◽▫✉▫◽
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. {Q.S. Ali-'Imran:191}
◽▫✉▫◽03 Januari 2019.
20:00.Nadila memeluk dirinya sendiri. Semilir angin menerpa wajahnya. Tak peduli seberapa dingin udara disekitar balkon, Nadila tetap bertahan. Rasa dingin ini, tak seberapa dibanding rasa sakitnya.
Nadila menyesal dan kesal. Apa gunanya dia mengingat semua peristiwa yang dialaminya sejak mengenal Albi jika hal itu hanya akan membuatnya bertambah terluka dan tersakiti.
Nadila memukul-mukul dada kirinya. Kenapa rasanya tetap sesak? Mengapa sulit sekali ikhlas?
Nadila memejamkan matanya, lalu kembali memeluk dirinya sendiri.
Baiklah.. Pergi, Bi. Pergi yang jauh. Jangan pernah datang ke mimpiku, aku mohon. Jangan pernah beri aku celah untuk mengingatmu. Pergilah dan jangan tinggalkan sedikitpun alasan untukku mengingatmu.
Nadila bangkit dan menutup pintu balkon. Dia berwudhu kemudian bersiap untuk tidur. Sebelum mematikan lampu, dia berdoa dan memandang langit-langit kamarnya lama. Akankah semuanya lebih baik besok?
••♡••
Pagi-pagi sekali, Nadila keluar dari kamarnya. Dia menemukan Revan dan Wafi yang tertidur di ruang tv. Tak ada orang lagi selain keduanya. Nadila mengulum senyumnya, lalu membereskan rumah, mencuci, dan memasak.
Setelah itu, Nadila ke tamam belakang, duduk sambil memberi makan ikan.
"Makan yang banyak, ya. Karena berpura-pura bahagia itu butuh tenaga!"
Nadila tersenyum melihat betapa lahapnya ikan-ikan itu.
"Kak Nadila?" panggil seseorang. Nadila menoleh, Revan.
"Eh, udah bangun, Van. Aku udah buat sarapan, makan ya. Aku udah makan tadi".
Bukannya pergi, Revan malah ikut duduk di dekat kolam ikan dengan jarak yang cukup jauh dengan Nadila.
"Jam tujuh nanti bunda dateng kesini."
Nadila menoleh, "Kenapa repot-repot? Kakak baik-baik aja, kok. Bilangin bunda nggak usah, Van. Ka—
"Kak, plis. Semua khawatir sama kakak. Kakak harus keliatan lebih baik lagi supaya semuanya percaya kakak baik-baik aja dan berenti khawatirin kakak"
Nadila menghela nafasnya panjang. "Kakak ngerepotin banget, ya? Apalagi buat kamu. Yang harus kuliah sekaligus ngantor"
Revan menggeleng.
"Kakak udah mutusin, bakalan balik ke pesantren"
Revan menoleh, "Keputusan kakak bener-bener bakalan nyakitin bunda. Bunda pasti sedih, karena bunda udah anggap kakak kayak anaknya sendiri"
Nadila melemparkan makanan ke kolam ikan dan tersenyum, "Kakak bakalan ke rumah bunda setiap hari minggu".
"Tolong jangan ambil keputusan sepihak, ka"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan terindah (Completed)
SpiritualSetiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi kehidupan dan juga waktu tidak akan pernah berhenti. Kematian seseorang adalah taqdir yang telah Allah tetapkan. Walaupun seseorang kehilangan, yang sudah pergi tidak bisa dikembalikan. Kepergian memang mem...