Author pov.
Dua hari berlalu, dan sudah dua hari pula Dara di kurung di ruangan rahasia milik Jiyong.
Walau begitu, Dara bersyukur pria itu tak menyiksa atau pun memukuli nya. Bahkan semenjak dua hari ini Jiyong tidak menemui nya.
Ada sedikit rasa rindu yang dirasakan oleh wanita hamil itu.
Krekk
Suara pintu dibuka. Sedari kemarin pintu itu memang sudah tidak di kunci lagi, hanya saja Dara tidak diperbolehkan keluar dari ruangan itu tanpa izin Jiyong.
Dan sekedar informasi, ruangan itu hanyalah ruangan hampa, tanpa barang-barang, kecuali sebuah lemari besar yang tidak Dara ketahui apa isinya, dan ruangan itu juga tidak memiliki lampu ataupun penerang lainnya.
Miris sekali, wanita hamil itu harus tidur diatas lantai yang dingin tanpa alas apapun.
"Nyonya, saya membawakan pakaian ganti anda." setiap hari beranjak senja, seorang maid akan memberikan pakaian ganti kepada Dara, dan setiap pukul delapan pagi serta delapan malam, seorang maid juga akan memberikan sarapan dan makan malam untuk Dara.
Beruntung Jiyong masih memiliki sedikit belas kasihan pada nya.
"Tunggu." ucap Dara saat maid itu akan berbalik pergi.
"Ne, ada yang bisa saya bantu nyonya?"
"Sudah dua hari aku tidak mandi dan hanya berganti pakaian saja. Apa aku boleh keluar hanya untuk sekedar mandi?" Dara yang masih meringkuk di lantai mendongak kan kepalanya.
"I-itu.. Saya tidak bisa memutuskan nya nyonya, maaf." tolak maid itu ragu, mau bagaimana pun Dara tetap lah istri sah tuan nya.
"Kalau begitu.. Bisakah kau panggil kan Jiyong untuk ku?" benar, mandi hanya lah alibi Dara agar bisa mengatasi kerinduan nya pada Jiyong.
"Akan saya sampaikan saat tuan pulang nanti nyonya."
"Baiklah, terimakasih." senyum Dara dengan antusias, ia benar-benar merindukan suaminya itu.
---------
23.00
Seorang pria berjas hitam baru saja memasuki mansion mewah nya. Wajah lelah nya benar-benar membuat dirinya terlihat kacau.
"Ji.." Belum sempat pria itu meraih gagang pintu kamarnya untuk beristirahat, suara seorang wanita yang selama dua hari ini ia hindari terdengar di pendengaran nya. Raut wajah pria itu tiba-tiba mengeras. Rahangnya ia katupkan begitu kuat untuk menahan emosinya yang bisa saja tiba-tiba meledak.
"Siapa yang mengizinkan kau keluar?!" geram Jiyong menatap tajam pada wanita di hadapan nya, walau perutnya sudah terlihat sedikit membuncit tapi tubuhnya tetap lah mungil.
"Ma-af Ji.. Aku hanya ingin bertemu denganmu." lirihnya menekuk kepala menatap lantai.
"Kau berani membantah perintah ku?!" Jiyong meninggikan suaranya, menjambak kasar surai coklat wanita itu.
"Akkk sakittt Ji... Maafkan akuuu." ringisnya menahan sakit.
"Tuan... Saya yang mengizinkan nyonya Dara untuk keluar, ia ingin bertemu dengan anda." teriak seorang wanita paruh baya, berlari untuk menaiki tangga dan berusaha melepaskan jambakan kuat tuan nya itu.
"Kau sudah berani ikut campur dalam urusan ku eoh?" bukannya melepaskan, Jiyong malah memperkuat jambakan nya pada Dara.
"Maafkan saya tuan, selama ini saya memang hanya diam menyaksikan semua kekejian yang anda lakukan pada nyonya Sohee dan nyonya Jin ah, bahkan anda juga berlaku kasar kepada para maid anda." wanita paruh baya itu menjeda kalimat nya saat melihat Jiyong melepaskan jambakan nya pada surai Dara.
"Namun saya tidak bisa diam lagi tuan, nyonya Dara tengah mengandung saat ini, setidaknya tolong kasihani bayi yang ada di dalam kandungan nya tuan." lanjutnya bersimpuh di kaki Jiyong. Berharap Jiyong mempertimbangkan perkataan nya itu.
"Hahahahha" Jiyong hanya tertawa menanggapi kejadian langka itu.
"Gummy-ssi? Apa kau sadar akan ucapan mu itu?" Jiyong menginjak salah satu paha Gummy, dia sudah tidak peduli jika wanita paruh baya itu sudah mengabdi puluhan tahun kepada nya.
"Apa karena pernah mengganti kan eomma untuk mengasuh dan membesarkan ku, kau berani melawan ku?" wanita paruh baya itu hanya menggeleng sebagai jawaban, ia tidak memperdulikan rasa sakit pada paha kanan nya, mata nya masih terfokus untuk menatap manik kelam Jiyong.
"Kau pikir kau bisa mengatur hidup ku hanya karena itu? Hahaha! Ingat! Kau itu hanya seorang pelayan! Kau tidak berpengaruh apa-apa bagi hidupku! Bahkan tanpa kau pun aku bisa tumbuh dan dewasa sendiri!" Jiyong mendorong tubuh Gummy dengan sebelah kaki nya.
Dara yang menyaksikan semuanya, mendekati dan membantu Gummy untuk bangun, ia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan kasar suaminya itu, apa Jiyong tidak memiliki hati nurani? Bagaimana bisa ia memperlakukan wanita paruh baya seperti Gummy dengan kasar dan kurang ajar.
"Apa kau tidak memiliki sopan santun Ji? Bagaimana bisa kau memperlakukan orang tua dengan sangat kasar?!" ucap Dara membentak saat ia telah selesai membantu Gummy berdiri.
"Wah.. Hebat sekali jalang! Kau berani berteriak membentak ku hm?" Jiyong berjalan tiga langkah untuk mendekati Dara.
"Akkkkk... " Jiyong kembali menjambak kasar rambut Dara. Ia juga menarik paksa wanita itu dengan tangan yang masih kuat menjambak rambut itu tanpa perasaan, mengabaikan rintihan kesakitan Dara.
"Sakittt Ji.... Lepaskan!!!" Dara terus meronta saat mereka hendak menuruni tangga, bahkan Gummy juga tidak bisa menghentikan Jiyong karena sebelah kiri tangan pria itu tengah memegang sebuah pistol, mengarah kan moncong pistolnya itu tepat di pelipis Dara.
"Akkkkkk Ji... Sakitttt" Dara tidak henti-hentinya memberontak hingga..
Brugh
Tubuh mungil itu terpeleset dari jambakan Jiyong yang tak bisa menghentikan tubuh itu untuk berguling bebas menuruni anak tangga.
"Nyonya!!" Gummy berlari menuruni tangga melewati Jiyong yang terdiam kaku melihat tubuh Dara yang sudah berkesimbah darah dibawah sana.
Ada sedikit nyeri di dadanya saat melihat keadaan tragis wanita itu.
---------
Rumah sakit
Gummy tidak henti-hentinya menggumam kan nama Dara dengan sangat khawatir.
Ia menyesal telah termakan rayuan Dara sore tadi. Seorang maid memberi tahu nya jika nyonya nya itu ingin bertemu Jiyong. Jadi ia datang menghampiri Dara berniat untuk memberitahu bahwa Jiyong pulang sangat larut malam ini. Namun wanita itu tetap bersikeras ingin bertemu Jiyong.
Dan beginilah akhirnya, kebodohan nya itu berdampak buruk pada keselamatan Dara.
"Keluarga Dara-ssi?"
"Ya, bagaimana keadaan putri saya dokter?" Gummy spontan berdiri dari duduknya untuk menghampiri dokter yang baru keluar dari ruang UGD.
"Beruntung Dara-ssi sudah baik-baik saja saat ini. Namun,"
"Namun apa?!" Jiyong yang sedari tadi duduk diam menyela, ia sudah tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran nya lagi.
"Maaf, kami tidak bisa menyelamatkan janin dalam kandungan nya." lanjut dokter bermarga song tersebut dengan penyesalan.
-
"Cobaan apalagi ini tuhan?" -Dara.
"Aku harus sedih atau bahagia?" -Jiyong.
-
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]