24

735 65 7
                                    

Author pov.

Pagi yang mulanya indah bagi Jiyong, mendadak berubah menjadi pagi terburuk yang pernah terjadi dalam hidup nya.

Bahkan sampai akhir dari kehidupan orang tua nya, ia tidak pernah sekalipun merasakan yang namanya kasih sayang dari mereka. Ia sangat ingin membenci dan tak memperdulikan keduanya, namun hati nurani nya menolak itu semua. Ia tidak bisa walau dalam setiap detik dalam hidupnya selalu menyesali telah terlahir di keluarga Kwon.

Orang-orang silih berganti memasuki rumah duka, dimana terdapat seorang pria yang tengah berdiri diam memandangi foto almarhum orang tuanya. Ia sama sekali tidak bicara ataupun menangis sedari tadi. Bahkan saat ia menerima kabar duka di bandara pun, ia sama sekali tidak menampilkan reaksi apapun. Ia hanya membatalkan penerbangan nya itu dengan santai tanpa adanya raut sedih atau pun kuatir. Pria itu terlalu dingin dan tak terbaca.

"Ji.." seorang wanita bertubuh mungil menghampiri Jiyong yang tengah diam mematung.

"Hm." pria itu hanya bergumam sebagai respon.

Srek

Wanita itu dengan tiba-tiba menarik Jiyong kedalam pelukannya. "Aku tau ini sangat berat bagi mu Ji." ucap wanita itu mengeratkan pelukannya. "Menangis lah, jangan menahan setiap sesak yang kau rasakan saat ini. Apa gunanya aku disini, jika tidak bisa membantu mengobati setiap rasa sakit yang dirasakan oleh suamiku. Ku mohon jangan menahan segala nya Ji." sambung nya.

"Hei.. babe, kenapa malah kau yang menangis hm? Aku tak suka melihat mata indah ini mengeluarkan liquid bening lagi." Jiyong merenggangkan pelukan wanitanya itu, mengusap dan mengecup kelopak istrinya itu dengan penuh kehati-hatian, takut jika ia bisa saja menyakiti pujaan hatinya yang rapuh itu.

"Ini bukan waktunya bagimu untuk menghawatirkan ku Ji! Ku mohon jangan bersikap seperti ini! Aku tak suka melihat Jiyong yang dingin dan begitu tak berperasaan, aku lebih suka dengan Jiyong ku yang berhati lembut dan penuh kasih sayang." wanita itu kembali memeluk Jiyong.

"Jika saja bisa, aku juga ingin menunjukkan sisiku yang kau sukai itu Dara. Namun aku tidak bisa, hanya kau seorang yang berhak memiliki seorang Kwon Jiyong yang berhati lembut dan penuh kasih sayang itu. Tidak untuk mereka yang selama ini tak pernah sekalipun memberikan dan mengajar kan ku apa itu yang di sebut kasih sayang." Jiyong berucap sangat datar.

"Ji-"

"Permisi tuan Kwon dan nyonya Kwon." ucap seseorang menghampiri mereka yang sukses membuat pelukan dari suami-istri itu terlepas.

"Ada apa?" tanya Jiyong tidak suka.

"Saya dari anggota kepolisian yang menangani kasus pembunuhan orang tua anda tuan." ucap pria itu memperkenalkan dirinya.

"Lalu?" ucap Jiyong kelewat datar.

"Bagaimana dengan kelanjutan kasus yang menimpa mertua ku pak? Apa pembunuh nya sudah tertangkap?" Dara menimpali ucapan Jiyong yang sejenak membuat suasana canggung di sana.

"Begini nyonya, kami sudah memeriksa rekaman cctv di rumah mertua anda, namun ternyata pelaku sudah lebih dulu membawa lari rekaman itu. Dan sulit untuk melacak siapa yang sebenarnya berada dibalik pembunuhan ini karena tak ada satupun jejak si pembunuh di TKP. Bahkan saksi pun tidak ada karena semua penjaga dan pelayan dirumah itu mendadak linglung. Aku yakin pelaku sudah memberi mereka sebuah obat yang dapat memicu kehilangan ingatan." terang polisi tersebut.

"Ck.. Tidak kompeten." remeh Jiyong. "Kau hanya perlu menyelidiki si anak haram yang selama ini disembunyikan keluarga ini!" lanjut Jiyong yang membuat dua orang di dekat nya itu terkejut.

"Maksud anda tuan? Apa ada seseorang yang anda curigai?"

"Jaejoong. Kwon Jaejoong." jawab Jiyong yang kali ini menunjukkan api kemarahan di setiap ucapannya. "Ah benar, anak haram itu meggunakan marga ibunya, Kim Jaejoong. Cari dia!" lanjut Jiyong yang sukses membuat Dara makin membola kaget.

"Kim Jaejoong?" tanya Dara memastikan pendengaran nya. Jiyong hanya mengangguk, tak memperhatikan perubahan raut wajah istrinya itu.

"Jadi selama ini pria yang ia temui di cafe itu adalah saudara tiri Jiyong? Apa ini sebuah kebetulan atau memang sudah direncanakan?" batin Dara gelisah, bagaimana jika nanti suaminya itu tau jika ia pernah bertemu bahkan berteman dengan orang yang sangat di benci nya?

"Ada apa sayang? Kenapa gelisah begitu hm?" Jiyong baru menyadari kegelisahan istrinya itu, membawa tubuh mungil itu ke rangkulan nya.

"Kalau begitu saya permisi, saya akan berusaha sebaik mungkin untuk menangkap pelaku pembunuhan orang tua anda." pamit polisi itu lalu meninggalkan pasangan yang sedang berangkulan hangat.

---------

Dilain tempat, terlihat seorang pria yang berpakaian sangat berantakan mondar-mandir di ruang tengah apartement milik nya.

"Tidak. Tidak. Aku tidak membunuh mereka. Itu hanya sebuah ketidak sengajaan." ucap nya terus menerus.

"Yak! duduklah! Kau membuat ku ikut pusing!" bentak seorang wanita yang sedari tadi mendengarkan ocehan teman nya itu.

"Kau sudah mengenalku sedari kita kecil bukan? Kau pasti tau jika aku sama sekali tidak ada niatan untuk membunuh orang tua itu! Aku memang membenci mereka, namun aku tidak pernah ingin membunuh mereka!" teriaknya frustasi.

"Lalu kenapa kau melakukan nya Jaejoong-ssi? Jika kau tidak ada niat, kenapa kau menghabisi nyawa mereka?" sarkas wanita itu.

"Itu karena mereka yang memancing emosiku! Mereka ingin aku melepaskan marga ibuku dan menjadi seorang Kwon untuk sepenuh nya! Aku tidak suka! Bahkan sangat tidak suka saat wanita tua yang selama ini ku sebut emma itu menyebutkan nama ibu ku dengan begitu jijik nya!" Jaeejong melempar apapun yang ada dihadapan nya, namun saat ia,

"Hei ini barang bukti, kau tidak bisa menghancurkan nya begitu saja." wanita yang sedari tadi duduk diam disofa itu meraih cepat sebuah flashdisk yang berisi sebuah rekaman cctv.

"Justru karena itu barang bukti maka aku harus melenyapkan nya." Jaejoong mendekati wanita itu untuk mengambil flashdisk tersebut.

"Tidak! Biarkan aku yang melenyapkan barang bukti ini." Jaejoong menaikkan alisnya, curiga.

"Tidak perlu mencurigai ku. Kita bukan hanya sekedar teman lama, ingat kita juga teman sex." wanita itu menjeda kalimat nya saat berdiri tepat dihadapan Jaejoong.

"Kau percaya padaku bukan?" ia melanjutkan ucapannya dan menatap dalam manik pria itu.

"Karena kau Lee Joo Yeon. Maka aku akan mempercayai mu." wanita yang bernama Jooyeon itu tersenyum menawan, bahkan Jaejoong pun tidak menyadari maksud tersembunyi dari senyuman menawan itu.













.
.
.

TBC











Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang