20: Rindu

269 13 0
                                    

    

       Sudah 2 minggu Zee terbaring di rumah sakit. Belum ada kemungkinan untuk perempuan itu sadar. Hanya suara detak jantung yang di pantau dari suara monitor.
Doa pun tak luput di panjatkan oleh ibunda tercintanya-Nora.

Setiap hari ruang rawat Zee selalu ramai. Baik itu keluarga, teman, dan sahabat.

Wajah pucat itu kian hari kian sayu. Tak ada lagi senyuman yang terukir di bibirnya yang tipis. Tapi tetap saja cantik. Setiap hari Arga selalu datang, cowok itu tak pernah berhenti mengajak yang terbaring untuk berbicara. Namun yang diajak tak merespon apa- apa.

"Ga. Mending lo istirahat dulu, dari semalam lo belum istirahat" ucap Alea pada teman satu sekolah nya.

Arga masih diam dan bungkam. Seakan - akan perkataan Alea tak ada guna nya. Alea pun dibuat kesal sendiri dengan sikap dingin dan cuek dari Arga. Baru kali ini ia melihat Arga sangat berubah. Berubah menjadi cuek dan masa bodoh

Tak lama itu Alea keluar dari ruang rawat Zeeya untuk memanggil Bagas supaya bisa membujuk Arga untuk beristirahat.

Setelah itu Bagas masuk dan menepuk pelan pundak Arga. "Lo gak harus kayak gini. Lo gak kasihan sama dia" ucap Bagas sambil melirik kearah Zeeya

"Kalo gini terus. Lo bisa sakit, Mama sama Papa pasti bingung mikirin nya. Sana istirahat. Biar gue yang jagain Zee"

"Tapi gue gak bisa jauh dari dia bang. Zee segala nya buat gue." ucap Arga lirih.

Bagas pun menyunggingkan sedikit senyuman ketika mendengar sang adik seperti itu

"Gue tau lo nyesel udah sia - siain cewek ini. Tapi gue yakin. Saat Zee bangun nanti hanya satu orang yang ingin  dilihat nya. Yaitu, Lo." tunjuk Bagas kepada dada bidang milik Arga. Akhirnya Arga menurut untuk sekedar istirahat walau sebentar.


******

"Lo mau kemana, Vi?" tanya Gilang pada cewek di hadapanya.

"Gue mau kerumah sakit. Mau mastiin kalo Zeeya udah sekarat. Dan itu akan memudahkan gue untuk matiin dia" ucap Violentia dengan senyum sinis nya

"Loo gila, hah?! Lo gak mikirin kedepanya?" Gilang menghalangi Vio untuk pergi.

Tapi percuma. Cewek itu sangat keras. Dan tekad nya tak perlu diragukan. Gilang sampai mengusap frustasi rambut nya. Bagaimana jika cewek itu benar - benar melakukan hal yang ia katakan tadi? Mau mikirkan nya sudah membuat kepala Gilang berdenyut.

Ia juga sangat merasa bersalah karena sudah menuruti perintah Vio yang aneh itu. Ia sebelumnya takut untuk melakukan kesalahan itu sehingga apa yang ia lakukan hampir saja merenggut nyawa seseorang yang tak ada salah padanya.

"Gue gak habis pikir sama sikap Vio. Dia nekad banget ngelakuin apa yang dia mau. Sampe gak mikirin hidup orang lain" gumam Gilang ketika Vio sudah pergi.

Jalanan sangat ramai ketika menuju kerumah sakit. Vio dengan senyum merekah nya dan tatapan sinis saat menuju rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit. Vio menuju ruangan yang telah diberitahu oleh perawat terlebih dahulu. Ia melihat ada Alea yang duduk disamping seorang wanita.

Wanita itu adalah Nora, Mama Zeeya. Vio mendekati pot bunga besar uang dapat menutupi tubuh kecilnya dari pandangan Alea.

"Tante, kita sholat isya dulu yuk. Nanti kita kesini lagi buat jagain, Zee" Nora pun mengangguk dan ikut bersama Alea untuk menuju mushola.

"Aman" kata Vio lalu berjalan lagi kearah pintu ruang rawat milik Zeeya. Ia melihat ada cowok tak lain adalah Bagas. "aduh! Ngapain abang nya Arga disitu? Gimana gue mau jalanin misi gue" gumam nya pelan. Namun ada seseorang yang mendengar perkataan itu

"Misi apaan?" tanya seseorang di belakang bahu nya. Ternyata orang itu adalah Sabrina. Kakak dari Arka. Vio sangat terkejut melihat orang yang menimpali perkataan nya barusan. Ia sangat takut jika semua ini terbongkar. Maka rencana nya akan gagal. Zee tak jadi mati. Dan Arga tak jadi ia miliki.

"Eh,,,anu. Itu mau jenguk Zeeya,aku temen satu sekolah dia" bohong Vio sambil mencari alasan untuk kabur

"Oh. Yaudah kalo gitu, masuk aja, jenguk temen kamu." kata Sabrina sambil menelusuri gelagat dari cewek dihadapan nya

"Eh,, nanti aja. Mau ke toilet dulu" lalu Vio pergi meninggalkan Sabrina yang penuh tanda tanya.

"Aneh banget sih cewek itu" lalu Sabrina membuka pintu dan masuk. Disana ada Bagas yang fokus pada Ponsel nya

Sabrina masuk meletakkan keranjang buah di atas nakas dan memberi kan Bagas secangkir kopi hangat. "Nih buat kamu, langsung diminum ntar dingin" Bagas pun menerima uluran kopi itu.

"makasih, ya" ucap nya lalu menyesap kopi itu perlahan. Rasa kenikmatan kopi itu mengalir membasahi tenggorokan nya dengan kehangatan yang tiada tara.

"Tadi di depan ada cewek. Pas aku tanya dia agak gugup gitu. Katanya sih temen satu sekolah sama Zee" ucap Sabrina.

"Cewek? Alea maksud kamu?" Bagaa bertanya balik

Sabrina menggeleng "bukan. Alea tadi ketemu sama aku di lobby sama tante Nora mau ke mushola. Cewek itu rambut nya agak coklat, tinggi trus tadi aku denger. Dia mau jalanin 'Misi' gitu," Bagas pun masih menebak siapa cewek yang dimaksud oleh pacarnya itu.

"Biarin aja deh. Gak usah di pikirin. Nanti biar aku tanya sama Arga atau gak Arka. Siapa tau mereka kenal sama cewek yang kamu maksud barusan." ucap Bagas.


******

"Aduh!!! Hampir aja gue ketahuan sama orang itu. Gagal deh rencana gue. Apa gue suruh Gilang aja yang ngelakuin misi ini?" ucap Vio yang sekarang sudah berada kembali di dalam mobil nya.

Lalu sekarang ia melajukan mobil nya menuju kerumah Gilang. Niat nya ingin mengajak partner nya itu untuk berkerja sama.

Dirumah sakit.

"Ga, tadi Sabrina lihat ada cewek yang berdiri di depan pintu masuk ruangan Zee. Gue gak lihat siapa cewek yang datang itu karena gue didalem." ucap Bagas.

Arga mengernyitkan dahi tanda tak tahu."Siapa?," tanya Arga

"Kayak nya satu sekolah sama lo deh. Katanya mau jenguk, Zeeya" kata Bagas sambil memakan buah pisang yang dibawakan oleh Sabrina diatas nakas.

Siapa ya? Apakah Vio?
-batin Arga.

"Nantilah gue cari tau siapa. Gue mau jagain Zee lagi. Udah kangen gue," lalu Arga masuk kedalam ruang inap Zee dan duduk di kursi samping ranjang milik Zeeya.

Arga duduk sambil memegang tangan pucat milik Zee. Genap hari ini sudah 3 minggu 5 lima hari Zee terbaring di rumah sakit, ia sangat rindu dengan perempuan cantik yang telah sukses mengisi hatinya saat ini.

"Hallo princess Zeeya, apa kabar? Oh iya. Besok lusa kita kelulusan, cepat sembuh dong biar kita bisa rayain kelulusan bareng- bareng, sama gue, Alea, Arka dan si curut Arian. Gue kangen sama lo, Zee" ucapnya sambil mengusap lembut punggung tangan cewek itu.

"Gue belum bisa cari tau informasi yang sesungguhnya tentang kecelakaan lo ini. Gue belum bisa menyimpulkan siapa pelaku nya. Tapi gue yakin kasus ini akan ketahuan" sambungnya.

"Arga, kamu kenapa ngomong sendiri sih?"  Irfan dan istrinya masuk menegur Arga yang bermonolog sendiri

"Mama, Papa ngagetin aja deh." kara Arga

"Habis kamu sih, serius banget ngomong sama Zee" ucap Mama nya sambil mengelus bahu Arga.

"Arga lagi kangen- kangenan sama Zee. Udah, Papa sama Mama gak usah ganggu. Mending temenin tante Nora aja, kasihan dari kemarin cuma kak Sabrina yang nemenin dia," Arga mencoba untuk mengusir orang tua nya dengan cara halus.

"Ya udah, kita keluar dulu. Jagain Zee baik- baik." lalu Irfan mengajak istri nya untuk menunggu di luar ruangan.

******

"Huh!!!" Arka mengelah nafas nya kasar. Ia sangat ingin menghukum orang yang berani mencelakai teman nya itu. Sungguh ia sangat sayang pada Zeeya.

Arka tak akan membiarkan masalah ini terus berlarut.

"Gue harus cari tau." gumam Arka.

Dear Arga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang