Author pov.
Sepuluh hari telah berlalu semenjak pelecehan seksual yang Jiyong lakukan pada Dara.
Ya walau pun mereka sepasang suami-istri, tetap saja itu tidak dapat dikatakan bercinta karena hanya Jiyong lah yang menikmati nya sedangkan Dara harus mati-matian menanggung sakit, dan masalah hati pun, hanya Dara lah yang mencintai pria itu secara sepihak. Sedangkan pria itu? Entahlah, hanya pria itu yang tau bagaimana hatinya saat ini.
Tidak ada yang tau apa yang ada dipikiran dan hati seorang Kwon Jiyong. Tak ada satupun orang yang bisa menebak dirinya. Ia benar-benar membingungkan.
Contoh saja saat ini, setelah kejadian ia mabuk malam itu, Jiyong tidak mau berbicara bahkan bertatap muka dengan Dara. Ia juga memberikan kebebasan sepenuhnya kepada Dara.
Berbeda dengan almarhum istri-istrinya, Jiyong justru tidak mengekang Dara selama seminggu ini. Dara bebas pergi kemana saja tanpa adanya pengawasan, dan bahkan wanita duapuluh empat tahun itu juga ia fasilitasi kebutuhan nya. Seperti kartu kredit, mobil ditambah seorang sopir karena Dara tidak bisa menyetir sendiri, dan sebuah ponsel pintar keluaran terbaru.
Ingat. Apapun yang ada dipikiran dan hati Jiyong saat ini. Tidak ada yang tau.
-
Seorang wanita bersurai kecoklatan tengah menatap kosong pada ponsel pintarnya. Sudah terhitung delapan hari sejak ia mendapat kan ponsel itu.
Berharap pria yang ia cintai menghawatirkan nya dan menanyai keberadaan nya karena sekarang sudah pukul sembilan malam dan ia masih duduk diam di sebuah cafe yang selama seminggu ini rutin ia kunjungi selain apartemen Bom.
Keadaan nya sudah mulai membaik atau bisa dikatakan sudah benar-benar baik. Namun itu hanya keadaan fisik nya. Lalu bagaimana dengan hatinya? Lupakan! Memang nya sejak kapan hatinya pernah baik-baik saja?!
"Ckk selalu begini. Ia benar-benar tidak peduli pada ku." monolog Dara mematikan layar ponsel nya dan menaruhnya telungkup di atas meja.
.
.
."Permisi." ucap seseorang menghampiri meja Dara.
"Ne?" sebisa mungkin Dara tersenyum sopan karena hati dan pikiran nya tengah kacau saat ini.
"Apa kau sendiri?" Dara hanya mengangguk.
"Jika tidak keberatan, boleh aku gabung?" tanya nya penuh harap pada Dara.
Dara yang masa bodo dan tak memiliki rasa curiga apapun hanya mengizinkan saja orang itu untuk duduk di kursi hadapan nya.
"Kau sering kesini ya?" tanya nya memulai sebuah obrolan canggung. Dan lagi-lagi Dara hanya mengangguk.
"Oh, aku ingin memesan. Kau bagaimana? Apa ingin memesan juga?" dan Dara masih tak mengeluarkan suara, ia hanya menggeleng. Lagian sudah dua jam ia habiskan untuk duduk di cafe itu. Pesanan nya sudah habis sedari tadi, dan tak ada minat sedikit pun baginya untuk menambah.
"Baiklah." sesosok yang diketahui berjenis kelamin pria itu memutuskan untuk memanggil pelayan disana untuk mencatat pesanan nya.
Belum dua menit pria itu duduk disana, Dara memutuskan untuk pergi. "Eoh? Kau mau pulang ya? Apa aku mengganggu mu?" pria itu bertanya saat Dara hendak bangkit dari kursinya.
"Aku sudah terlalu lama disini, kau tidak mengganggu ku sama sekali." jawab Dara kembali dengan senyuman sopan nya.
"Benarkah? Baiklah, jika begitu sampai jumpa." Dara mengerut bingung, sampai jumpa? "Ah itu, aku juga pelanggan tetap cafe ini. Kita mungkin akan sering bertemu." jelas pria itu melihat ekspresi bingung Dara.
"Oh, baiklah. Sampai jumpa." setelah mengucapkan kalimat singkat itu, Dara berjalan pergi meninggalkan pria itu yang ternyata tengah tersenyum miring melihat punggung mungil yang mulai menjauh.
---------
Sudah pukul sembilan malam, Jiyong masih betah duduk diam untuk menonton TV yang bahkan ia sendiri tidak mengerti apa yang ditayangkan oleh layar lebar nan datar itu.
Sebenarnya ia sudah pulang kantor sedari tiga jam yang lalu, setelah pulang kantor pria itu langsung mandi dan berganti pakaian, lalu melakukan apa yang ia lakukan saat ini. Menonton TV.
Bahkan pria itu memakan makan malam nya tidak di meja makan seperti yang biasa ia lakukan, melainkan di sofa tempat ia duduk untuk menonton TV.
Para maid hanya melihat heran tuan nya itu. Tidak biasanya tuannya itu menonton TV. Sikap pria duapuluh empat tahun itu mulai aneh semenjak sepuluh hari yang lalu.
10 menit
.
.20 menit
.
.
"Tuan, nyonya Dara sudah pulang." lapor seorang maid menghampiri Jiyong.Jiyong tak menanggapi maid itu, ia tidak pernah menyuruh siapapun untuk melaporkan kapan dan jam berapa istrinya itu pulang ke rumah. Hanya para maid nya itulah yang dengan sendirinya melaporkan nyonya nya itu kepada Jiyong, tanpa diminta oleh pria itu.
Entah karena bosan menonton TV atau apa, setiap seorang maid memberitahu Jiyong jika Dara sudah sampai rumah dengan selamat, pria itu akan langsung memasuki kamarnya setelah mendapat laporan itu.
Ya anggap saja tayangan yang ingin Jiyong tonton sudah habis maka dari itu ia memutuskan untuk masuk kamar. Tapi tunggu, bukankah dikamar Jiyong juga ada TV? Entahlah, pria itu benar-benar aneh.
.
.
.TBC
Holla!
Maaf kalau kependekan dan tijel😁
Lagi blank ni otak ku yg bego wkwkDan rencananya besok tu aku mau up chapter yang full jiyong pov nya,
Menurut kalian gimana?
Lagian kasian bg naga nya, gk pernah ku kasih kesempatan buat mengekspresikan diri😂.
Baibai👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]