4

916 95 8
                                    

Author pov.

Tepat pukul tiga lewat duapuluh lima menit dini hari Jiyong keluar dari salah satu kamar yang berada di lantai tiga club, meninggalkan Dara begitu saja. Wanita malang itu sudah tidak sadarkan diri akibat perbuatan keji seorang Kwon Jiyong.

Jiyong berjalan gontai menuruni anak tangga. Saat ini ia belum sepenuhnya sadar dari efek alkohol.

Bom yang kebetulan juga baru keluar dari salah satu kamar di lantai tiga tersebut hanya bisa menghela kasar nafas nya. "Ah seharusnya aku beritahu Dara untuk meninggalkan pelanggan terlebih dahulu sebelum dia yang ditinggal kan." batin Bom berjalan santai menuju kamar yang ia yakini ditempati oleh Dara.

Tok tok

Tidak ada sahutan. "Apa dia masih tidur? dia pasti sangat lelah berhubung ini hari pertama nya." pikir Bom membuka hati-hati pintu kamar tersebut takut mengganggu tidur Dara.

"OH GOD! DARA!" pekik Bom saat pertama kali pintu itu berhasil ia buka. Ia tidak menyangka akan menyaksikan pemandangan ini. Pemandangan mengenaskan yang langsung menyambut pupil matanya.

Matanya membola sempurna saat melihat Dara yang terlentang tak sadarkan diri di atas ranjang tanpa sehelaipun busana di tubuhnya. Bukan itu yang membuatnya terkejut, bukan! Tidur tanpa busana itu merupakan hal lumrah bagi pekerjaan mereka. Bukan itu masalah nya saat ini melainkan kondisi tubuh Dara yang penuh dengan lebam dan luka akibat gigitan. Bahkan terdapat banyak buliran darah yang sudah kering di sekitar leher putih wanita duapuluh empat tahun itu. Sungguh itu membuat Bom menegang seketika di ambang pintu.

Apa yang terjadi? Apa yang harus ia lakukan? Pikiran nya mendadak blank. Ia berjalan cemas mendekati Dara dan berusaha untuk mengembalikan kesadaran wanita itu.
"Dara! Dara!" ia hanya bisa menepuk ragu pipi Dara dan sesekali mengguncang pelan tubuh penuh luka wanita itu.

"Eugh.." ringis Dara menandakan kesadaran nya mulai kembali. Bahkan wanita duapuluh empat tahun itu sempat menitihkan air mata sebelum membuka matanya. Rasa perih luar biasa ia rasakan di sekujur tubuhnya terlebih diarea kewanitaan nya.

"Dara? Kau sudah sadar?" tanya Bom memastikan. Membantu Dara yang sedang bersusah payah untuk duduk. "A-ayo ku antar kau kerumah sakit." panik Bom lalu membuka coat panjangnya untuk dipakai kan ke tubuh Dara yang saat ini tidak tertutupi apapun.

"Ani. Itu tidak perlu Bom. Aku tidak punya uang untuk kerumah sakit." tolak Dara.

"Yak! Kalau aku bilang ke rumah sakit ya kerumah sakit! Jangan membantah!" kesal Bom membantu Dara berdiri. Bom tidak habis pikir dengan wanita itu. Bisa-bisa nya ia memikirkan masalah biaya disaat tubuhnya sendiri tidak bisa di gerak kan. Untuk berdiri saja ia harus di pegangi. Persetan dengan uang! Ia yang akan membiayainya.

------------

Jiyong memasuki mansion mewahnya dengan keadaan yang masih setengah mabuk. Beruntung ia masih bisa menyetir dengan selamat.

"Baby!" teriaknya saat baru memasuki kamar utama mereka yang terletak di lantai dua. Mencari keberadaan sang istri yang tidak ia temui sosok nya.

"Maaf tuan. Nyonya Jin ah belum pulang sedari tadi." jawab seorang kepala pelayan menghampiri Jiyong yang tengah berteriak panik di kamarnya.

"Mwo? Sudah pukul berapa ini! Panggil Shindong menghadap ku sekarang juga!" perintah Jiyong yang langsung di jalani oleh kepala pelayan tersebut.

------------

"Bagaimana keadaan nya Tae?" tanya Bom kuatir menghampiri dokter cantik yang baru saja keluar dari ruang inap Dara.

"Aku sudah mengobati luka-luka nya, terutama pada area kewanitaan nya yang lecet parah. Saat ini dia hanya perlu beristirahat dan besok sudah di bolehkan pulang." terang dokter yang bernama Taeyeon tersebut. "Ah iya Bom. Ku sarankan agar ia berhenti dari pekerjaan nya, itu tidak baik bagi kandungan nya." sambung Taeyeon.

"What? Kandungan? Heol! Dia hamil? Sejak kapan?!" tanya Bom beruntun. Ia benar-benar tidak percaya akan hal yang disebut Taeyeon tersebut.

"Kau tidak tau? Kandungan nya sudah berusia satu bulan. Bagaimana mom tidak memeriksakan pekerja nya terlebih dahulu? Ceroboh sekali." jawab Taeyeon datar. Taeyon itu adalah salah satu dokter yang bisa dibilang cukup dekat dengan wanita-wanita yang hidup di dunia gelap yang fana itu.

"Wah ini gila! Aku sudah dibuat kaget dua kali oleh wanita itu. Apa ini april mop?" tanya Bom masih tidak percaya.

------------

Shindong berjalan takut memasuki kamar Jiyong. Walaupun tubuhnya jauh lebih besar dari tubuh Jiyong, namun ia tetap takut dengan amukan bos nya itu. Tidak banyak orang yang tau tentang bagaimana gilanya bos nya itu. Jiyong bahkan sudah beberapa kali pernah membunuh orang, salah satunya ia pernah membunuh seorang maid nya sendiri hanya karena tidak menjalankan tugasnya dengan benar. Dan tentu saja pembunuhan itu tidak akan pernah diketahui oleh media ataupun pihak hukum. Jangan tanya kenapa. Tentu saja karena uang dan kekuasaan.

"Ma-maaf bos. Ada apa memanggil ku?"

"Kau masih bertanya ada apa aku memanggil mu?" sarkas Jiyong. Kesadaran nya sudah kembali penuh saat ini.

"I-ituu.. Aku minta maaf karena tidak bisa menjalankan tugas dengan baik. Aku kehilangan jejak nona Jin ah saat mengikutinya siang tadi."

Brugg

Satu kali hantam mengenai tepat di perut berisi Shindong yang membuatnya terjungkal kebelakang. Bahkan hanya dengan satu kali hantaman! Jiyong dapat membuat pengawal yang ia tugasi mengawasi istrinya itu ambruk ke lantai.

"Bodoh! Aku tidak mau tau! Cepat cari istri ku sampai ketemu!" perintah Jiyong yang langsung dilaksanakan oleh Shindong. Bahkan ia lari dengan terbirit-birit saat meninggalkan bos nya yang sedang di ambang emosi itu.

"Dasar sinting! Siapa juga wanita yang akan mau bertahan lama dengan pria posesif dan protektif sepertinya. Ini sudah kedua kalinya untuk ku mencari istrinya yang kabur. Ah ku harap yang kali ini tidak berujung kematian lagi." Batin Shindong merutuki bos gilanya itu. Memang benar. Jin ah bukan lah wanita yang pertama kali pernah menjadi istri Jiyong. Sebelumnya pria duapuluh empat tahun itu juga pernah menikah dengan seorang wanita yang bernama Sohee, namun naas wanita itu harus mati di tangan suami nya sendiri hanya karena sudah berusaha untuk bercerai dan kabur darinya.

Hingga saat ini kejadian yang sudah terjadi dua tahun lalu terjadi kembali pada pernikahan nya yang kedua ini. Masih dengan kasus yang sama, yaitu wanita yang ia cintai ingin bercerai dan kabur darinya.

Tidak ada yang salah jika kita mencintai seseorang, begitupun dengan Jiyong. Dia bahkan sangat mencintai istrinya, memperlakukan nya dengan sangat baik, mencukupi setiap kebutuhan nya, dan selalu bersikap manis dan romantis. Namun sikapnya yang ingin memiliki sepenuhnya dan mengatur tanpa dibantah sangat mendominan di diri seorang Kwon Jiyong. Sekali ia mencintai wanita itu maka wanita itu tidak boleh lepas dari sangkar emas nya. Anggaplah cinta nya itu lebih seperti sebuah obsesi.

Seperti istri pertama nya, Sohee yang meregang nyawa akibat cekikan yang di lakukan Jiyong saat mereka bercinta. Itupun tidak bisa dibilang bercinta karena hanya Jiyong yang menikmati nya. Jiyong menghabisi nyawa istrinya sendiri hanya karena istrinya itu ingin bercerai darinya. Keji sekali. Bahkan saat Sohee menghembuskan nafas terakhirnya pun Jiyong sama sekali tidak merasa bersalah karena baginya jika seseorang ingin lepas dari sangkar emas nya maka satu-satunya cara adalah kematian.





.
.
.
.

TBC




Holla!
.
.
Cerita ku ini jelek banget ya chingu?😩respon dari kalian dikit banget🤧
Walau yang baca cuma duapuluh. Its okey jika seenggaknya setengah dari kalian ngevote dan komen.😢

Kok rasanya susah banget ya dapetin jejak kalian yang udah baca ff ku ini☹

Jelek banget ya? Apa di unpub aja? :(

.

Ya udah lah aku nggak mau maksa kalian lagi.

Baibai👋

Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang