١٩ - Kenangan Terindah

65 7 0
                                    

~♥~
Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, "Ini dari sisi Allah," dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, "Ini dari engkau (Muhammad)." Katakanlah, "Semuanya (datang) dari sisi Allah." Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)? {Q.S. An-Nisaa':78}.
~♥~

03 Januari 2019.
19:30.

Semua sanak saudara tidak mengira Nadila akan keluar dari kamar dan berbaur dengan semuanya. Tidak hanya mereka, bahkan Nadila sendiripun tidak menyangka dia akan melakukan itu. Awalnya, dia mengira akan baik-baik saja dengan keluar dari kamarnya. Nadila bahkan merasa tak enak hati apabila tak keluar dari kamar.

Tapi setelah dia keluar kamar,  banyak pertanyaan dari sanak saudara yang berupa,

"Kok bisa sampe kecelakaan, Nad?"

"Emangnya pas di mobil kalian ngomongin apa?"

"Ada mesin yang rusah di mobilnya atau gimana?"

"Kok kamu bisa selamat?"

"Kamu siap menjanda di usia muda? Nggak berniat nikah lagi kan?"

"Ini rencana kamu biar bisa dapetin harta Albi, ya?"

Rata-rata begitulah pertanyaannya. Keringat dingin sudah membanjiri seluruh tubuh Nadila, tangannya bergetar, dan Nadila hampir menangis. Jika saja bunda tak menariknya kembali ke kamar.

Nadila tak menyangka jika hatinya tak siap akan pertanyaan itu. Jika tahu hal ini akan mengguncang batinnya, maka dia pasti akan memilih tidak keluar dari kamar.

Bunda tidak bicara apa-apa. Bunda hanya menemaninya di kamar dan memeluknya sampai tangan Nadila yang bergetar, berhenti. Setelah itu, barulah Bunda membuka mulutnya.

"Nad, jangan pernah dengerin ucapan sampah dari orang lain. Dengerin bunda, semua yang terjadi adalah taqdir dari Allah. Semua yang terjadi, bukan karena kamu, bukan karena Albi, bukan keinginan kamu, bukan keinginan Albi, juga bukan keinginan kita sebagai keluarga kamu. Kamu harus kuat supaya Albi tenang di sana".

Nadila tak mampu lagi membendung air matanya. Rasanya amat sakit karena harus melepas orang yang amat dicintai. Sekali lagi Nadila menyadari, tak ada perpisahan yang lebih menyakitkan dari pada KEMATIAN.






















Tidak ada satupun manusia yang mau menempuh jalan berbatu dan penuh rintangan. Tapi jika bukan dengan jalan itu, dia tidak mungkin belajar dan menjadi manusia yang lebih baik. Lagi pula, belum tentu jalan yang mulus akan membawa manusia pada surga dunia, bagaimana kalau jurang neraka?













Nadila kembali ke rumah sakit dengan membawa beberapa buah. Matahari yang baru saja terbit diatas sana, sama indahnya dengan senyum Nadila. Revan yang duduk di belakang kemudi—di samping Nadila, ikut tersenyum.

"Assalamualaikum, selamat pagi Mas Albi...," ucap Nadila saat sudah duduk manis di samping ranjang sang suami.

"Gimana keadaannya, udah lebih baik kan? Aku bawa beberapa buah, khususnya buah apel kesukaan kamu."

Nadila meraih sebelah tangan Albi dan menggenggamnya.

"Jangan lupa bangun, ya? Aku udah nyiapin banyak kejutan buat kamu. Walaupun kamu nyaman di alam mimpi, kamu harus tetep bangun. Bukan saatnya kamu nemuin Krystal, sekarang saatnya kamu bahagiain aku dulu".

Kenangan terindah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang