5:Kabar Buruk

317 26 15
                                    




        Setelah sampai dirumah. Zee langsung mencuci muka di wastafel kamarnya. Sekarang ia tinggal di rumah Arga lagi. Jam dinding di kamarnya menunjukan pukul 23:15

Sudah cukup malam bagi Zee.
Saat mencuci muka. Ia melihat pantulan wajahnya di cermin. Perasaan nya kurang enak. Ia merasa berat jika harus berpisah dengan kedua orangtua nya.

"Gak biasa nya aku kayak gini, Biasa nya kalo mama sama papa pergi. Aku baik baik aja" gerutu nya.

________

Bagas belum merasa ngantuk. Sedangkan Arga dan Zee sudah berada di kamarnya masing masing

Saat ingin menyala kan televisi. Ada suara telpon berdering.

Bagas pun mengangkat telpon itu

"Halo"

"________"

"Apa?!"

"________"

"Baik. Saya kesana sekarang!"

Bagas sangat shock. Bagaimana ia bisa mengatakan ini  pada Adik angkat nya itu. Pasti gadis itu sangat kehilangan.

Perlahan ia menetralkan jantung nya. Ia berjalan menuju kamar Arga. Kebetulan Arga juga belum tidur .

"Ada apa bang?" Arga bertanya.

Berat bagi Bagas mengatakan hal ini.

"Abang kenapa? Kok diem,?" Arga masih bertanya.

"Anu...   Eh..pesawat yang di tumpangi om Rizal dan tante Nora kecelakaan." ucap Bagas dengan nada shock nya.

Arga terkesiap. Ia mematung mendengar perkataan itu. Zee... Bagaimana dengan gadis itu? Arga berlari kekamar Zee dan diikuti oleh Bagas.

Zee masih duduk di tepi ranjangnya, ia juga belum tidur padahal hari hampir tengah malam.

Arga membuka pintu kamar Zee dan langsung memeluk tubuh mungil gadis itu.

"Arga kenapa?," gadis itu belum tau apa- apa tentang kejadian ini.

Namun Arga belum melepaskan pelukan itu. Setelah Zee berkutat dan sulit bernafas baru--lah Arga melepaskan nya. Bagas berdiri di depan pintu. Ia takut memberi tahu kabar buruk ini kepada Zee.

"Kalian kenapa? Kok Abang Bagas diem aja.? Ada apa sih Ga?,"  Zee bertanya tanya.

"Arga ada apa,? Jawab?!,"
Masih sunyi, Arga dan Bagas masih berdiam tanpa suara.

Akhirnya Bagas menceritakan hal yang terjadi.
Gadis itu hampir pingsan saat mendengar kabar buruk itu. Bagas merasa bersalah telah menceritakan kejadian ini. Tapi itulah keadaanya.

Arga merengkuh tubuh Zee yang terduduk lemas di lantai.
Zee menangis.

"Gak mungkin! Ini bohong! Ini gak mungkin! Hiks.....hiks...." Zee menangis sejadi jadi nya.

Padahal Bagas dan Arga sudah berjanji tak akan membuat gadis itu menangis

"Zee yang sabar ya, Abang sama Arga disini," Bagas mencoba menenangkan Zee di pelukan Arga. Arga pun tak kuasa menahan sedih. Ia juga kehilangan orang yang telah menjadi orangtua kedua setelah Papa--nya.

Bagas pun menelpon orang tua nya di London. Memberikan kabar duka itu .

Hari sudah tengah malam. Laporan hilang nya pesawat pun belum di temukan.

Zee berlari kearah pintu, ia ingin mencari keberadaan orang tuanya.

"Zee mau kemana?," Bagas menahan tangan nya yang sudah memegang knop pintu.

Dear Arga (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang