Author pov.
Sudah dua jam berlalu saat seorang wanita mungil memasuki kamar yang baru saja ia tempati semalam.
Sandara. Wanita yang tengah berbadan dua itu menatap kosong pada barang-barang yang baru saja dibelikan oleh tuan nya itu. "Apa semua ini benar? Apa aku pantas mendapat kan semua fasilitas ini?" gumam Dara pada dirinya sendiri.
Ia membuka satu persatu paperbag yang sedari tadi tertata rapi di atas ranjang nya. "Yatuhan.. Baju sekecil ini saja sudah sangat mahal." monolog Dara meneliti baju bayi yang berada di tangan nya. Jiyong membeli banyak perlengkapan bayi karena gender nya belum diketahui maka pria duapuluh empat tahun itu membeli dua jenis perlengkapan bayi, baik itu untuk bayi laki-laki maupun untuk bayi perempuan.
"Bagaimana caraku untuk mengganti semua ini? Gajiku seumur hidup tidak akan cukup. Tunggu.. Apa aku masih akan digaji?" Dara kembali bermonolog, kembali berpikir ketika malam kemarin Jiyong melarang nya untuk mengerjakan tugas nya sebagai maid di mansion besar ini. Lantas jika dia tidak bekerja, apa ia akan tinggal dan makan gratis secara cuma-cuma di mansion ini?
"Huftt aku sudah tidak bisa berpikir lagi. Ku rasa ia menginginkan nyawa ku sebagai balasan semua yang ia berikan ini." putus Dara membaringkan tubuhnya di tumpukan paperbag yang memenuhi ranjang nya. Bayangan disaat kematian mengerikan yang terjadi pada nyonya nya kembali terlintas, istri Jiyong yang merenggang nyawa begitu saja di tangan Jiyong. Miris sekali.
Dara tiba-tiba bergidik ngeri membayangkan jika ia juga akan berakhir begitu. Bukan, ia bukannya takut akan kematian nya, jujur saja sampai saat ini ia masih menginginkan kematian nya itu, namun saat ini berbeda. Ia lebih takut jika cabang bayi yang tengah tumbuh di rahimnya itu lah yang tidak bisa terlahir dengan selamat di dunia ini. "Eomma harap kau kuat dan bisa bertahan di dalam sini nak." gumam Dara mengelus lembut perut datar nya.
---------
"Ji, lima menit lagi kita akan memulai rapat." ucap Youngbae selaku sekretaris Jiyong memasuki ruangan bos nya itu untuk menyerah kan file-file yang akan dibahas saat rapat nanti. Mereka sudah berteman lama, jadi jangan heran jika Youngbae hanya akan memanggil Jiyong dengan namanya jika mereka sedang berdua saja.
Jiyong hanya membalas ucapan Youngbae dengan anggukan yang disertai dengan senyuman lebarnya. "Apa hari ini harimu dimulai dengan sesuatu yang baik sajangnim??" bingung Youngbae melihat teman sekaligus bosnya itu tersenyum lebar padanya. Bukan apa-apa, Jiyong memang sering tersenyum saat dikantor nya itu namun tidak untuk menampak kan senyuman nya itu pada Youngbae. Mereka terlalu dekat untuk saling senyum. Aneh memang pertemanan mereka.
"Ne.. Hari-hari ku akan selalu diawali dengan kebahagian mulai saat ini." ucap Jiyong kembali tersenyum, mengingat jika tidak lama lagi ia akan dipanggil appa oleh bocah kecil yang kini masih tengah berkembang di rahim Dara, wanita yang tidak lama lagi akan berstatus sebagai nyonya Kwon.
Ya Jiyong sudah berpikir untuk menikahi Dara walau ia yakin tidak akan pernah ada rasa cinta yang tumbuh diantara mereka berdua, namun ia tidak boleh egois, ia tidak ingin jika nanti anaknya lahir tanpa kehadiran kedua orangtua yang lengkap. Ia harus mengenyamping kan perasaan nya demi seorang anak yang sudah dari dulu ia impi-impikan.
---------
"Dara-ssi, anda sedang apa?" ucapan Gummy sukses membuat Dara yang sedang memasak bergidik kaget. "Ah maaf jika aku mengagetkan mu." lanjut nya. "Gwenchana ahjumma, aku sedang memasak untuk makan malam nanti." jawab Dara memamerkan senyuman nya.
"Biar aku saja yang membuat nya Dara-ssi. Kau beristirahat saja di kamar." Gummy hendak menggerakkan tangan nya untuk mengambil alih sendok penggorengan yang berada di tangan Dara. "Ani. Ini tugasku ahjumma, disini aku hanya seorang maid. Aku bukan tamu apa lagi tuan rumah. Jadi biarkan aku mengerjakan tugas ku." tolak Dara dengan secara tidak sengaja mengeras kan suaranya.
"Tapi tuan akan marah jika ia tau kau kembali bekerja sebagai layak nya maid yang lain. Kau berbeda dari kami Dara-ssi, bukan kah kemarin tuan Jiyong sudah menegaskan bahwa tidak ada satupun yang boleh menyuruh mu bekerja selain dirinya. Jadi ku mohon, biarkan aku saja yang memasak, kau beristirahat saja."
Dara tidak habis pikir dengan semua situasi yang ia alami dari kemarin itu. Semua yang di lakukan Jiyong padanya itu sungguh aneh dan tidak dapat dipercaya oleh akal sehat nya. Bagaimana mungkin tuan yang ia anggap psiko itu memperlakukan nya secara khusus dan lembut. Pikiran akan nyawanya dan nyawa bayinya yang akan berakhir di tangan Jiyong kembali berputar di ingatan nya. "Ahjumma.. Boleh aku bertanya?" Gummy hanya membalas dengan sebuah anggukan sebagai jawaban.
"Apa selama ini tuan Jiyong juga memperlakukan maid nya secara khusus seperti yang ia lakukan padaku saat ini?" Dara menatap Gummy yang terlihat bingung dengan pertanyaan Dara. Bukan, bukan pertanyaan Dara lah yang membingungkan melainkan jawaban nya lah yang membingungkan nya. Karena selama ini tuannya itu memang tidak pernah bersikap lembut pada seorang pelayan.
"Kau adalah yang pertama, selama ini tuan Jiyong hanya akan bersikap lembut pada kedua orang tuanya, istri serta teman-teman dekat nya. Sedang kan untuk ukuran pelayan di mansion ini, ia bisa terbilang sangat kasar pada kami. Ia selalu melampiaskan kemarahan nya pada pelayan-pelayan di mansion ini. Tidak ada orang yang tau betapa sadisnya tuan Jiyong melainkan para pelayan di rumah ini." jelas Gummy yang membuat Dara semakin bingung bercampur ngeri.
"Apa aku orang yang beruntung atau malah sebaliknya? Ahjumma, apa.. Mungkin ia berencana untuk membunuh ku? Maka karena itu ia bersikap baik padaku agar aku merasa berutang budi lalu menyerah kan nyawaku secara cuma-cuma padanya." panik Dara reflek memegang perut ratanya, seakan bisa melindungi bayinya.
"Siapa yang akan membunuh siapa?" sahut seseorang dari arah belakang.
"Tuan? Anda sudah pulang?" Jiyong tidak berminat untuk menjelaskan alasan kenapa ia pulang lebih awal pada kepala pelayan nya itu. "Kenapa diam? Dan kenapa kau ada disini? Aku sudah menyuruh mu untuk tetap beristirahat di kamar bukan?" Jiyong menghujami Dara dengan pertanyaan-pertanyaan nya. "Itu.. Aku tidak ada hak untuk tetap berdiam diri di dalam kamar mewah tersebut. Biar bagaimanapun aku tetap lah hanya seorang maid di mansion ini." Dara menundukkan kepalanya, samar-samar ia bisa melihat langkah Jiyong yang berjalan mendekat padanya.
"Jadi kau mengabaikan perintah ku? Kau bilang aku tuan mu bukan?" Dara mengangguk. "Lalu kenapa kau mengabaikan perintah tuan mu?" sambung Jiyong. Ia sudah bediri tepat dihadapan Dara saat ini.
"Aku tidak bermaksud begitu-"
"Aku tidak ingin mendengar alasan mu. Dan apa-apaan perkataan tadi? Kau pikir aku akan membunuhmu? Apa aku terlihat sekeji itu?" potong Jiyong mengarah kan telunjuk nya untuk meraih dagu Dara agar mendongak menatap nya. "Maaf kan aku tuan.. Hanya saja, aku tidak mengerti dengan semua perlakuan mu pada ku. Aku hanya-"
"Pelayan. Ya kau memang hanya pelayan ku. Namun," Jiyong menjeda beberapa detik kalimat nya, menatap dalam manik hazel Dara. "Status mu itu akan berubah menjadi nyonya Kwon mulai minggu depan." Jiyong benar-benar membuat Dara menganga tidak percaya. Kenapa tiba-tiba?
"Apa maksud mu tuan?" hazel Dara mulai berani untuk menatap manik kelam Jiyong. Dan ia tidak mendapatkan sebuah kebohongan di manik tersebut.
"Berhenti memanggil ku tuan. Cukup panggil aku Jiyong. Dan ya, minggu depan kita akan menikah."
Apa Jiyong benar-benar sudah gila? Apa ia hanya ingin mempersulit hidupnya atau ia memang bersungguh-sungguh untuk membunuh nya? Sejauh apapun ia berpikir tidak ada satupun alasan bagi Jiyong untuk menikahi nya, lalu apa semua ini? -pikir Dara menyipit kan matanya.
.
.
.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]