Perjalanan dari negeri tercinta menuju negeri orang itu sangat lah melelehkan. Bukan karena tidak bisa berbahasa atau mencari tempat tinggal. Melainkan sulitnya beradaptasi dengan orang disekitarnya. Hongkong adalah tempat yang selalu di impikan oleh Arka sejak kecil. Pergi ke Hongkong dan sekolah disana adalah idaman nya bersama saudara kembar nya yaitu David.
Mungkin perasaan Arka ketika sampai di kota Hongkong yang terletak di bagian tenggara tiongkok di estuari sungai Mutiara dan laut tiongkok. Adalah perasaan yang sangat tak bisa diutarakan bagi Arka
"Huh! Akhirnya sampai juga di Hongkong" ucap nya sambil tersenyum senang.
Arka menarik koper nya menuju halte bus untuk menuju ke apartemen yang sudah disiapkan nya sebulan yang lalu. Setelah lama menunggu, Arka belum juga mendapatkan bus untuk menuju ke apartemen nya.
Sekitar beberapa menit kemudian, ada sebuah taksi. Langsung lah Arka memberentikan taksi tersebut dan memberikan alamat kepada sopir taksi itu.
Selama perjalanan. Arka tak henti-hentinya tersenyum. Dihatinya saat ini sangat senang dan bahagia. Walaupun sulit baginya untuk berpisah dengan kakak perempuan nya, dan berpisah kepada teman-teman nya sekaligus berpisah kepada Zee yang ia sudah anggap adik sendiri.. tapi perpisahan itu akan berakhir setelah satu minggu tiba di Hongkong. Karena Arka kembali lagi untuk menghadiri acara pernikahan Sabrina dan Bagas.
Setelah memutari kota Hongkong, sampailah taksi tersebut di area apartemen di kota elit di tengah-tengah kota Hongkong. Arka sangat terpesona dengan gaya bangunan di kota Hongkong, meskipun banyak gang gang sempit, tetapi terasa lebih nyaman dibandingkan kota jakarta yang padat dan macet.
Arka memasuki sebuah gedung tinggi yang memiliki ornamen tembok berwarna orange, terlihat seperti gaya gendung tua. Tetapi sangat megah dan istimewa yang di atas nya betuliskan Little Tai Hang. Apartemen itu sudah disiapkan pihak kampus yang akan menanggung segala biaya yang dibutuhkan oleh Arka selama berkuliah disana.
Arka di sambut baik oleh teman yang akan menjadi partner dirinya selama di Hongkong. Orang itu juga orang indonesia yang sama seperti Arka. Pejuang beasiswa.
Menyangkut tentang Beasiswa. Bukan berarti Arka tak mampu untuk bersekolah di luar negeri. Hanya saja Arka terlalu pintar, sehingga pemerintah tidak rugi membiayai sekolah nya.
****
"Iya. Yang itu bagus, kamu lebih cantik kalo pakai yang itu" ucap Bagas sambil memperhatikan calon istrinya memilih baju pengantin. Sedangkan Arga dan Zee sedang berkeliling mancari sesuatu untuk ulang tahun Alea teman sekolah nya dulu.
Arga sangat bingung melihat Zee yang sangat bahagia mencari kesana kemari toko yang ada di Mall itu.
"Nih, cewek gak bosen apa keliling gak jelas' ucap Arga dalam hati. Jujur. Arga sangat lelah, kaki nya kini sudah menyerah untuk bejalan
Berbanding terbalik dengan cewek dihadapan nya. Ia masih semangat untuk mencari hadiah demi teman baik nya
"Masih lama gak nih? Gue udah laper tau. Mana gue belom sarapan lagi" ucap Arga dengan ekspresi wajah yang dibuat buat supaya Zee lebih kasihan padanya."Sabar dong Ga. Ini aku lagi bingung mau pilih kado yang mana"
"Beliin jam tangan aja" Arga berucap sambil melipat kedua tangan nya di depan dada. Seolah olah sudah sangat lelah.
"Kalo jam tangan udah biasa Ga. Cari yang lain"
Sungguh keras kepala Zee tidak pernah hilang. Itulah yang membuat Arga semakin gemas.
****
"Selamat menetas Alea. Aku ada hadiah loh buat kamu" ucap Zee.
Alea yang merasa diberikan kejutan tak terduga dari teman sebangku nya sewaktu SMA, sangat merasa bahagia. Apalagi di hari ulang tahunnya Arian selaku pacar Alea ingin melamar Alea pada saat malam ulang tahun.
Arga juga ikut mengucapka selamat pada Alea. Walaupun sering kali mereka bertengkar sewaktu masih bersekolah.
"HBD ya nenek lampir, semoga lo gak resek dan gak bar bar. Kasihan kan temen gue Arian" ucap Arga dengan santai tanpa bersalah.
"Enak aja lo bilangin gue nenek lampir, gini gini gue itu cantik ya! " jelas jelas Alea tidak terima jika dirinya di katakan seperti nenek lampir.
"Idih.. cantik dari mana? Cantikan juga Zeeya" ucap Arga sambil merangkul pundak cewek di samping nya. Arian yang melihat kelakuan Arga yang sering bertengkar dengan pacar nya itu pun hanya cengegesan tidak jelas.
****
"Gimana keadaan lo? " tanya Gilang. Gadis yang berhadapan dengan nya hanya diam menatap kosong.
Gilang masih sabar memberi pertanyaan kepada gadis itu. Namun, yang diberi pertanyaan hanya diam tak bersuara.
"Sungguh miris" ucap Gilang, pelan namun masih bisa terdengar.
"Gue prihatin sama lo. Cantik, kaya, pinter, tapi lo gak bisa manfaatkan semuanya. "
Tetap saja, gadis itu diam. Tak ada respon sedikit pun. Semakin melihat kondisi gadis tersebut, Gilang malah semakin tertarik untuk membuat hati gadis itu berteriak.
Gilang semakin mencari cari cara untuk membuat gadis itu marah dan naik pitam."Lo emang cewek murahan. Dasar ular. Lo yang udah bunuh David."
Brakkkk....
Gadis itu melotot tajam kearah Gilang. Gadis itu menggebrak meja yang ada di depan nya. Melihat itu Gilang sempat kaget, dan berusaha menormal kan jantung nya.Gilang berdesis sinis. "Sudah gue duga. Akhirnya lo terpancing"
"Kalo lo cuma mau bicara hal bodoh itu. Mending lo pergi dari ruangan ini" ucap gadis itu.
Gilang kembali tersenyum sinis.
"Hal bodoh? Diri lo sendiri yang ngebuat hal bodoh itu terjadi. Coba aja kalo lo gak terobsesi sama cinta. Mungkin hal bodoh ini gak lo lakuin" ucap Gilang dengan santai, namun sangat tajam.
Gadis yang bernama Violentia tersebut sangat tertohok mendengar perkataan dari Gilang."Gue pamit ya. Selamat menikmati kesengsaraan di dalam sana" lalu Gilang pergi dan meninggalkan Vio yang masih kesal.
****
Setelah merayakan ulang tahun Alea, dan menyaksikan acara lamaran. Zee dan Arga pun pulang. Desau angin sedikit dingin menusuk kulit karena malam ini cukup mendung.
"Mau gak di lamar kayak Alea tadi?" Ucap Arga. Seketika Zee langsung diam. Ada perasaan malu, senang dan takut.
Malu karena ia dan Arga hanya berdua didalam mobil. Senang karena memang sejak dulu ia menginginkan itu dari Arga. Takut karena ia tak bisa berkata apa apa lagi. Ingin rasanya Zee menari nari di tengah jalan sana demi kebahagiaan yang ia dengar dari mulut orang yang disukai nya sejak kecil
"Kok diem? Beneran mau di lamar? Kalo mau, sekaligus aja waktu pernikahan bang Bagas sama kak Sabrina." Zee tak tahu apa perkataan Arga benar, atau hanya sebuah lelucon. Tapi saat ini Zee sangat ingin perkataan itu serius.
Bengkulu, 15 januari 2020.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Arga (END)
Ficção AdolescenteZeeya An-Noura dan Arga Raufandra. adalah dua sahabat sejak kecil. Zee yang memilik sifat manja, cerewet, dan manis. sedangkan Arga memilik sifat baik, pendiam, peduli ,dan sayang kepada Zeeya.