Author pov.
Seluruh maid di mansion Jiyong terlihat heran oleh perubahan drastis sikap tuan nya itu pada istri barunya, Dara.
Selama ini Jiyong selalu memperlakukan Dara dengan lembut dan penuh kasih sayang, namun tiba-tiba saja saat pasangan suami-istri itu baru saja pulang dari rumah sakit, perlakuan Jiyong berubah kasar pada Dara.
Seperti saat ini, Jiyong menyeret paksa lengan Dara menuruni anak tangga, menuju ruangan hina yang dulu pernah dimasuki wanita itu, saat ia diperintahkan untuk membersihkan ceceran darah Jin ah dulu.
Jiyong mendorong kasar tubuh mungil itu hingga suara rintihan secara spontan keluar dari bibir tipis wanita itu, dan kedua lututnya dapat merasakan betapa dingin nya lantai ruangan itu.
"Jangan pernah keluar dari ruangan ini tanpa seizin ku!" perintah Jiyong hendak mengunci pintu, mengurung Dara disana.
"Apa kesalahan ku Ji? Hikss." Dara terisak, menahan kaki kiri Jiyong dengan kedua lengannya.
Jika saja hatinya tidak pernah ia berikan kepada pria itu, mungkin saat ini Dara akan baik-baik saja dan akan menerima begitu saja semua perlakuan kasar pria itu. Karena baginya, hidupnya memang layak diperlakukan seperti itu.
Namun tidak untuk saat ini, semua telah berbeda semenjak pria itu dengan hangatnya mengulurkan tangan padanya disaat ia berada di titik paling rendah, dan disaat pria itu dengan senyum manisnya memberikan sebuah harapan kebahagiaan pada hidup nya. Dan disaat itu pula ia mulai mengakui bahwa ia telah jatuh hati pada pria itu, dan ia sudah mulai terbiasa dengan perlakuan hangat pria yang saat ini telah berstatus suaminya itu.
Hatinya tidak bisa menerima begitu saja akan perubahan yang tiba-tiba pada sikap Jiyong.
"Ckk kau bertanya apa kesalahan mu?" Jiyong menjeda ucapan nya, ia membungkuk untuk meraih dagu Dara, hingga kepala wanita itu mendongak secara paksa.
"Kesalahan mu ada pada anak sialan yang sedang kau kandung itu! Jalang!" Jiyong mendorong kasar tubuh Dara hingga punggung wanita malang itu bertubrukan dengan lantai.
Brakk
Suara hempasan keras dari pintu.
Krekk
Bunyi gembok besi yang di kunci dengan rapat.
-
"Buang semua sampah busuk milik jalang itu dari kamar ku!" perintah Jiyong pada Gummy, kepala pelayan nya.
"Maaf, apa maksud anda tuan?" bingung Gummy tidak mengerti akan perintah tiba-tiba dari tuan nya itu.
"Bodoh! Kau menyuruhku mengulangi kalimat ku?!" kesal Jiyong menghardik wanita paruh baya itu.
"Maaf, saya benar-benar tidak mengerti dengan sampah dan jalang yang anda maksud tuan." seperti sudah kebal dengan amukan Jiyong, Gummy menjawab dengan tenang ucapan Jiyong itu.
"Ckk mulut ku terasa hina jika menyebut nama jalang itu. Buang semua pakaian dan barang-barang nya dari kamarku!" Gummy mengangguk paham, namun pikiran nya berfikir keras, ada apa dengan perubahan sikap tuan nya itu? Kesalahan apa yang telah dilakukan Dara hingga sikap Jiyong berubah total terhadapnya.
-
Jiyong juga sudah menyuruh orang kepercayaan nya, Shindong. Untuk menyelidiki siapa ayah dari anak yang tengah Dara kandung itu.
-
"Sial! Aku sudah seperti orang idiot selama ini!" Jiyong menggeram kesal dibawah aliran air dari shower yang terus mengalir membasahi tubuhnya.
Dibalik semua amarah nya itu, tersembunyi sebuah rasa kekecewaan yang mendalam.
Ia sudah sangat berharap akan kebahagiaan keluarga kecilnya di masa depan kelak. Namun semua itu hanyalah tinggal harapan semata karena nyatanya anak yang dikandung Dara bukanlah darah dagingnya.
---------
20.05
"Tuan, apa perlu saya bawakan makan malam untuk nyonya Dara?" Jiyong menghentikan aktivitas makan malam nya, ia membanting keras sendok yang sedari tadi ia pegang untuk menyantap makanan.
"Kau sudah terlalu tua eoh? Kau pikun?! Jangan pernah menyebut nama jalang itu di rumah ini!"
"Maaf tuan, saya hanya khawatir pada nyonya." jawab Gummy membungkuk.
"Biarkan ia kelaparan hingga besok pagi!" hingga besok? Kenapa Jiyong tidak membiarkan wanita itu mati kelaparan saja?
"Baik tuan." Gummy menjawab datar, bahkan auranya melebihi aura dingin Jiyong.
---------
Dara pov.
Aku hanya bisa meringkuk merenungi garis takdir. Garis takdir yang begitu tidak adil diberikan tuhan padaku.
Jika akhirnya seperti ini, akan lebih baik Jiyong tak pernah memulai apapun dalam hidupku.
Entah Jiyong yang jahat atau akulah yang terlalu bodoh.
Ah benar, akulah yang terlalu bodoh.
Jika saja aku tidak jatuh hati padanya,
Jika saja aku tidak pernah berharap akan sebuah kebahagiaan padanya.
Aku benar-benar bodoh!
Bagaimana bisa dengan mudahnya aku percaya dan jatuh hati padanya?
Apa aku lupa? Jika ya, ingatkan aku jika ia pria yang sama dengan pria yang pernah menyetubuhi ku dengan brutal saat itu.
Harusnya dari awal aku sadar jika semua perlakuan nya itu hanyalah sebuah kepura-puraan saja.Tapi untuk apa?
Untuk apa ia memberikan ku sebuah harapan palsu? Apa hidupku ini hanya lah sebuah permainan bagi nya?
Aku ingin membenci nya! NAMUN rasa cinta ku tak ingin berkompromi untuk membenci pria itu.
.
."Andai aku tidak pernah jatuh hati padamu Kwon Jiyong."
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]