25

747 76 6
                                    

Author pov.

19.00

"Ji, ayo turun untuk makan. Aku sudah mempersiapkan makanan spesial untuk makan malam kita." Dara menghampiri suaminya yang sedang duduk diam di ruang kerjanya.

"Ji.." panggil Dara lagi karena suaminya itu tidak juga mendengar kan nya, bahkan keberadaan nya pun tidak di sadari.

"Sayang, kau melamun?" Dara memberanikan diri untuk duduk di pangkuan Jiyong. Mengalungkan kedua lengannya pada leher sang suami.

"Eoh? Babe? Ada apa?" pria itu baru saja mendapatkan kesadaran nya.

"Apa yang lamunkan Ji? Hingga kehadiran ku saja tidak kau sadari." tanya Dara yang terdengar tengah merajuk karena sempat di abaikan.

"Mian babe, aku tidak bermaksud. Ada apa hm?" Jiyong menarik gemas hidung bengir Dara.

"Ayo kita makan. Kau belum makan apapun sedari pagi." Dara hendak berdiri namun pinggulnya di tahan oleh sebuah tangan yang otomatis membuat nya tidak bisa bangkit dari pangkuan posesif prianya itu.

Dara menaikkan alisnya. "Lepaskan Ji, ayo kita makan." wanita itu berusaha untuk melepaskan pegangan erat Jiyong di pinggul nya.

"Aku tidak berselera. Bagaimana jika kau saja yang jadi makanan nya?" Jiyong menampakkan smirk menggoda nya yang sukses membuat bulu kuduk Dara mendadak merinding.

"Yak! A-aku sudah susah payah memasak untuk mu. Tidak menghargai sekali! Ayo cepat!" omel Dara gelagapan. Bisa-bisa Jiyong benar-benar tidak makan seharian jika ia termakan rayuan pria itu.

"Cepat kemana babe? Kamar hm?" bukan nya berhenti, Jiyong malah makin menggoda istri mungilnya itu.

"Dasar mesum! Ayo cepat ke ruang makan! Jika tidak aku tidak akan mengizinkan mu menyentuh ku selama seminggu!" ancam Dara yang sukses membuat Jiyong melonggarkan pangkuan tangannya pada pinggul Dara. Yang benar saja, satu minggu? Satu hari saja mungkin ia tak akan bisa.

"Baiklah, mari kita turun untuk makan malam Nyonya Kwon."

"Yak! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!" Jiyong dengan tanpa dosa nya menggendong bridal istrinya itu hingga menuruni anak tangga menuju ruang makan. Menulikan telinganya akan teriakan tidak terima Dara.

---------

Setelah selesai makan malam, sepasang suami-istri itu kini tengah berpelukan hangat pada balkon kamar mereka. Dengan Jiyong yang memeluk erat tubuh mungil Dara dari belakang.

"Ji." panggil Dara lirih.

"Hm?" Jiyong hanya bergumam sebagai jawaban, sedangkan bibirnya masih tetap mencumbu leher jenjang Dara.

"Kenapa kau begitu yakin jika saudara tirimu lah yang telah membunuh kedua orang tua mu?" tanya Dara hati-hati.

Jiyong menghentikan cumbuan nya. Ia menyenderkan kepalanya pada bahu sempit Dara. "Hanya yakin saja, karena tidak ada yang begitu membenci keluarga ku selain dia." jawab Jiyong setelah jeda beberapa detik.

"Eum..apa aku boleh tau tentang nya?" tanya Dara ragu.

"Untuk apa babe? Kau tidak perlu tau tentang pria busuk itu, ia tidak penting sama sekali." ucap Jiyong menenggelamkan wajahnya pada bahu wanita nya itu, menghirup sebanyak mungkin aroma vanilla yang sudah menjadi candu baginya.

"Bukan dia yang ingin ku ketahui. Aku hanya ingin mengetahui lebih dalam dirimu Ji. Aku ingin tahu orang-orang terdekat mu. Aku ingin tau apa yang kau sukai dan apa yang tidak kau sukai." Dara mengusap pelan rambut hitam suaminya itu.

Jiyong membalik tubuh Dara untuk menghadap nya. Kini ia bisa melihat betapa indahnya ciptaan tuhan itu, jidat sempit, mata hezel, hidung bengir, dan

Deg

Jantungnya tidak berhenti berdegup kencang saat melihat bibir tipis nan merah muda itu.

"Hanya satu hal yang perlu kau ketahui, bahwa di dunia ini hanya kau yang ku sukai. Aku menyukai setiap apapun yang ada padamu dan aku akan membenci setiap apapun yang menghalangi keindahan mu." terdengar posesif, namun itu sukses membuat Dara merona. Jiyong benar-benar membuat nya semakin jatuh pada pria itu setiap harinya. Bukan, tapi setiap detiknya.

"Aku tidak akan termakan rayuan mu itu Tuan Kwon Jiyong-ssi." Dara berusaha mengalihkan pandangannya ke segala arah, menghindari konta mata Jiyong.

"Benarkah? Lalu kenapa wajah mu memerah sekali Nyonya?" goda Jiyong menangkup ke dua pipi Dara agar hazel itu menatap nya.

"P-panas! Ya itu karena panas!" kilah Dara gelagapan. Hazel nya tidak bisa tenang untuk bergerak.

"Eoh? Panas?" Jiyong pura-pura bingung yang membuat Dara makin merona. Ia malu karena memberikan alasan yang tak masuk akal. Jelas-jelas mereka tengah berdiri di balkon saat ini, dan angin malam berhembus kencang disana.

"Menyebalkan!" sungut Dara mendorong tubuh Jiyong, lalu berjalan masuk ke dalam kamar mereka. Meninggal kan Jiyong yang sedang tertawa lepas di balkon.

---------

"Kau sudah menghancurkan barang bukti itu bukan?" tanya seorang pria yang ikut membaringkan tubuh berkeringat nya akibat olahraga malam yang begitu liar, kesamping wanita yang tak kalah berkeringat nya dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Kau tenang saja, aku sudah melenyapkan nya." jawab wanita itu memposisikan tubuh tanpa busana ke dalam pelukan pria itu.

"Bodoh!" senyum licik wanita itu dibalik pelukan intim tersebut.

"Tapi aku sangat berterima kasih karena kebodohan mu itu bisa kumanfaatkan untuk mendapatkan apa yang ku inginkan." batin nya lalu menutup kedua matanya dengan penuh senyuman. Ia sudah tidak sabar untuk esok pagi di saat sang surya menampak kan sinar terang nya.










.
.
.

TBC

Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang