10

723 81 8
                                    

Author pov.

Empat hari sebelum pernikahan, Jiyong mengajak Dara ke mansion kedua orangtua nya yang tak kalah megahnya dari mansion nya.

Sebenarnya Jiyong ingin mengajak Dara kemarin untuk menemui orang tuanya itu, namun ia mengurung kan niatnya itu dan menundanya jadi hari ini. Bukan karena kesibukan kantor lah yang membuat Jiyong mengurungkan niatnya itu melainkan karena keberadaan saudara tirinya lah yang membuat Jiyong malas untuk ke mansion itu.

"Tu-maksudku Ji. Apa kau yakin ingin mengajak ku untuk menemui orang tua mu?" tanya Dara gugup. Membayangkan akan menjadi istri Jiyong saja sudah membuat nya gugup, apalagi menemui orang tua Jiyong yang ia yakini tidak akan mau merestui hubungan mereka. Tentu saja mereka tidak akan setuju.

Orang tua mana yang akan menyetujui anaknya menikah dengan wanita hina seperti nya? Dari sudut manapun tidak ada satupun yang bisa di banggakan dari dirinya, terlebih lagi ia juga tengah mengandung anak dari mantan suaminya saat ini. "Mengenai mantan suami, apa aku harus memberitahu Jiyong? Tapi tunggu, bukankah Jiyong sudah tau bahwa aku tengah mengandung. Berarti dia sudah tau bukan? Ya, dia pasti sudah tau dari ahjumma." batin Dara memandangi Jiyong yang tengah fokus menyetir.

"Jangan gugup. Aku yakin orang tua ku akan menerima mu. Mereka bahkan tidak peduli pada hidup ku, jadi tanpa aku kenalkan pada mereka pun semuanya tidak akan berpengaruh apa-apa." ucap Jiyong tanpa mengalihkan fokusnya dari menyetir mobil.

"Lalu kenapa kau membawa ku kesana?"

"Karena sedikit harapan ku, mereka akan peduli pada hidupku. Walau itu mustahil." ucap Jiyong yang menurunkan nada suara nya pada akhir kalimat. Seperti sebuah keputus asaan. Dara sudah tidak bisa menyampaikan banyak pertanyaan yang berputar di pikiran nya lagi. Mood Jiyong sedang tidak baik, akan lebih baik baginya untuk diam.

---------

Sudah lima menit semenjak mereka tiba di kediaman orang tua Jiyong. Bahkan sudah lima menit pula mereka duduk diam di ruang tengah mansion tersebut. "Apa orang tuanya tidak ada di rumah? Kenapa Jiyong lebih terlihat seperti tamu di rumah orang tua nya sendiri?" pikir Dara masih tidak berani mengutarakan nya pada pria yang tengah duduk diam disamping nya itu.

"Kau datang? Ada apa?" tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja menghampiri mereka. Walau usianya bisa dikisarkan sekitar lima puluh tahunan namun wajah nya masih tetap kencang dan jangan lupakan wajah nya yang sangat menyerupai Jiyong. Dara seperti melihat Jiyong versi wanita. Dan ia sangat yakin wanita yang duduk anggun di hadapan mereka itu adalah ibu Jiyong.

"Aku akan menikah." ucap Jiyong to the point. Dara pikir wanita tersebut akan terkejut dengan ucapan tiba-tiba Jiyong. Namun ia salah, tidak ada raut perubahan sedikit pun di wajah datar wanita itu.

"Lalu?" tanya nya dingin.

"Aku hanya ingin memberitahu eomma. Empat hari lagi kami akan melangsungkan pernikahan di mansion ku." jelas Jiyong dan mengenggam tangan Dara yang sudah berkeringat dingin.

"Apa kau akan melangsungkan pernikahan mu secara besar-besaran?" tanya wanita itu yang lebih terdengar seperti sindiran.

"Ani, masih dua minggu sejak kematian Jin ah. Jadi aku hanya akan melangsungkan pernikahan secara tertutup." Jiyong masih menjawab sindiran eomma nya itu dan makin mengeratkan genggaman tangannya pada Dara. "Eoh, yasudah. Hanya itu saja bukan? Aku ada urusan penting dan tidak ada waktu untuk menyambut calon istri ketiga mu itu. Ku harap ia tidak berakhir seperti yang sebelum-sebelumnya." ibu Jiyong sedikit melirik remeh ke arah Dara.

"Tidak akan. Aku yakin dia wanita yang tepat untuk ku. Aku akan menjaga nya beserta anak-anak kami nanti." gumam Jiyong menampilkan senyuman nya. "Karena anak ku sedang berkembang dirahimnya saat ini." batin Jiyong makin melebarkan senyuman nya.

---------

20.00 ,mansion Jiyong

"Dara, apa ada teman mu yang akan kau undang ke pernikahan kita nanti?" tanya Jiyong membuyarkan lamunan Dara yang sedari tadi duduk diam di meja makan. Mereka sudah selesai makan sedari tadi. Namun Jiyong belum juga beranjak dari meja makan yang membuat Dara juga otomatis tidak bergerak dari tempat nya.

"Ye? Ah ne, jika di izinkan.. Aku ingin mengundang Bom dan Caherin." jawab Dara.

"Tentu saja kau berhak mengundang teman mu. Kau tidak perlu minta izin padaku." Jiyong tersenyum miring melihat tingkah Dara yang masih canggung padanya.

Jiyong tau jika Dara sebatang kara, jadi ia tidak perlu bertanya tentang keluarga calon istrinya itu. Dia juga tau jika Dara pernah menikah sebelumnya, namun suaminya telah berkhianat dan mencampakkan nya, dan ia yakin juga tidak perlu menanyai Dara akan mengundang mantan suaminya itu atau tidak. Jika Jiyong mengetahui banyak tentang Dara, namun kenapa ia tidak tau tentang kebenaran yang sebenarnya mengenai anak di kandungan Dara? Ia terlalu buta akan harapan menjadi seorang ayah. Jadi ia tidak ingin menyelidiki anak dikandungan Dara karena ia yakin Jika anak itu anak nya.

---------

"Eomma, apa Jiyong akan menikah lagi?" tanya Jaejoong saat melihat undangan yang terletak begitu saja di meja ruang tengah. Ia baru saja datang untuk berkunjung.

"Ya begitulah." jawab ibunya itu seperti tidak peduli.

"Bukan kah ini baru dua minggu semenjak kematian istri kedua nya? Ia akan menikah lagi? Apa ia tidak memikirkan tanggapan orang-orang?" Jaejoong bersikap seolah-olah peduli akan adik tirinya itu.

"Ia hanya akan mengundang orang-orang terdekat. Jadi kau tidak perlu khawatir dengan adik mu yang tidak pernah hormat padamu itu." jelas wanita paruh baya itu meraih tangan kasar putra tirinya itu.

"Apa kau sudah makan? Kenapa tidak memberitahu eomma jika kau berkunjung? Eomma kan jadi tidak sempat membuat makanan kesukaan mu." sambung nya menarik Jaejoong ke meja makan.

"Aku bisa memakan apapun eomma. Jadi tidak perlu begitu, aku bukan Jiyong yang memiliki alergi dengan beberapa makanan." jawab Jaejoong lembut dan mempersilahkan ibu tirinya untuk duduk terlebih dahulu. Seperti dugaan Jaejoong, wanita itu tidak akan menanggapi ucapan nya jika itu berhubungan dengan Jiyong. Ia sendiri juga tidak tau kenapa ibu tirinya itu lebih menyayangi nya daripada Jiyong yang notabene nya adalah anak kandung nya.

"Ah.. Jadi aku menemukan mangsa baru hm?" batin Jaejoong memperhatikan sebuah undangan yang sedari tadi di genggamannya.

-

Ting..

"Mainan baru eoh?" sebuah pesan singkat masuk ke telepon pintar Jiyong yang sukses membuat nya menggeram kesal.


"Aku tidak akan bersabar lagi jika kau berani mengganggu ketenangan ku lagi! Persetan dengan eomma yang akan membenci ku! Aku sudah tidak peduli!" balas Jiyong cepat.














.
.
.

TBC




Holla!

rencananya aku mau update ff ini satu kali sehari. Gimana menurut kalian semua?

Kalau banyak yang respon, aku bakal up ini tiap hari. Kalau respon nya dikit/gk ada yaa.. Berarti nggak jadi😂

.

Baibai👋

Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang