19🔞

1K 74 6
                                    

Author pov.

Dara berusaha memberontak, mendorong dada bidang yang entah sejak kapan sudah tidak dibaluti oleh jas hitam dan kemeja putihnya lagi.

"Lepasshhhmmm Ji... Mmmghhhpp" ucapnya susah payah, ia berusaha memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri agar terlepas dari lumatan sepihak Jiyong. Namun pria itu malah menahan paksa dagu wanita mungil itu.

Merasa kehabisan pasokan udara, Jiyong akhirnya melepaskan tautan bibirnya. Dara tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk menggigit lengan kanan pria itu, tidak sia-sia, ia berhasil lolos dari kukungan Jiyong.

"Akkkk" pekiknya saat tiba-tiba Jiyong menarik rambut belakang nya. Baru saja ia berhasil berdiri dua langkah dari ranjang itu, Jiyong sudah berhasil menangkap nya kembali. Mengangkat bridal tubuh mungil itu dan melempar kembali ke atas ranjang.

"Untuk apa kau menyetubuhi ku jika kau tidak mencintai ku Ji?!" pilu Dara saat tubuh Jiyong mulai merangkak ke atasnya, mengoyak kasar baju piyama yang Dara kenakan.

"Akkkk appo... Hikss" Jiyong menekan tak berperasaan luka di pergelangan kaki kiri Dara yang terbalut perban.

"Sakit hm?" Jiyong tersenyum mengejek. "Maka dari itu jangan pernah mencoba lari lagi!" pria itu menjeda kalimat nya lalu mengarah kan kepalanya pada telinga kanan Dara. "Cukup nikmati saja babe." bisiknya seduktif, menjilat cuping telinga wanita itu lalu tersenyum menang saat pendengaran nya menangkap suara desahan Dara yang berhasil lolos dari bibir tipisnya.

Sebelah tangan Jiyong dengan kurang ajarnya meremas payudara istrinya itu. Ukurannya sangat pas pada telapak tangannya, merasa terganggu oleh bra yang masih melekat pada gundukan indah itu, Jiyong membuka pengait bra yang berwarna biru itu dan melempar nya ke sembarang arah.

Dara mati-matian menahan suara desahan hina itu keluar dari mulutnya. Ia membungkam bibirnya itu dengan kedua telapak tangannya, sesekali menggigit jari-jari nya sendiri disaat desahan itu mendesak untuk keluar.

"Kumohonnn eugghentikann Ji..." bukan bercinta seperti ini yang ia inginkan. Bukan! Ini bukan bercinta namanya, ini hanya lah sex semata karena Jiyong tak mencintai nya dan bahkan pria itu menyetubuhi nya dalam keadaan mabuk. Ia tak ingin kejadian lama terulang kembali. Namun apadaya? Ia sama sekali tak memiliki tenaga untuk melawan. Apa Jiyong lupa bahwa wanita itu baru saja terjatuh dari tangga dan keguguran anaknya?

'Brengsek!' sebutan itu lah yang cocok untuk Jiyong saat ini, atau 'Bajingan?' ya apapun itu.

Puas menodai kedua gundukan mungil Dara, tangan nakal Jiyong bergerak erotis memasuki celana piyama Dara. Menyentuh, mengelus area sensitif wanita itu yang masih ditutupi underwear.

"Ahhhhhhhhkk" desah Dara, ia mengutuki bibirnya yang tidak bisa dibungkam itu.

"Ya mendesah lah babe, jangan di tahan." Jiyong membuka perlahan celana dan dalaman Dara dengan perlahan, mengingat pergelangan kaki wanita itu masih terbaluti perban dan lukanya juga belum sepenuhnya kering. Oh tunggu, ingatkan Jiyong jika ia lah yang membuat luka itu kembali basah.

Jiyong melebarkan kedua paha milik istrinya itu, menatap penuh nafsu lubang merah muda yang ternyata sudah basah.

Jari telunjuknya dengan lancang menekan kedutan di area sensitif Dara. "Aaahhhh Ji...." racau Dara tak menentu menahan kenikmatan.

"Benar, desahkan namaku babe." tanpa aba-aba, Jiyong mendekat kan kepalanya kepada pusat kenikmatan Dara itu, mengecup, menjilat dan menghisap nya.

"Hentikannnhh ahhh Jiiiii" Jiyong tersenyum dibalik hisapan nya, sungguh ucapan dan respon tubuh wanita itu tidak lah selaras. Buktinya ia malah menekan kepala belakang Jiyong lebih dalam untuk mencumbui area sensitif nya itu.

"Ahhhhhh" desahan nya terdengar kesal saat bibir Jiyong telah berhenti mencumbui lubang nya.

"Waeyo? Menikmati nya hm?" goda Jiyong dengan smirk andalan nya.

Dara benar-benar memerah menahan malu saat ini. "Bodoh! Bagaimana bisa tubuhmu menikmati nya Dara!" batin wanita itu.

"Baiklah, aku akan langsung ke intinya saja." Jiyong mengocok cepat kejantanan nya. "Bersiaplah babe.."

"Akkkkkkkhhh sakitttt." liquid bening berhasil lolos dari pelupuk matanya. Jiyong memasukkan kejantanan nya yang besar itu dalam sekali hentak. DAN INGAT! Belum satu hari berlalu semenjak wanita itu keguguran!

"Eugghhh aku benar-benar merindukan sensasi ini." lenguh Jiyong saat kejantanan nya di apit kuat oleh lubang Dara.

"Ji.... Hikss Aku benar-benar tidak tahan.. Ini sangat sakit Ji.. Hiksss." Dara tidak bohong, walau Jiyong tidak menggerakkan sama sekali kejantanan nya itu, tapi lubang nya benar-benar sakit serasa terkoyak menjadi dua.

"Sssttt nanti kau juga pasti akan menikmati nya." bisik Jiyong, kembali melumat, menjilat, menghisap dan menggigit bibir tipis Dara yang saat ini telah membengkak.

Ia mulai menggerakkan tubuhnya perlahan dengan kedua tangan yang menganggur di manfaatkan untuk meremas dan memilin kedua payudara Dara.

Bohong! Semua ucapan penenang yang Jiyong ucapkan kepada Dara nyatanya hanya lah sebuah kebohongan belaka. Dara sama sekali tak merasakan kenikmatan yang dikatakan Jiyong itu, yang ia dapatkan hanyalah rasa sakit dan perih yang begitu mengoyak lubang kewanitaan nya.

.
.
.
.




----------

Seorang pria terlihat memandang dan mengamati sebuah berkas yang ada pada genggaman nya.

"Sandara Park." gumam nya membaca berkas itu, lalu beralih meneliti sebuah foto yang menampilkan sesosok wanita yang terletak di atas meja kerjanya.

Wanita itu tersenyum cantik dengan mengenakan gaun putih selutut. Rambut coklat nya yang terurai menambah nilai kecantikan wanita bertubuh mungil itu. Jangan lupa kan mata hazel nya yang menatap terlihat bahagia. Dan latar tempat foto itu diambil adalah sebuah panti asuhan.

"Menarik." gumam nya kembali dengan senyuman yang sulit untuk di artikan.

--------

08.30

"Eughh.." lenguh Dara menahan sakit, bahkan saat wanita itu baru saja membuka mata hazel nya, rasa sakit di area kewanitaan nya sudah menyambut paginya.

Dengan susah payah ia bangun untuk duduk dan menyandarkan punggung polosnya pada sandaran tempat tidur.

"Dia bahkan meninggalkan ku layaknya jalang." monolog Dara melihat sisi samping nya yang kosong dengan sendu.

Walau semalam Jiyong menyakiti nya, tetap saja wanita itu berharap untuk melihat wajah damai suaminya itu di saat ia membuka mata dipagi hari.

Ia hanya bisa tesenyum miris melihat keadaan nya saat ini.

Sudah diperlukan seperti jalang oleh suami sendiri, tapi tetap saja tidak bisa membenci.







-
"Aku benar-benar bodoh! Bukan, mungkin aku lebih cocok disebut idiot!" -dara

"Tidak! Aku tidak mungkin mencintai nya!" -jiyong
-





.
.
.

TBC

Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang