat pertemuan klub misteri.

Anehnya dia bahkan tidak bisa fokus pada kasus yang dibacakan oleh senior Myungsoo. Pikirannya terus melayang memikirkan suasana dalam klub yang makin berubah sejak kehadiran Sunggyu dan Sungyeol kembali ke dalam klub.

Bukannya Bomin membenci mereka, tapi.. dia merasa bahwa perannya di dalam klub semakin kecil bahkan seolah olah mereka sudah "tidak membutuhkannya" lagi.
Ditambah kehadiran seorang perempuan yang memperkenalkan diri sebagai anggota baru dan langsung diterima oleh ketua membuatnya semakin yakin bahwa dia akan semakin dikucilkan setelah ini.

Bomin sibuk mengutak atik lembaran not balok dihadapannya, tugas ini adalah bagian yang paling tidak ia sukai. Menulis instrumen musik bukan perkara gampang apalagi kalau kita tidak berhasil mendapatkan inspirasi sampai tanggal yang ditentukan.

"Hah...", Bomin menghela nafas panjang sambil melempar pulpennya ke atas meja. Ia mengacak acak tatanan rambut crop cut  nya hingga menjadi berantakan total seperti baru bangun tidur.

"Aku tidak bisa menyelesaikan tugas ini sendiri, aku butuh bantuan" , batinnya seraya meraih ponsel dan memanggil sebuah nama dalam daftar panggilan cepatnya...

"Tuttt....tuut....." suara panggilan yang tersambung namun tak kunjung diangkat.

Nomor yang anda tuju tidak menjawab. Silahkan tinggalkan pesan setelah bunyi bip-

"Aish!" Bomin mengumpat kesal, kali ini dia melempar ponselnya ke atas meja.

Dia tidak mau pulang karena terus terintimidasi dengan deadline tugasnya yang belum terselesaikan sementara tak satupun ide segar muncul dalam otaknya.

24 HOURS (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang