١٢ - Kenangan Terindah

54 7 0
                                    

▫♨▫
"Aku tak tau apa yang kamu pikirkan dan bagaimana perasaan kamu saat ini. Yang aku lihat, kamu sedang tersenyum begitu tulus"
▫♨▫

Nadila pulang ke pesantren menaiki taksi dengan membawa beberapa pakaiannya.

Sesampainya di pesantren, umi menyambutnya dengan hangat sementara Wafi nampak khawatir dan Abi Hasan nampak kebingungan. Nadila diizinkan istirahat selama satu jam. Setelah itu, Nadila diminta Abi ke ruang tamu.

"Kenapa pulang, Nadila?"

Nadila masih diam. Jemarinya saling meremas.

"Seharusnya masalah seberat apapun tidak boleh membuatmu pergi dari suamimu. Ingatlah surgamu sekarang ada padanya. Seberat apa masalahmu?"

Air mata Nadila menetes, "Albi memang tak pernah mencintaiku sejak awal. Dia bahkan sudah punya kekasih. Dia selalu menunjukkan bahwa di membenci aku. Dia tidak pernah berbuat kasar ,tapi aku merasa butuh waktu untuk istirahat sejenak supaya bisa kembali berjuang mempertahankan pernikahan kita. Albi nggak mau cerain Nadila. Tapi Albi benci banget sama Nadila. Nadila harus apa, Bi?"

Abi menghela nafas panjang. Diam-diam Umi dan Wafi menguping pembicaraan keduanya.

"Mi, kita harus keluar. Ada yang mau saya bicarakan dengan Abi," bisik Wafi. Umi mengangguk. Akhirnya keduanya ikut duduk di ruang tamu.

"Maaf, Abi. Wafi izin bicara. Waktu Wafi pergi ke acara launching buku terbaru Nadila, Wafi melihat sendiri Albi tidak menemani Nadila. Dia malah datang bersama kekasihnya dan saling bergandengan tangan menghampiri Nadila. Albi juga berkata-kata kasar pada Nadila. Menurut Wafi, Albi tidak pantas dipertahankan oleh Nadila"

Abi hasan kembali menghela nafas panjang.

"Nadila boleh menenangkan diri beberapa hari disini sampai Albi datang. Nanti saat itu tiba, biar abi minta penjelasan sama Albi"

Mereka semua mengangguk. Umi memeluk Nadila erat.

"Umi tau ini berat buat kamu. Yaudah, istirahat ya sayang. Biar nanti umi buatkan teh hangat biar tambah tenang."

Nadila mengangguk dan pergi ke kamarnya. Tersisa Abi, Umi, dan Wafi.

"Apa abi nggak mau maksa Albi buat cerain Nadila aja?" ucap Umi.

"Umi, pernikahan tidak sesederhana itu. Nikah-cerai, nikah-cerai. Abi cuma mau Nadila belajar jadi manusia yang lebih tegar. Kalau Albi sudah sangat keterlaluan, Abi yang akan bertindak dan berdiri di depan kalian semua untuk menentangnya. Sekarang, kita butuh sisi penjelasan dari Albi."

"Jadi Abi nggak percaya sama Nadila?" tanya Umi.

"Percaya umi sayang. Abi cuma mau masalah ini selesai baik-baik tanpa emosi. Kalaupun akhirnya Nadila harus berpisah, pihak keluarga Albi, Reinata dan Dafa masihlah sahabat kita. Kita harus menghargai mereka"

Umi dan Wafi mengangguk.

▫❄▫

Pukul 23:00. Pintu ndalem diketuk. Umi membukakan pintu.

Albi.

Karena sudah malam, Abipun sudah tidur. Umi menyuruh Albi tidur dulu di kamar Nadila. Kamarnya tidak dikunci, sehingga Albi bisa masuk tanpa harus membangunkan Nadila.

Setelah menutup pintu, Albi malah duduk di sofa yang ada di dalam kamar sambil menikmati wajah Nadila yang sedang tertidur pulas, dari jauh.

"Kamu mau saya ngelepas kamu? Nggak Nadila. Sampai kapanpun, bahkan kalau saya mati sekalipun, kamu tetaplah istri saya."

Pukul 03:00. Albi masih terjaga. Nadila membuka matanya perlahan dan mengusap wajahnya kasar. Di duduk dan sangat terkejut mendapati Albi sudah duduk di sofa.

Kenangan terindah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang