"Mereka anak ku!" tegas Dara tanpa melihat ke arah Jiyong.
.
.Author pov.
"Mommy, daddy itu apa?" tanya si sulung Ju yang kini telah turun dari pangkuan Jiyong, beralih berdiri di samping si bungsu Jo yang sedang duduk diam pada single sofa dihadapan Jiyong dan Dara. Bocah kecil itu terlalu polos hingga tidak menyadari situasi tegang antara Dara dan Jiyong.
Dara menghentikan kegiatan nya yang mengobati luka si bungsu. Menatap nyalang ke arah Jiyong, lalu beralih cepat untuk menatap penuh kasih ke manik hazel si sulung Ju.
"Bukan apa-apa sayang, daddy i-"
"Apa daddy itu cama..cama appa Hae?" potong si bungsu Jo yang akhirnya mengeluarkan isi pikiran lugu nya.
"Ne, benar sayang. Teman kalian tadi memiliki eomma dan appa bukan? Maka kalian juga memiliki mommy dan daddy." jelas Jiyong mengenggam lembut tangan-tangan mungil double J.
"Benalkah?" tanya double J serempak. Mereka telah lama menginginkan seorang pria dewasa hadir di tengah-tengah mereka. Walaupun mereka memanggil Donghae dengan sebutan appa, tapi mereka tau jika Donghae hanya lah milik teman kecilnya Wendy.
Ya, mereka mengartikan seorang ayah sebagai sebuah kepemilikan, seperti mereka yang memiliki Dara sebagai mommy mereka. Maka kini mereka juga memiliki Jiyong sebagai daddy mereka.
"Apa yang kau katakan eoh? Bagaimana bisa kau begitu yakin jika kau adalah daddy mereka? Bukankah tadi kau menuding ku telah menikah lagi?!" sarkas Dara mendelik ke manik kelam Jiyong.
"Aku tidak menemukan satupun foto pria lain diantara foto kau dan si kembar di apartemen ini. Bukankah itu sudah jelas? Bahkan jikapun benar, aku tidak menemukan foto pernikahan mu dengan seorang pria di sini" senyum lebar mulai terukir di sudut bibir Jiyong.
"Jika pun aku tidak menikah, belum tentu mereka darah daging mu! Bisa saja aku yang jalang ini telah tidur dengan pria lain! Kau-"
"Ssstt.." Jiyong memotong perkataan Dara dengan menempel kan salah satu jarinya pada bibir tipis yang sangat ia rindukan itu.
"Jangan mengatakan sesuatu yang tidak pernah kau lakukan babe, aku tau kau bukanlah orang yang seperti itu."
"Hahaha kau lupa dengan pekerjaan masa laluku Jiyong-ssi? Aku adalah ja-"
"Cukup Dara! Masih ada si kembar disini! Kendalikan emosimu dan tolong pikirkan mereka. Berapa kalipun kau mengelak, mereka tetaplah darah daging ku! Apa kau tidak bisa melihat wajah mereka? Aku bahkan seperti melihat diriku sendiri saat melihat wajah kecil mereka."
"Tolong jangan biarkan emosi mengambil alih akal sehat mu Dara." sambung Jiyong lirih, ia membawa tubuh mungil disamping nya itu kedalam dekapan hangatnya yang tanpa sadar juga sangat dirindukan oleh Dara. Sedang kan si kembar J hanya menatap bingung terhadap kedua orang dewasa itu.
"Kau jahat Ji! Kau jahat..." isak Dara pilu didalam dekapan Jiyong.
"Hei, jangan menangis dihadapan anak-anak kita babe." Jiyong berusaha untuk menenangkan istri mungilnya itu. Dara hanya membalas dengan sebuah gelengan pelan di dalam dekapan Jiyong. Paru-paru nya seolah kekurangan oksigen hingga ia harus menghirup rakus aroma menenangkan pada dada bidang pria itu.
Ia benar-benar merindukan aroma Jiyong, tubuh Jiyong, dekapan Jiyong, serta setiap sentuhan yang Jiyong berikan padanya. Ia benar-benar merindukan semua yang ada pada suaminya itu.
-------
"Hei nyonya Kwon, kau tidak akan melepaskan ku barang se detik hm?" Jiyong menggoda istri mungil nya yang memang sedari tadi membenamkan wajahnya pada dada bidang Jiyong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]