٧ - Kenangan Terindah

78 6 0
                                    

-▫-
Kamu itu aneh, sekalinya baik, baik banget. Aku sampe terbang keangkasa. Tapi sekalinya jahat kayak iblis. Lama-lama aku bisa mati.
-▫-

"Halo? Nadila, kamu tolong datang ke taman ya. Nggak jauh kok, belok ke kiri dari rumah, lurus aja, nanti juga ketemu taman. Saya keserempet motor"

Ucapan Albi terus terngiang-ngiang di kepala Nadila. Dengan sekuat tenaga, dia berlari sampai ke taman perumahan.

Tak peduli tatapan orang-orang yang melihatnya aneh. Pikiran dan hatinya hanya tertuju pada Albi.
Langkah Nadila terhenti di depan sebuah bangku taman.

"Bi...," panggil Nadila.

Si empunya nama menoleh. Albi nampak baik-baik saja. Tak ada satupun anggota tubuhnya yang nampak terluka.

Malah Nadila yang tidak tampak baik-baik saja. Bajunya berantakan, hijabnya berantakan, wajahnya penuh dengan peluh.

Albi tertawa, "Kamu habis lari marathon? Sini duduk!" Albi menepuk sisi di sebelahnya. Nadila mengangguk dan duduk. Dia memejamkan matanya sebentar sambil berucap, "Syukurlah"

Albi yang mendengar itu menoleh dan tertawa, "Jadi kamu kira saya keserempet beneran? Ya nggaklah! Saya cuma bosen aja sendirian makanya manggil kamu kesini. Takut kalau alesan yang lain kamu nggak mau dateng"

Nadila menghela nafas, "Kamu bilang kamu kesepian aja, aku bakalan dateng kok. Nggak usah kayak gini juga. Setidaknya penampilan aku nggak bakalan seberantakan ini kalau kamu bilang kamu baik-baik aja"

Albi mengusap kepala Nadila yang tertutup hijab, "Ya, maaf deh".

Nadila sempat tertegun sebentar, namun dia segera kembali kealam sadarnya dan tersenyum kepada Albi.

"Tumben nggak ngajak Krystal," ucap Nadila.

Albi tersenyum, "Ternyata kamu tau, ya, kalau saya biasa lari pagi bareng Krystal. Hemmm... Saya ngajak dia kok. Dia lagi beli minum"

Deg.

"Eh ada Nadila!" ucap Krystal. Dia datang dan duduk disisi lain disamping Albi.

"Kamu habis balap lari sama siapa, Nad? Berantakan amat kerudung sama baju kamu," ucap Krystal sambil tertawa.

Nadila ikut tertawa, "Balap lari sama diri sendiri nih tadi. Biar kurus"

Krystal membulatkan mulutnya seakan berkata, oooh...

Albi hanya diam mendengarkan keduanya.

"Bi, katanya habis ini mau ke rumah aku. Lah kalau Nadila disini, ntar dia gimana? Ditinggal aja?" tanya Krystal.

"Iya, tinggal aja. Nggak apa-apa, kok!" Bukan Albi yang mengucapkan kalimat barusan. Nadilalah yang mengatakannya. Albi mengangkat kedua alisnya.

"Yaudah! Aku berangkat!" ucap Albi sambil meraih jemari Krystal dan menggenggamnya. Mereka pergi begitu saja. Bahkan Albi tak mengucapkan sepatah katapun pada Nadila. Hal ini membuat Nadila menyesali kalimatnya tadi.

Nadila menghela nafas panjang. Sudah lari buru-buru, dibilang aneh, baju berantakan, capek, malah ditinggal pergi.

Allah... Harus kuapakan hatiku agar tak sakit? Harus kuapakan ragaku agar tak lemah dan menangis? batin Nadila.

Kenangan terindah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang