#24: Kantor Polisi

278 14 2
                                        

Jika kamu memang untukku.
Maka mendekatlah, jika tidak maka Menjauhlah
_syfaanugrah_

Sinar Mentari pagi telah menampakkan dirinya dari celah jendela kamar yang didominasi dengan warna pink perpaduan putih itu. Mungkin jika dilihat, gelungan selimut itu lebih cocok di sebut kepompong. Karena bergelung seperti layak nya ulat yang membungkus diri.

"Bangun dong. Jangan jadi kebo" cowok itu menyingkapkan gorden yang masih tertutup.

Cowok itu selalu sabar jika berhadapan dengan gadis didekat nya itu.
Lalu cowok itu mendekat dan menarik lembut selimut yang membungkus tubuh mungil nya.

"Sayang. Bangun dong, mau ke butik gak? Atau mau beli es krim?" Cowok itu memang pandai merayu. Sedangkan yang dirayu pun terbuai dengan omong kosong itu.

Tak butuh waktu lama untuk cowok itu membangunkan pujaan hatinya.
Dengan mata yang masih sedikit terpejam, rambut yang aut-autan. Serta muka bantal yang membuat cowok itu tak berhenti tersenyum.

"Kenapa senyum?" Tanya gadis yang masih memeluk guling sambil duduk.

"Kamu sih. Muka nya lucu. Trus piyama panda kamu tambah bikin kamu lucu" ucapnya lalu mengacak rambut gadis itu.

"Ishh!udah tau berantakan. Masih juga diacak acak"

"Hahaa. Yaudah, sekarang mandi terus siap- siap. Mamah nyuruh temenin lo ke butik" lalu gadis cantik nan manis itu pergi ke kamar mandi untuk bersih - bersih. Sedangkan Arga memilih untuk menunggu di ruang tamu.

****

"Selamat pagi mbak. Ini adalah surat panggilan kepada saudari Anastasya Violentia. Untuk segera ikut kami ke kantor polisi. " ucap laki-laki dengan pakaian yang serba hitam .

Sedangkan gadis di hadapan nya hanya diam dan memikirkan sesuatu. Mungkin mencari jalan supaya dapat kabur dari lelaki tersebut yang bertugas sebagai pihak berwajib.

Namun. Belum sempat kabur tangan gadis itu sudah terlebih dahulu diborgol.
"Lepasin gue! Gue gak salah. Kalian gak berhak bawa gue ke kantor polisi!" Teriak nya sambil terus memberontak.

"Anda bisa jelaskan nanti di kantor polisi. Sekarang ikut kami!" Ucap lelaki yang telah memborgol tangan gadis itu.

Gadis itu tak tau harus melakukan apa. Dirumah nya dia hanya tinggal sendiri. Orang tua nya belum kembali dari luar negeri. Ia cukup takut dengan keadaan saat ini. Ia sempat mengumpat kepada dirinya sendiri. Tak ada yang bisa membantu dirinya untuk saat ini.

Setelah sampai di kantor polisi. Ia melihat seorang cowok tengah duduk berhadapan dengan polisi lainya. Tampaknya polisi tersebut sedang memproses cowok di hadapannya.

"Gilang" ucap gadis itu. Maka cowok yang disebut namanya hanya tersenyum sinis.

"Gue udah kasih tau yang sebenarnya. Dari tujuan lo celakain David. Sampai niat lo buat celakain Zeeya. Dan gue juga udah bilang kalo elo semua yang nyuruh gue buat ngelakuin semua itu" jelas Gilang.

"Gilang!! Gue akan balas semua ini. Lo harus mati!! "Ucap gadis itu sambil berteriak. Gilang hanya tersenyum kecut.

*****

"Kak, Arka mau keluar dulu ya. Mau ketemuan sama temen"

"Gak sarapan dulu Ka?. Kakak udah masak nih!" Ucap Sabrina sambil menuangkan nasi goreng ke dalam piring di atas meja makan

"Nanti aja kak. Arka buru -buru"
Lalu Arka pergi menggunakan motor sport nya.

Arka mendapat kabar dari Gilang jika ia sudah berada di kantor polisi. Dan Gilang juga sudah memberitahukan dirinya bahwa Gilang adalah suruhan dari Violentia. Dengan cepat Arka menuju ke kantor polisi untuk mengungkap kasus empat tahun lalu dan kejadian kecelakaan yang menimpa Zeeya 1 bulan yang lalu.

Setelah beberapa menit di perjalanan. Arka sampai di kantor polisi terdekat. Saat ia masuk. Dia sudah melihat Gilang yang duduk berhadapan dengan polisi. "Akhirnya lo datang juga. Gue kira lo gak mau tau informasi ini" ucap Gilang pada Arka.

Arka masih cengo. Ia belum paham situasi ini. "Vio udah di ruangan introgasi. Gue udah jelasin semua nya"

Lalu Arka pergi menemui polisi yang lain untuk meminta izin agar bisa menemui Violentia.

Setelah dapat izin. Arka masuk menemui Violentia.
"Gimana? Lo udah nyerah belom?" Ucap Arka. Namun. Gadis itu hanya diam menatap Arka dingin.

Arka tertawa. Ia sangat suka melihat Vio menderita seperti itu. "Hahahha. Ini belum seberapa. Bisa - bisa lo bakal membusuk disini." Ucap Arka dengan tatapan yang mengitimidasi.

"Lo gak berhak ngelakuin ini ke gue. Lo bukan siapa -.siapa"

"Heh! Oh ya? Kalo gue gak berhak ngelaporin elo. Berarti lo juga gak punya hak buat nyakitin banyak orang. Sampai -sampai lo ngebunuh kembaran gue!" Arka sudah naik pitam. Ia sudah geram melihat gadis yang tidak ada sedikit pun rasa bersalah.

"Lo udah buat orang yang gue sayang pergi selamanya. Dan sekarang. Lo udah mau ngabisin temen gue juga. Gue salut sama lo. Bisa juga lo jadi mafia"

"Silakan kalo emang lo mau ngelakuin apa. Yang penting. Selepas ini gue akan balas semua yang udah lo lakuin!" Gadis itu ingin kalah saing dengan Arka.

"Coba aja. "

Lalu Arka pergi  meninggalkan ruangan itu. Dan menemui Gilang.
"Lo harus berada disini selama satu bulan. Karena lo udah berkerja sama dengan Vio. Mudah- mudahan gue inget buat bebasin elo"

Gilang hanya diam. Ia tau bahwa diri nya juga bersalah. Wajar dia menerima hukuman ini.

Lalu Arka menepuk pelan pundak Gilang. Lalu pergi.

****

"Kita mau kemana sih? Pagi-pagi udah disusruh mandi aja. Ini kan hari libur"

"Justru ini hari libur. Makanya gue mau ajakin lo jalan - jalan. Sekalian kita mampir ke butik temen nya mamah" ujar Arga

"Udah siap?" Tanya Arga. Gadis itu pun mengangguk. Lalu mereka pergi.

Diperjalanan hanya desau angin pagi yang berhembus membelai dedaunan yang hijau akan embun yang dingin. Mobil hitam metalik itu melaju dengan kecepatan normal menuju taman kota.

"Jangan keluarin tangan. Nanti keserempet" ucap Arga pada Zee yang sedang mengeluarkan tangan nya melambai kearah angin.

"Masukin"

Dengan menurut Zee memasukan lagi tangan nya dan menutup kembali kaca mobil.

"Tapi janji ya, beliin es krim" ucap nya.

"Iya bawel" ucap Arga sambil mengacak rambut milik gadis cantik itu.

Dan gadis itu tersenyum.

Maaf ya.. bagian yang ini agak pendek.
Tetap bsca dear arga ya.
Makasih.

Bengkulu, 29 oktober 2019

Dear Arga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang