Author pov.
Dara terbangun saat merasakan ada lengan kekar yang melingkari perutnya di pagi buta, merasakan juga hembusan nafas dan bibir kenyal prianya mendarat berulang kali di tengkuk nya yang sensitif.
Ia ingin berbalik untuk membalas pelukan hangat tersebut, namun prianya itu enggan. Jiyong justru makin erat memeluk nya dan tak membiarkan Dara bergerak sedikitpun, tetap nyaman memeluk istri mungilnya dari belakang.
"Ji?"
"Biarkan seperti ini sebentar saja babe."
Mereka hanya saling terdiam. Oh tidak, tangan nakal Jiyong tidak pernah diam untuk menjelajahi tubuh mulus Dara. Hingga tangan hangat itu tiba-tiba berhenti dan memilih untuk bertengger diam pada perut ramping Dara.
"Sayang, bukankah aku pengecut sekali?" lirih Jiyong pelan.
"Apa maksud mu Ji?" tanya Dara bingung.
"Aku si pengecut yang tidak bisa menerima kenyataan." Dara merasakan sesuatu yang hangat menetes di balik tengkuknya. Apa suaminya menangis?
"Ji, ada apa?" panik Dara ingin membalikkan badannya, namun Jiyong tetap menahannya.
"Aku si pengecut yang tidak bisa menerima kenyataan jika anak yang kau kandung saat itu bukanlah anak ku. Aku si pengecut yang telah bersikap dingin kepada orang yang sudah membuat ku menyadari apa itu cinta. Aku si pengecut yang pernah berusaha lari dari kesalahan ku sendiri. Dan aku-"
"Ani! Kau bukan pengecut Ji, kumohon jangan memandang buruk dirimu sendiri Ji." Dara memaksa untuk berbalik arah. Sekarang ia bisa melihat betapa derasnya liquid bening yang mengalir dari pelupuk mata suami nya itu.
Dara mengusap lembut airmata itu. "Lupakan sayang. Lupakan semua yang telah terjadi di masa lalu. Kita hanya perlu menjalani masa kini dan masa depan. Aku mencintaimu, dan kau hanya perlu mengingat itu." Dara mengecup singkat bibir suaminya itu.
Jiyong membawa tubuh mungil yang berbaring disebelahnya itu kedalam pelukan hangat nya. Mereka saling tersenyum di balik pelukan hangat itu.
"Aku sangat mencintai mu Sandara Kwon. Jangan pernah tinggalkan aku." bisik Jiyong dan menghujani pucuk kepala Dara dengan kecupan ringan nya.
"Aku tak akan meninggalkan mu jika kau masih membutuhkan ku Ji."
Jiyong merenggang kan pelukan mereka, menatap dalam hazel kesukaan nya itu. "Kau bukan barang yang dengan mudahnya di buang jika tidak dibutuhkan Dara. Kau adalah separuh hidupku, kau nafasku, dan kau adalah pemilik mutlak hati ku. Jangan pernah mengatakan seakan-akan aku hanya membutuhkan mu lagi." Dara tersenyum melihat keseriusan suaminya itu. Ia benar-benar merasakan sebuah kebahagiaan yang begitu luar biasa saat ini.
Dara melingkarkan kedua lengannya pada leher Jiyong. Mengecup lama bibir kenyal itu, menyalurkan betapa bahagianya ia hari ini.
"Hah aku jadi tidak ingin ke kantor hari ini." keluh Jiyong saat matanya tak sengaja melirik jam yang tetengger di dinding.
"Kk..k..k kau harus ke kantor sayang. Cepatlah mandi, aku akan menyiapkan baju dan sarapan mu." Dara bangkit dari ranjang dan mengikat asal surai coklat nya.
"Kusarankan untuk menggerai rambut mu babe." ucapan Jiyong itu membuat Dara bingung. Memangnya ia jelek jika mengikat rambut?
"Ya itu terserah padamu, jika kau memang ingin memamerkan karya-karya ku yang ada dileher putih mu itu... Yeah it's ok." Jiyong tersenyum menggoda. Dara yang mengerti langsung tergesa melihat dirinya pada cemin saat ini.
"Yak! Kenapa kau membuat banyak tanda?! Dan kapan kau membuat nya eoh?!" pekik Dara melepaskan ikatan rambutnya, belum sempat untuk berbalik, Jiyong sudah lebih dulu memeluk nya dari belakang. Seperti nya Jiyong sangat suka memeluk nya dari belakang.
"Aku membuat nya semalam. Walau tidur, kau cukup mendesah semalam." goda Jiyong meniup tengkuk Dara.
"Kwon mesum!"
"Tapi kau suka kan babe." Dara mendorong Jiyong lalu berjalan untuk keluar dari kamar, ia bisa-bisa mati karena jantungan jika berlama-lama menghadapi Jiyong yang sedang mode byuntae
"Sayang nanti siang ke kantor ku ya!" teriak Jiyong saat Dara sudah di ambang pintu. Dara tak menjawabnya, namun ia yakin istrinya itu pasti datang.
--------
Sudah masuk jam makan siang, namun Dara belum datang juga. Jiyong yang tidak sabaran langsung mengambil telepon pintarnya untuk menghubungi istri cantik nya itu.
"Halo tuan?" Jiyong mengerutkan kening lebarnya, kenapa bukan Dara yang mengangkat panggilan nya?
"Dimana Dara?"
"Nyonya baru saja pergi menuju kantor anda tuan, ia tergesa-gesa dan meninggalkan ponselnya." jelas maid itu.
"Baiklah." Jiyong mematikan sambungan telepon nya.
"Aishh wanita itu benar-benar ceroboh hingga meninggalkan barang yang penting." gumam Jiyong.
Tok Tok
"Sajangnim, ada seorang wanita yang ingin menemui mu." ucap sekretaris barunya yang mengganti kan Youngbae yang sedang cuti karena pria itu baru saja menikah.
Jiyong mengira itu pasti Dara, jadi ia membiarkan wanita yang ingin menemuinya itu untuk masuk.
Namun saat wanita itu masuk, itu bukan Dara.
"Hai Ji, lama tidak berjumpa." sapa wanita itu memasuki ruangan Jiyong lalu duduk pada kursi yang berada di hadapan meja kerja Jiyong.
"Cih. Aku tak sudi untuk bertemu dengan jalang seperti mu!" wanita itu dengan tidak tahu malu nya malah tertawa.
"Hahaha jalang-jalang begini kau pernah memohon agar aku menerima cinta mu bukan?" Ya benar, sebelum Jiyong tau jika wanita itu adalah teman kecil dari saudara tirinya, ia pernah menyukai wanita itu yang dulunya ialah seniornya di SHS.
"Cih! Itu kesalahan terbesar yang pernah ku lakukan asal kau tahu! Jadi jangan berbangga diri jalang."
"Heol! Daritadi kau hanya menyebut ku jalang. Kau lupa dengan nama ku ya?"
"Aku tidak akan lupa dengan nama jalang yang telah masuk kedalam daftar hitam ku, Lee Jooyeon!" ucap Jiyong dengan penuh emosi.
"Haha santai saja Ji, aku kesini hanya ingin memberikan penawaran pada mu." wanita itu mengeluarkan sebuah flashdisk putih dari tas nya.
"Tidak menguntungkan bagiku melakukan penawaran dengan jalang seperti mu!" Jiyong menatap tajam Jooyeon.
"Jangan emosi dulu tuan, kau akan berterima kasih padaku jika ku tunjukkan apa isi flashdisk ini." Jiyong menaikkan salah satu als nya, tidak mengerti apa maksud dari wanita itu.
"Ini adalah rekaman cctv rumah orangtua mu. Dan kau tahu betul jika polisi sedang mencari-cari rekaman ini karena ini adalah satu-satunya bukti." Jooyeon tersenyum menang saat tangan Jiyong dengan cepat bergerak ingin merebut flashdisk itu darinya.
"Sudah ku katakan ingin melakukan penawaran bukan?" ucap wanita itu menggoyang-goyangkan flashdisk yang berada di tangan kanan nya.
"Langsung saja pada intinya jalang!" geram Jiyong berdiri dan berjalan untuk mendekati wanita yang tengah duduk santai dihadapan nya itu.
Jooyeon memanfaatkan kesempatan itu untuk meraih dasi Jiyong, yang membuat tubuh pria itu condong pada wanita yang masih saja duduk santai itu. Dengan tiba-tiba Jooyeon melumat bibir Jiyong, Jiyong yang terkejut hanya terdiam dengan kejadian tiba-tiba itu, "Ceraikan istrimu dan menikah lah dengan ku." ucap wanita itu di sela-sela ciuman nya.
Deg
.
."Jiyong?!!"
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]