~♥~
Es aja bisa mencair. Masa kamu nggak? Aku akan berusaha bertahan seperti janji aku diawal pernikahan kita.
~♥~Wafi akhirnya mengantarkan Nadila pulang ke rumahnya pada pukul 17:00.
Tak mau terjadi keributan akibat kedatangannya, Wafi langsung pergi setelah Nadila sampai di depan pintu rumahnya.
Saat memasuki rumah, Nadila disambut dengan keheningan. Mungkin Mas Albi belum pulang, batinnya.
Nadila menaiki anak tangga dengan perlahan dan rasa letih. Hari ini dia begitu lelah. Lelah raga dan jiwa.
Nadila membuka pintu perlahan,
"Kamu pulang juga," ucap Albi. Nadila terlonjak kaget. Dia sampai memegangi dadanya.
Butuh waktu satu menit untuk Nadila kembali kealam sadarnya.
"Iya. Aku masih mau pertahanin rumah tangga kita," jawab Nadila sambil berjalan masuk.
Dia menaruh tasnya dan melepas hijabnya. Setelah itu Nadila mengambil handuk, hendak mandi.
"Abang kamu nggak ngelarang kamu pulang?" tanya Albi sambil duduk di kasur.
"Ngelarang kok," jawab Nadila. Hanya itu. Setelah itu Nadila masuk ke kamar mandi. Selesai Nadila bersih-bersih, adzan maghrib berkumandang.
Nadila dan Albi menunaikan shalat maghrib berjama'ah. Setelah berdoa, Albi membalikkan badannya. Nadila mencium punggung tangan Albi.
"Kenapa mau balik? Emangnya nggak cukup rasa sakit yang saya kasih?" tanya Albi.
Nadila menggeleng, dia menatap Albi sambil berucap serius,"Bukannya nggak cukup. Aku cuma masih bisa bertahan."
Albi tersenyum miring, "Ya berarti yang kemarin itu kurang. Belum ngelewatin batas sabar kamu"
Nadila menghela nafas panjang, "Iya terserah kamu"
Nadila hendak berdiri, tapi Albi menahan pergelangan tangannya.
"Kenapa bertahan?"
"Karena aku cinta"
"Kamu cinta sama siapa?"
Nadila tersenyum, "Sama kamu"
Albi tertegun. "Ngapain orang kayak aku dicintain"
"Nggak tau, kalau aku bisa milih, aku nggak mau cinta sama kamu, nyakitin tau. Mungkin aku emang bodoh makanya pertahanin kamu. Lagian aku percaya, es aja bisa mencair masa kamu nggak? Aku akan berusaha bertahan seperti janji aku diawal pernikahan kita. Hemm... Udah cukup kan jawaban aku? Aku mau istirahat, capek. Kamu udah makan?"
Albi menggeleng lemah, masih tertegun atas ucapan Nadila.
Nadila tersenyum dan mengusap bahu kiri Albi. "Aku masakin, ya. Kamu harus makan"
Setelah itu, Nadila pergi ke dapur.
Dia menyiapkan makanan untuk Albi. Disela-sela Nadila yang sedang memasak, Ali memeluk Nadila dari belakang. Nadila mematikan kompor, untung saja masakannya sudah matang.
Nadila hendak membalikkan badan tapi Albi malah menyembunyikan kepalanya ditengkuk Nadila sambil berucap, "Biar kayak gini dulu".
Nadila diam. Albi memang tampak aneh sejak tadi. Dia tidak marah-marah dan lebih banyak diam, bahkan tertegun.
"Ada apa, Bi?"
Albi masih diam dan tidak menjawab.
Albi melepas pelukannya. Dia duduk di meja makan dan menunduk, "Ada orang dalem perusahaan aku yang diem-diem ngasih rancangan game terbaru aku—yang bahkan belum dirilis, ke saingan aku di pasar game."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan terindah (Completed)
SpiritualSetiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi kehidupan dan juga waktu tidak akan pernah berhenti. Kematian seseorang adalah taqdir yang telah Allah tetapkan. Walaupun seseorang kehilangan, yang sudah pergi tidak bisa dikembalikan. Kepergian memang mem...