15

647 72 6
                                    

Author pov.

Saat kembali dari rooftop, Dara hanya terlihat murung yang membuat Jiyong bingung dan bertanya-tanya ada apa dengan istrinya itu. Namun ia harus menahan niat nya itu karena kesibukan nya, hingga telah tiba waktunya untuk makan siang.

Jiyong berjalan menghampiri Dara yang sedang duduk di salah satu sofa di ruang kerjanya, terfokus memainkan ponsel milik Jiyong.

"Dara" wanita itu tak mendengar kan Jiyong dan tetap sibuk dengan permainan di dalam ponsel tersebut.

"Hei sayang, ayo kita makan." Jiyong duduk disebelah Dara dan menarik pinggang mungil milik istrinya itu untuk mendekat padanya. Entah Dara sengaja atau tidak, ia tengah mengabaikan suaminya itu saat ini.

"Ada apa hm? Apa aku membuat mu kesal?" tanya Jiyong menyenderkan dagunya di bahu sempit Dara.

"Ani." jawab Dara singkat.

"Benarkah? Lalu kenapa sedari tadi wajah cantik mu itu di tekuk terus hm?" Jiyong mendusel gemas di pipi Dara yang mulai berisi.

"Entahlah, mood ku tiba-tiba buruk." hazel nya sama sekali tidak lepas dari layar ponsel yang ada ditangan nya.

Jiyong menarik cepat ponsel yang sedari tadi mengalihkan perhatian Dara, yang membuat wanita itu mendelik kesal pada Jiyong. "Kenapa kau mengganggu ku tuan Kwon? Aku bahkan tak mengganggu kesibukan mu itu sedari tadi." Jiyong tersenyum simpul, ia pikir istri nya itu tengah merajuk saat ini, namun nyatanya Dara dalam keadaan mood yang buruk bukan karena kesibukan Jiyong, melainkan karena pertemuan yang tidak ia inginkan dengan Donghae, mantan suaminya.

"Ayo kita pergi makan." ajak Jiyong menarik lembut tangan Dara untuk berdiri. "Aku lelah Ji, makan disini saja." malas Dara walau tubuhnya tetap saja mengikuti tarikan tangan Jiyong.

"Kita akan pergi kencan babe, setelah itu baru kita kerumah sakit." jelas Jiyong merangkul pinggang Dara.

"Benarkah? Aku ingin ke sungai Han Ji.."

"Apapun yang kau inginkan nyonya." ucap Jiyong gemas menarik hidung Dara.

---------

Selesai makan siang, pasangan suami istri itu menghabiskan waktu mereka dengan duduk santai di rerumputan sekitar sungai Han.

Dara yang menyender nyaman di pundak Jiyong, dan Jiyong yang mengelus hangat perut Dara. "Hai my little Kwon, ini appa." bisik Jiyong mendekatkan kepalanya ke perut Dara.

"Ne, appa!" ucap Dara menirukan suara anak kecil, lalu terkekeh geli saat Jiyong meniup perutnya.

"Ber-hentiii Ji...kkkk Ji....!!" Jiyong menghentikan tiupan nya dan mengecup singkat perut istrinya itu.

Jede beberapa menit, mereka kembali pada posisi awal, menikmati hamparan luas sungai Han dan hembusan angin yang sejuk.

"Appa.." panggil Dara, kembali menirukan suara anak kecil.

"Hm?" Jiyong hanya bergumam sebagai jawaban.

"Little Kwon ingin di gendong." ucapnya ber aegyo, sungguh tidak seperti seorang Sandara Park -ah saat ini ia telah menjadi Sandara Kwon.

Jiyong tersenyum gemas oleh kelakuan manja istrinya itu, dan tanpa aba-aba ia menggendong bridal tubuh mungil itu. "Apa yang kau lakukan Ji?!" panik Dara saat tiba-tiba tubuhnya terangkat.

"Bukankah kau yang meminta untuk ku gendong hm?" goda Jiyong mengabaikan tatapan iri orang-orang yang melihat mereka.

"Ishh tapi tidak disini juga... Turunkan aku Ji." Dara menyembunyikan wajah nya di dada Jiyong.

"Ji... Kau akan membawa ku kemana??" berontak Dara saat Jiyong berjalan dengan ia yang masih dalam gendongan bridal pria itu.

"Kita akan kerumah sakit babe."

"Turunkan aku dulu..."

"Ani, kau dan anak kita tidak boleh lelah." Dara hanya memutar jengah hazelnya, padahal jarak parkiran tidak terlalu jauh.

---------

Rumah sakit~

Saat ini Dara dan Jiyong tengah duduk dihadapan seorang dokter kandungan yang menangani Dara.

Dan saat itu pula pikiran Jiyong mulai merasa bingung dan aneh. Tadi dokter tersebut menyarankan Dara untuk melakukan USG, dan mulai darisana Jiyong mulai merasa aneh. Bukan kah usia kandungan Dara baru Limapuluh hari?. Pikirnya.

"Selamat Tuan Kwon, Putri anda tumbuh dengan sehat di rahim Nyonya Kwon." Dara yang mendengar nya mengelus bahagia perut nya.

"Usia kandungan Nyonya Kwon sudah memasuki delapanpuluh hari, jadi mungkin Nyonya tidak akan merasa kurang nafsu makan dan mual-mual lagi." terang dokter tersebut menyerahkan foto hasil USG Dara.

Jeduarrrr..

Seperti disambar petir, Jiyong menatap nanar pada hasil USG Dara.

"Apa selama ini ia telah dibodohi?!" pikirnya dengan gejolak emosi.

"Ayo pulang!" perintah Jiyong dingin, menarik kasar lengan Dara.

"Ji.. Lepaskan.. Sakit.." lirih Dara saat lengan nya ditarik kuat oleh Jiyong.

Saat hampir pada parkiran-

Plakk

Jiyong menampar keras pipi kanan Dara, membuat ibu hamil itu memegangi pipi kanan nya yang perih dengan air mata yang sudah berhasil lolos dari pelupuk mata nya.

"Dasar jalang!" maki Jiyong kembali menarik Dara untuk memasuki mobilnya.

Dara yang tidak mengerti akan perubahan drastis sikap suaminya itu hanya bisa pasrah saat lengan nya kembali di tarik kasar.

"Apa selama ini aku memang tengah bermimpi? Dan apakah kini adalah saatnya bagiku untuk sadar dari mimpi indah nan singkat itu?" batin Dara dengan linangan airmata yang terus jatuh, tak bisa untuk ia hentikan.












.
.
.

TBC











Holla!

Gimana? Gimana?
Konflik nya dah mulai muncul😁

.

Jangan marahin aku atas konflik yang tak sesuai harapan.. :(

Dan aku juga gk mungkin bisa jadiin anak dikandungan nya Dara itu jadi anak nya Jiyong secara tiba-tiba.
Mian ne😘

.

Baibai👋




Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang