02 Januari 2019
16:00Nadila tak tahu, apa yang harus dilakukannya di rumah yang biasanya selalu tercium aroma khas Albi. Nadila juga tak tahu, harus bersikap bagaimana dengan keluarga terdekatnya.
Mata Nadila perlahan memejam, membayangkan sesosok jiwa yang telah pergi ke pangkuan Ilahi. Air mata mengalir, membasahi pipi mulusnya. Nadila kesal karena tidak bisa mengubur cintanya kepada Albi saat pemakaman tadi. Hatinya begitu hancur karena perasaan kehilangan ini. Walaupun sudah sering merasakan sakit hati, Nadila tetap belum terbiasa.
Ya, dia belum terbiasa.
Belum terbiasa menerima semua rasa sakit.
Yang bertubi-tubi datang dan menghiasi kehidupannya..
▫⚛▫
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾
▫
◾Nadila mengganti pakaiannya dengan baju tidur. Rambutnya yang hitam lurus dan indah, dibiarkan tergerai. Nadila membuka pintu balkon dan melangkahkan kakinya ke lantai yang dingin itu.
Ditangannya ada sebuah laptop dan secangkir teh hangat. Ditelinganya tersumpal headset yang sedang memutarkan lagu-lagu bahagia.Nadila duduk dengan tenang, berbanding terbalik dengan hatinya yang sedang berdarah. Jemarinya mulai mengetikkan kata demi kata sehingga tercipta sebuah rangkaian kalimat menyedihkan. Bahkan lagu yang menyenangkan tak mampu menghibur hatinya. Nadila meletakkan laptopnya di meja lalu merogoh saku celananya, mengambil handphone.
Ada pesan dari Albi.
Albi:
Tidur duluan, saya akan pulang larut. Jangan menunggu saya!Nadila mengangguk-angguk.
Nadila:
Ya, nikmati malam indahmu.Nadila menaruh handphonenya ke saku celananya. Jemarinya yang lentik, meraih teh hangat lalu meminumnya sampai tandas. Lalu dia mengambil laptopnya dan berjalan masuk ke kamar.
Sudah saatnya mimpi indah...
▫⚛▫
Nadila memasak seperti biasa, menyapa Albi seperti biasa, menanyakan tidur Albi seperti biasa. Hanya Albi yang tidak biasa. Albi tersenyum manis kepada Nadila. Bahkan dia menjawab semua pertanyaan Nadila dengan jawaban yang tidak wajar.
"Jadi semalem, kamu mimpiin aku?" tanya Nadila. Albi mengangguk. Nadila mengangkat sebelah alisnya seakan berkata, oh...
Setelah sarapan, Albi menghampiri Nadila yang sedang mencuci piring.
"Hari ini nggak ada Bunda, Revan, maupun Kak Lifia ke rumah, ya?" ucapnya.
"Tapi aku ada janji sama Kak Lifia mau nonton drakor," jawab Nadila.
Albi tersenyum miring, "Nggak!"
Nadila menghela nafas panjang, "Oke, oke". Nadila mencium punggung tangan Albi lalu tersenyum tulus, "Semangat kerjanya".
Albi berjalan keluar rumah tanpa sepatah katapun..
Selesai beres-beres rumah, Nadila masuk ke ruang tv. Tiba-tiba ponselnya berdering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan terindah (Completed)
SpiritualSetiap yang bernyawa pasti akan mati. Tapi kehidupan dan juga waktu tidak akan pernah berhenti. Kematian seseorang adalah taqdir yang telah Allah tetapkan. Walaupun seseorang kehilangan, yang sudah pergi tidak bisa dikembalikan. Kepergian memang mem...