✒......................✒
'Yang bersamamu bukan lagi manusia, tapi iblis. Aku akan menunggumu menderita dan menjadi orang yang tertawa paling awal apabila rencanaku berhasil'
✒.......................✒Rabu, 02 Januari 2019.
Jam 09:00.Nadila meraba nisan di hadapannya. Begitu menyakitkan menyadari seseorang yang terbaring dan terkubur di dalam tanah di hadapannya adalah orang yang dia cintai.
Kenangan tentang Albi sangat sulit untuk Nadila lupakan. Sebenarnya hal ini membuat Nadila frustasi. Bagi Nadila, mengikhlaskan cintanya pergi dengan yang lain, lebih mudah dibandingkan mengikhlaskan si pemilik cinta pergi untuk selamanya. Tapi Nadila, akan berusaha ikhlas.
Karena apapun yang terjadi, tidak bisa cintanya ini terganti dengan orang lain. Karena perjuangannya selama ini, bukan untuk meminta balasan cinta, bukan untuk menyadarkan Albi, bukan untuk menyiksa Albi, dan bukan untuk meminta Albi mencarikan orang lain untuknya. Bukan untuk itu semua. Tapi untuknya. Untuk dirinya sendiri.
Nadila melakukan semua ini karena dia memang mencintai Albi.
"Bi, kenapa tidak bisa mencintaiku sepenuhnya? Bagaimana kamu bisa bersikap egois seperti ini? Kenapa kamu bisa tenang begitu meninggalkan aku?"
Air mata Nadila jatuh lagi karena menyadari, sampai kapanpun pertanyaannya tidak akan pernah dijawab oleh Albi.
Rasanya begitu menyesakkan dada karena Nadila tidak bisa melakukan apa-apa untuk membuat Albi kembali padanya. Rasanya begitu menyakitkan saat tahu setelah ini, tidak ada yang bisa dia perjuangkan.
"Albi.. Kamu tidak tahu kan? Rasanya sakit Bi! Sakit rasanya! Kenapa kamu pergi?!" teriak Nadila frustasi. Tidak ada yang mendengarnya. Kecuali angin yang bertiup dan menerbangkan daun hingga jatuh ke atas gundukan-gundukan tanah di tempat itu. Kecuali juga seseorang yang menatap punggungnya sendu dari jauh. Seseorang itulah yang Albi percayakan untuk menjaga Nadila.
"Kamu, terlalu egois," ucap Nadila.
Albi.. Memang egois.
"Kamu tidak pantas dicintai ataupun disayangi karena kamu adalah iblis," sambungnya.
Nadila terisak, "Ta..tapi kamulah suamiku, Bi. Kamu suamiku.."
Air mata Nadila tidak berhentinya terjatuh. Semua rasa yang meliputi hatinya adalah..
Rasa kecewa..
Rasa marah..
Dan rasa sedih...
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫~♥~
Nadila benar-benar menemukan diri lain dari Albi. Laki-laki itu tampak begitu dingin dan sinis. Apalagi setelah kepulangan ketiga keluarganya.
"Kenapa, Mas?" tanya Nadila.
Tapi Albi tidak menjawab. Laki-laki itu malah menatapnya datar dan tidak berkedip.
"Jangan pernah ngizinin Lifia, Bunda, dan Revan dateng ke rumah tanpa seizin saya!"
"Ta-
"Ya?!"
Pasrah, Nadila mengangguk. Albi tampak puas. Sambil terkekeh dia berjalan masuk ke ruangan kerjanya.
Baru saja Nadila akan berbalik, hendak menaiki tangga, Albi sudah memanggilnya.
"Apa?" tanya Nadila sambil menatap Albi. Laki-laki itu sudah menggulung hoodienya sebatas siku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan terindah (Completed)
SpiritualSetiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi kehidupan dan juga waktu tidak akan pernah berhenti. Kematian seseorang adalah taqdir yang telah Allah tetapkan. Walaupun seseorang kehilangan, yang sudah pergi tidak bisa dikembalikan. Kepergian memang mem...