Author pov.
H-3
Hari ini adalah hari dimana Jiyong dan Dara fitting baju pernikahan mereka di butik adik sepupu Jiyong. Minzy.
"Wah.. Oppa! Apa ini calon istri mu?" Jiyong hanya tersenyum sebagai jawaban. "Kau cantik sekali eonnie, ini kali pertama ku melihat pendamping mu yang cantik natural tanpa riasan menor oppa." puji Minzy menggandeng lengan Dara.
"Terimakasih Minzy-ssi. Kau tak perlu memujiku seperti itu, aku tidak secantik pujian mu itu." ucap Dara kikuk.
"Haha jangan seformal itu pada ku eonnie. Santai saja, dan lagi yang ku katakan itu adalah fakta." Minzy membawa Dara pada sebuah gaun pengantin yang berdesain simpel namun elegan. "Ini pilihan Jiyong oppa, eonnie. Katanya kau lagi mengandung, jadi dia memilihkan gaun yang simpel untuk mu." Minzy menyuruh salah satu karyawan nya untuk mengambil gaun yang terpasang di manekin tersebut. "Ayo ku bantu kau untuk memakai nya eonnie." ucap Minzy kembali menggandeng Dara dan membawanya ke ruang ganti.
-
"Wah gaun ini cocok sekali dengan mu eonnie." puji Minzy saat Dara telah memakai gaun pengantin nya dengan sempurna. "Gomawo, dan berhenti lah memuji ku-hoekk." kalimat Dara terhenti saat rasa mual tiba-tiba menyerang nya. "Dimana toilett? Eumppthh." tanya Dara susah payah. Minzy lalu bergegas menuntun Dara untuk ke toilet.
"Ada apa?" panik Jiyong saat melihat Dara yang di tuntun Minzy dengan tergesa-gesa. Tak ada yang menyahut pertanyaan Jiyong hingga mereka telah tiba di depan toilet, dan Dara bergegas memuntahkan semua isi perutnya pada wastafel toilet.
"Dara kau baik-baik saja? Ayo kita kerumah sakit." cemas Jiyong membantu memegang rambut terurai Dara dan mengelus pelan punggung wanita itu. "Ani, aku baik-baik saja Ji. Hanya sedikit mual." tolak Dara akan ajakan Jiyong untuk kerumah sakit. Minzy yang sedari tadi melihat interaksi pasangan yang sebentar lagi akan menjadi suami istri itu hanya bisa tersenyum. "Kuharap Dara eonnie benar-benar wanita terakhir dalam hidup mu oppa." batin nya.
---------
H-2
Hari ini usia kandungan Dara sudah genap dua bulan dan ibu hamil itu sudah mulai kehilangan nafsu makan nya akibat rasa mual yang selalu datang tiba-tiba saat ia memakan apa saja.
"Dara kau belum makan sedari pagi. Cobalah untuk makan walau hanya sesuap." Jiyong terus menyodorkan sesendok bubur kacang merah kepada Dara. Ini sudah pukul dua siang, dan Dara belum mengisi perutnya dengan apapun. Jiyong kuatir terjadi sesuatu pada calon anaknya nanti.
"Kau saja yang memakan nya Ji. Aku tidak berselera." tolak Dara menoleh kan kepalanya kelain arah agar sendok itu tak masuk kedalam mulutnya. "Kau harus makan Dara! Aku tidak menerima penolakan! Dan bukankah kau sendiri yang telah meminta ku untuk membuat kan mu bubur ini?!" Jiyong meninggikan suaranya. Jiwa dominan tak terbantah nya mulai keluar dengan sendirinya. Padahal selama ini Jiyong selalu menahan diri agar tidak meninggikan suara pada wanita yang ia yakini tengah mengandung anak nya itu. Bukan apa-apa, Jiyong hanya tidak ingin ibu dari anaknya itu merasa tertekan dan berdampak bahaya pada calon anaknya.
"Hiksss mianhae." Dara tiba-tiba saja menjatuhkan air mata nya. Ia sendiri juga tidak tau kenapa ia menangis. Padahal itu hanyalah bentakan biasa, dan ia juga tau maksud Jiyong itu baik untuk kesehatan nya dan bayi didalam perut nya.
"Hei.. Kenapa menangis? Maaf jika tadi aku kelepasan dan membentak mu." Jiyong meletakkan mangkuk makanan yang ia pegang pada meja disebelah ranjang Dara, lalu membawa wanita yang tengah menangis itu kedalam pelukannya. "Kau harus makan, kasihan bayi didalam kandungan mu, ia juga butuh nutrisi. Jadi kau mau makan apa hm? Katakan saja." bisik Jiyong mengelus pelan surai coklat Dara.
"Aku... Aku ingin ramyeon. Apa boleh?" Dara mendongakkan kepalanya dari rangkulan Jiyong. Dagu nya ia tumpukan di dada bidang Jiyong dan hazel nya menatap manik kelam Jiyong dengan penuh harap.
"Tapi kau belum memakan apapun sedari pagi. Aku janji akan membelikan mu ramyeon yang paling enak di kota Seoul ini, jika kau memakan bubur ini dulu. Bagaimana hm?" tawar Jiyong lembut. Jujur saja, ia sangat menolak untuk membelikan Dara makanan instan itu, namun apa boleh buat? Ia tidak mungkin terang-terangan menolak wanita hamil yang sedang mengidam itu. Ia hanya berharap saat Dara menghabiskan buburnya, wanita itu akan lupa akan ramyeon.
"Baiklah." dengus Dara melepaskan pelukan Jiyong dan meraih mangkuk bubur di sebelah nya. Kehamilan nya ini benar-benar sesuatu. Ia bahkan sudah berani merengek dan bermanja pada Jiyong. "Yatuhan.. Tolong sadarkan aku.." rutuk Dara pada dirinya sendiri.
---------
H-1
Tinggal satu hari lagi, maka Dara akan resmi menjadi istri Jiyong. Ia masih tidak percaya dengan garis takdirnya yang tiba-tiba itu. Ia harap ini hanya mimpi dan ia harus segera terbangun dari mimpi gila nya itu.
Bohong jika Dara tidak merasa kan sedikit kebahagiaan. Ya, ibu mana yang tidak akan bahagia jika saat anaknya lahir nanti, anaknya itu tidak akan kehilangan sosok ayah. Walau Jiyong bukan ayah bilogis dari anaknya nanti, namun ia yakin jika Jiyong sangat menyayangi calon anaknya itu. Buktinya saat ini Jiyong tengah mengelus pelan perut ratanya.
Posisi mereka saat ini terbilang sedikit intim. Mereka tengah saling berbagi kehangatan di atas ranjang Jiyong. Jangan salah paham dulu. Mereka berbagi kehangatan hanya dengan sebuah pelukan, dimana kepala Dara menyender nyaman di ceruk leher Jiyong dan sebelah kanan tangan Jiyong memeluk posesif pinggang ramping Dara, sedang kan tangan kirinya terus mengelus lembut perut Dara.
Mengapa Dara di kamar Jiyong? Dara sendiri juga tidak tau darimana ia mendapat kan keberanian untuk memasuki kamar Jiyong tadi pagi. Entahlah, saat bangun tadi ia hanya merasa jika ia sangat ingin dipeluk Jiyong. Maka dari itu ia mendatangi kamar pria bermarga Kwon itu. Dan untung saja Jiyong menyambut keinginan gila nya itu dengan senang hati.
"Dara." panggil Jiyong pelan tanpa menghentikan aktivitas tangannya diperut Dara.
"Hm?" Dara hanya membalas dengan gumaman. Nafas panas nya terhembus di kulit leher Jiyong.
"Nanti saat bayi ini lahir.. Kau akan memberikan nama apa?" tanya Jiyong antusias.
"Aku tidak tau, jenis kelamin nya kan belum diketahui." jawab Dara seadanya.
"Apa aku boleh menamainya?" tanya Jiyong hati-hati, ia hanya tidak ingin mengambil kesempatan berarti dari Dara, ibu dari anaknya itu. Mau bagaimana pun Dara lah yang telah mengandung anaknya itu selama sembilan bulan, jadi ia ingin menghargai keputusan Dara.
"Tentu saja boleh, nanti kan kau juga yang akan menjadi ayahnya." jawaban Dara tidak salah bukan? Faktanya besok ia akan menikah dengan pria yang tengah mendekap tubuh nya itu kan? Jadi secara hukum Jiyong juga akan berhak akan anaknya.
"Baiklah, mulai saat ini aku akan mulai memikirkan nama anak kita." ucap Jiyong mengecup pucuk kepala Dara.
Deg..
Entah itu degupan jantung milik siapa. Yang pasti itu hanyalah degupan milik salah satu dari mereka yang hatinya mulai menghangat merasakan setiap skinship diantara mereka.
.
.
.TBC
Holla!
Mengenai janji aku di chap sebelum nya..... Makaaa...
Aku bakal update ff ini tiap hari karena respon kalian, , hmm lumayan lah ya daripada nggak sama sekali😂
Tapi dimulai rabu besok ya;)
.
Baibai👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]