27

685 70 5
                                    

Dara pov.

Tuhan benar-benar mempermainkan takdir ku. Mempermainkan kehidupan ku. Mempermainkan hati ku.

Ia membuat ku berlari di sebuah lingkaran buntu tanpa celah dan menyuruhku berhenti begitu saja tepat pada titik awal di mana aku memulai.

Aku tidak masalah jika Jiyong menyakiti hati maupun fisik ku, aku tidak keberatan jika ia tidak membalas cintaku. Tapi, penghianatan. Aku tidak bisa, itu terlalu sakit bagiku.

Kenapa?

Kenapa cintaku selalu dikhianati?

Apa perasaan ku berikan kurang tulus padanya? Atau apa aku memang tidak pantas untuk dicintai oleh siapapun?

Hiks..

Air mata ini kembali jatuh untuk kedua kalinya dengan alasan yang sama,  dan masih dengan penyebab yang sama. Penghianatan.

Aku berlari tak tentu arah. Entahlah, rasanya aku benar-benar ingin menghilang dari dunia yang kejam ini.

Namun,

Pening, tiba-tiba rasa itu menyerang kepala ku.

Buram. Tiba-tiba semuanya menjadi buram. Apa ini? Ini bukan saat yang tepat bagiku untuk jatuh pingsan. Aku harus segera pergi dari tempat laknat yang disebut kantor, sebelum sang pemilik kantor ini menemukan ku.

Brugh

Namun aku tidak bisa lagi melangkahkan kaki ku yang lemas dan pada akhirnya harus ambruk membentur kerasnya ubin.

"Dara! Gwenchana?"

Hanya kalimat itu yang terakhir kali ku dengar sebelum pelupuk mata ku memberat, memaksa untuk tertutup.

--------

Author pov.

Plakk

"Dasar jalang menjijik kan!"

Tamparan keras mendominasi ruangan besar itu. Bahkan sekretaris Jiyong yang berada di luar mendengar bunyi tamparan itu.

Ia segera memasuki ruangan CEO nya itu. Ia benar-benar bingung saat ini, baru saja ia melihat seorang wanita berlari meninggalkan tempat itu dengan linangan airmata. Dan sekarang ia menyaksikan satu lagi wanita yang sedang tersungkur di lantai dengan sebelah pipi kirinya yang memerah, bahkan di sudut bibirnya mengeluarkan darah.

"Kau tidak akan ku lepaskan dengan mudah! Tunggu saja!" geram Jiyong mengambil paksa sebuah flashdisk dari tangan wanita itu lalu bergegas pergi untuk mengejar pujaan hatinya yang tengah salah paham padanya kini.

Sebelum pergi Jiyong memberikan perintah pada sekretaris barunya yang sedari tadi hanya diam cengo. "Kau suruh Shindong untuk mengurus jalang itu. Jangan biarkan ia lepas!" tunjuk Jiyong dengan tatapan tajam nya pada wanita yang sedang terduduk lemah itu, lalu tatapan itu beralih pada lawan bicaranya dengan sangat mendominasi seperti sebuah ancaman.

"N-ne sajangnim." patuhnya menunduk, ia baru saja bekerja di perusahaan ini namun sudah harus menyaksikan sikap kejam atasan nya.

-

Rumah sakit

"Oppa, bagaimana jika kita undur saja penerbangan nya." saran seorang wanita yang diketahui sedang hamil dua bulan itu pada suaminya. Sedangkan yang di ajak bicara hanya menatap bingung pada istrinya itu.

"Kita tunggu hingga Dara eonni siuman hari ini, ia tidak memiliki seseorang untuk menjaga nya." ucap wanita itu setelah melihat tatapan bingung suaminya itu.

Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang