٢١ - Kenangan Terindah

55 6 0
                                    

ʕ•♥•ʔ
"Carilah kebahagiaan kamu sendiri, Van. Karena nggak selamanya kamu harus berkorban padahal kamu tau, pengorbanan kamu nggak akan terbalaskan"
ʕ•ʔ


Hari minggu yang cerah.

Nadila pergi ke Kafe Liana. Kafe milik Lifia dan Nadila. Nama Liana juga diambil dari nama depan Lifia dan Nadila. Kafe ini menjual beberapa makanan khas indonesia dengan tempat yang sederhana tapi sangat modern. Sehingga pengunjung yang datang tidak hanya para orang tua dan anaknya, tapi remaja, bahkan sampai pasangan muda-mudipun datang ke Kafe ini.

"Nad!" panggil Lifia saat Nadila memasuki pintu kafe.

"Kamu harus coba resep baru yang aku dapet dari bunda!"

Nadila menoleh, "Oh ya? Duh penasaran banget nih!"

Mereka pergi ke dapur. Nadila tersenyum kepada beberapa pegawai dan mencicipi resep yang Lifia maksud.

"Wah! Cita rasa Indonesia banget!" ucap Nadila. Bukan tanpa alasan dia melakukan itu, Lifia akan kesal jika dia bersikap biasa saja.

Lifia tersenyum senang. Walaupun menyukai boyband dari negeri gingseng, dia tetaplah bangga menjadi warga negara Indonesia. Lifia sangat mencintai masakan khas Indonesia. Begitupun Nadila.

Tiba-tiba Revan datang, mengambil sendok, dan mencicipi masakan. "Wah, luar biazah!" ucapnya heboh.

Lifia menoleh, malas menghadapi kelakuan Revan.

"Oh iya, kak. Ada Vivi.," ucap Revan.

Lifia mengangkat kedua alisnya, "Ooh! Bentar ya, Nad."

Nadila mengangguk. Lifia keluar dari dapur dengan tergesa-gesa.

Nadila menatap Revan yang sedang melihat-lihat masakan pesanan pelanggan, memilih-milih, menu apa yang enak untuk makan siangnya.

"Van..," panggil Nadila. Revan mengangkat wajahnya dan menatap Nadila, "Hm?"

Nadila tersenyum, "Kok kamu malah disini? Bukannya temenin Vivi"

Ya, Nadila tahu. Sejak lama, Revan sudah berpacaran dengan Vivi. Sejak Nadila memutuskan untuk tidak menikah dengan Revan.

Revan mengangkat kedua bahunya, lalu kembali melihat-lihat menu, "Ngapain? Kurang kerjaan nemenin dia mah".

Nadila menghela nafas panjang, "Kamu harus peduli sama dia, Van. Dia pacar kamu"

Tapi gue pacaran sama dia karena lo, Ka. Gue mau buktiin kalau lo nggak usah ngerasa nggak enak karena nolak gue. Gue juga mau buktiin ke lo, kalau gue bisa dapet kebahagiaan walaupun tanpa lo. batin Revan.

Revan mengangguk-angguk lantas keluar dari dapur sambil berucap, "Oh iya, lupa".

Nadila geleng-geleng kepala. Sekarang, Revan keras kepala seperti Albi. Entah kenapa Nadila merasa, semua ini akibat tekanan dan kelelahan yang dialami Revan.

Nadila keluar dari dapur dan menghampiri meja yang sedang ditempati Lifia, Vivi, dan Revan.

Vivi itu manis, imut, tapi ucapannya tidak terkendali. Pernah sekali dia menanyakan kepada Nadila, "Kenapa kakak nggak nikah lagi aja sama duda. Dari pada ngerepotin Revan kayak gini?"

Kenangan terindah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang