١٥ - Kenangan Terindah

64 6 0
                                    

‹•♡•›
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Huud:23)
‹•♡•›

Albi mengernyit heran sejak tadi pagi. Karena saat dia bangun, sarapan sudah tersedia diatas meja makan, rumah sudah bersih, dan cucian juga sudah dicuci. Saat shalat subuh tadi, Nadila mengatakan kalau dia sedang haid, maka Albi membiarkannya tidur. Tapi beginilah yang terjadi.

Nadila malah sudah tertidur lagi dikamar. Yang membuat Albi heran, tidak biasanya Nadila tidur pagi-pagi dan membiarkan Albi bangun sendirian. Tidak biasanya juga Nadila membiarkannya sarapan sendirian.

Albi sudah rapi, tinggal berangkat ke Kantor. Namun dia mengurungkan niatnya, malah naik ke kamarnya. Dia menghampiri Nadila dan menarik selimut yang menutupi wajah istrinya. Di dahi Nadila banyak sekali keringat. Padahal udara pagi ini cukup dingin ditambah AC yang bersuhu normal. Ini sangat tidak wajar, terutama bagi Albi.

Albi duduk di ranjang dan mengusap dahi Nadila yang penuh peluh. Nadila terusik, dia meringis dan seperti menahan sakit. Albi jadi tambah khawatir.
"Nad? Nggak apa-apa?" tanya Albi.

Nadila tidak menjawab. Perlahan, Nadila membuka matanya, lalu tersenyum seadanya.

"Nggak papa, Bi," jawab Nadila lirih.

Albi menggeleng, sekali lagi dia mengusap dahi Nadila yang mengeluarkan keringat dingin, "Saya malah khawatir karena kamu ngomong nggak papa".

Nadila memejamkan matanya.

Albi menghela nafas gusar, dia sangat sangat khawatir. Akhirnya, dengan ragu-ragu, dia menelpon mertuanya.

"Assalamualaikum, Mi"

"Wa'alaikumussalam, Albi. Ada apa nak?"

"Emmm... ini, Mi. kayaknya Nadila sakit, deh. Tapi Albi bingung sakit apa. Dia keringet dingin gitu mi"

"Nadila lagi halangan ya?"

"Iya, mi."

Umi terkekeh di seberang sana, "Nadila emang gitu, Nak. Dia kalau haid emang kayak gitu. Kamu kasih aja minuman jahe atau lemon hangat, biasanya umi bikinin itu kalau dia haid. Tapi kalau kamu nggak bisa buat, kasih aja teh chamomile."

"Oke, mi."

Diseberang sana, diam-diam, umi tersenyum. Senang karena Albi perhatian pada putri tersayangnya.

Albi pergi ke dapur dan membuat teh chamomile. Dia juga menelpon bundanya.

"Kamu buatin aja teh chamomile, katanya itu baik buat mengurangi nyeri haid. Nadila tuh, sakit perut. Emang ada beberapa perempuan yang kayak gitu kalau haid. Kalau kamu penasaran, searching aja di google, banyak kok. Bunda lagi sibuk, nih. Besok pagi bunda baru bisa kesana. Maaf ya sayang. Oh iya, urusin Nadila, jangan kerja dulu, oke?"

"Iya, bun"

Albi membuka jasnya, membuka sepatu dan kaus kakinya, melepas dasinya dan meletakkan semua perlengkapan kantor di ruang kerjanya. Setelah itu, dia membawa teh chamomile buatannya ke kamar. Dia mengusap kening Nadila.

"Nad, bangun dulu, ya. Aku buatin teh chamomile buat kamu"

Nadila membuka matanya dan mengangguk. Dia meminum tehnya.

"Kamu nggak kerja?"

Albi menghela nafas panjang, "Gimana aku mau kerja kalau istri aku aja udah lemes banget kayak orang mau mati. Udah, kamu istirahat aja, ya. Aku bisa kerja dirumah, kok."

Kenangan terindah (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang