32

797 85 4
                                    

Dara pov.

"Mommy.." rengekan pelan dari seorang bocah kecil yang sudah ku anggap sebagai putri kandung ku sendiri.

"Hm.. Ada apa Wen?"

"Wewen anas mommy." ah bocah kecil itu memang sudah penuh dengan keringat saat ini. "Sini sayang, mommy bantu mengikat rambut Wewen." sibuk mengucir surai panjang itu hingga aku tidak sadar jika si kembar sudah tidak bermain ayunan di dekat kami lagi.

.
.

"Mommy.." panggil serempak si kembar.

"Ya sa-"

Deg

Tunggu,

Aku tidak salah lihat bukan? Pria itu.. Apa pria yang tengah menggendong anak-anak ku itu benar-benar dia?!

"Babe.." lirihnya yang makin meyakinkan ku jika itu benar-benar dia.

Tidak ingin berlama-lama. Aku berdiri hendak meraih double J dari gendongan nya. Namun,

Tidak mudah

Ya tidak semudah itu. Pria itu malah mengeratkan gendongan nya pada putra-putra ku.

Tatapan tajamnya, kerutan dahinya, dan jangan lupakan aura mendominasi nya itu.

Semua ekspresi yang pria itu tunjukkan sukses membuat ku gugup. Entah kenapa jantung ini tidak bisa di ajak berkompromi.

-

Author pov.

"Berikan putraku tuan." Dara sebisa mungkin bersikap tenang.

"Tidak sebelum kau menjawab pertanyaan ku." Jiyong sedikit melirik bocah kecil yang berdiri di samping Dara. Lalu manik itu kembali terfokus pada sesosok wanita yang teramat ia rindukan itu.

"Apa selama ini kau menikah lagi dengan pria lain?" pertanyaan Jiyong lebih terdengar seperti tudingan. Apa yang pria itu pikirkan, mereka baru saja bertemu setelah tiga tahun lamanya tidak bertemu. Namun pria itu malah menuduh nya yang bukan-bukan.

"Hahaha pertanyaan anda lucu sekali tuan. Cepat berikan putraku." Dara menyembunyikan ngilu dihati nya dengan tawa palsu. Bukan kah pertanyaan Jiyong itu sangat kejam? Ia menuduh nya menikahi lelaki lain, padahal jelas-jelas pria itu lah yang telah mengkhianati nya dan mungkin saja ia kini telah menikahi simpanan nya itu.

"Ajuci. Jo mau mommy." rengek Jorel merentangkan kedua tangannya untuk meraih Dara.

"Kau tidak dengar?! Berikan putraku!" bentak Dara, ia tidak ingin Jiyong tau jika anak yang sedang ia gendong itu adalah darah dagingnya.

Ia takut, sangat sangat takut jika saja pria itu tau dan malah berniat untuk merebut kedua buah hati nya.

Tidak! cukup cintanya saja yang telah direbut, namun tidak untuk putranya! Ia yakin ia tidak akan sanggup hidup jika kehilangan kedua putranya itu.

"Kalian tinggal dimana? Biar aku antarkan." Jiyong mengabaikan bentakan Dara. Ia tidak akan pernah melepaskan wanita itu dengan mudahnya lagi.

"Jangan gila Ji! Kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa lagi! Jadi biarkan kami pergi!" Dara berhasil merebut paksa si kecil Jo dari gendongan Jiyong. Namun tidak untuk si sulung Ju yang malah mengalungkan erat kedua lengannya di leher Jiyong.

"Ju! Cepat lepaskan pria itu!" sebelah tangan Dara masih berusaha untuk mengambil alih si sulung.

"Ju cidak mau mommy!" ini pertama kalinya putra sulungnya itu membantah perkataan nya. Apa ini karena ikatan kuat seorang anak pada ayahnya?

"Dengar sendiri bukan? Dia tidak mau. Dan jangan lupakan fakta jika kau masihlah istri sah ku Dara!" entah Dara harus bereaksi seperti apa. Hatinya gundah antara sedih dan bahagia. Ia bahagia saat Jiyong mengakui jika ia masihlah istri sah dari pria itu, namun ia juga merasa sedih karena mungkin saja kini dia bukan lagi satu-satunya istri dari seorang Kwon Jiyong.

Dara tidak menjawab untuk mendebat ucapan Jiyong itu. Ia lebih memilih untuk membawa pergi Jorel yang sudah di dalam gendongan nya serta mengenggam erat tangan mungil Wendy.

Tanpa diperintah pun Jiyong pasti akan mengikuti nya bersama si sulung Joel yang sedari tadi tidak ingin melepaskan rangkulan nya pada leher Jiyong.

--------

Apartemen

"Eomma.. Appa.." Wendy melepaskan genggaman Dara. Bocah kecil itu berlari untuk menghampiri orangtuanya yang tengah berdiri di ambang pintu apartemen mereka. Seperti nya mereka baru pulang. Pikir Dara.

"Eoh putri eomma habis darimana hm?" Yoona membawa putri kecilnya kedalam gendongan nya.

"Dali taman." ucapnya antusias.

"Jiyong-ssi?" kaget Donghae saat melihat mantan atasan nya itu tengah berdiri di samping Dara dengan Joel di gendongan nya.

"Oh! Kau?" Jiyong baru mengingat jika pria yang dipanggil appa oleh gadis kecil itu adalah mantan karyawan nya, serta mantan suami Dara.

Jiyong melirik bocah kembar serta bocah cantik di hadapan nya secara bergantian. Apa disini Dara menjadi pengasuh anak mantan suaminya itu? Pikir Jiyong mengerutkan keningnya.

"Dee, kau-"

"Tidak apa-apa Hae-ah. Biar aku yang menyelesaikan semua masalah ku dengan nya." potong Dara, ia sangat tau ekpresi khawatir dari mantan suaminya itu.

"Baiklah. Jika terjadi sesuatu cepat beritahu kami." Dara tersenyum menganggukkan kepalanya sebelum Donghae membawa istri dan anak nya masuk kedalam apartemen mereka.

Dara melanjutkan langkahnya pada pintu yang terletak di sebelah apartemen Donghae. Jiyong makin mengerutkan kening lebarnya. Jika si kembar bukan anak Donghae, lalu mereka anak siapa. Pikiran Jiyong sungguh sibuk menalar-nalar semua kemungkinan saat ini.

"Mommy akan membersihkan luka mu. Jangan bergerak kemana-mana." Dara menurunkan si kecil Jo di sebuah single sofa, lalu berjalan ke arah dapur untuk mengambil kotak P3K. Wanita itu benar-benar mengabaikan kehadiran Jiyong.

Jiyong sibuk meneliti setiap ruangan itu. Tidak kecil namun juga tidak besar. Sangat sederhana, namun sangat bersih dan semua barang-barang juga tertata dengan rapi.

Dengan si sulung Ju yang masih dalam gendongan nya, ia memilih untuk fokus pada sebuah foto bayi kembar yang terpampang jelas di sebuah meja. Disamping nya juga masih banyak foto-foto lainnya. Sama dengan foto sebelumnya, masih terdapat wajah sikembar di sana, juga ada foto Dara yang sedang tersenyum cerah dengan si kembar di pangkuan nya.

"Dimana daddy kalian?" tanya Jiyong reflek. Ia benar-benar penasaran dengan identitas si kembar.

"Daddy?" ulang si sulung Ju tidak mengerti.

Belum sempat Jiyong menjelaskan, Dara sudah lebih dulu datang membawa kotak P3K di tangan nya.

"Mereka tidak butuh seorang daddy." acuh Dara menjawab pertanyaan Jiyong barusan. Entah karena apa, Jiyong mulai berpikir jika si kembar adalah anak-anak nya.

"Mereka anak ku bukan?" Jiyong ikut duduk bersila di samping Dara yang tengah sibuk mengobati luka si kecil Jo. Dan jangan lupakan si sulung Ju yang masih betah merangkul erat leher pria bermarga Kwon itu.

"Mereka anak ku!" tegas Dara tanpa melihat ke arah Jiyong.
















.
.
.

TBC


Holla!

Kayaknya minggu ini 'Hurt' bakal tamat deh.

So... Jangan lupa voment nya ya, biar bisa jadi penentu ni ff bakal happy ending atau malah sad ending😁

.

Baibai👋

Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang