Tanpa bersama, cerita yang tertulis sekarang ini hanyalah cerita. Sesuatu membuat kita bermakna saat yang kita lakukan adalah untuk terus bersama.
***
"FARREL!!!"
"Anjir!" umpat cowok itu kaget. Mengakibatkan botol minuman yang ia pegang jatuh ke lantai. "Apaan?!" Farrel memungut kembali botol itu dan meletakkannya ke atas meja dapur. Ia berjalan menuju ruang tengah.
Kayla berdiri di samping meja depan televisi dengan berkacak pinggang. Di sana berceceran banyak makanan ringan dan minuman soda. Berantakan dengan bantal sofa yang tergeletak di mana-mana. "Kalo udah gini siapa yang mau bersihin?!"
"Lo-lah," sahut Farrel enteng, "lo 'kan yang punya rumah."
"Farrel!" Kayla menggertakkan gigi gemas. Ia berlari mengejar cowok itu. Membuat Farrel terpekik dan memilih untuk menghindar.
Kayla terus meneriaki nama Farrel sambil menyuruh cowok itu untuk membersihkan, tapi Farrel terus mengulang kata tidak. Hingga pada akhirnya, kaki Farrel tersandung kotak kecil berbahan kayu yang diletakkan Mbak Tatik sembarangan.
"Awh!" pekik Farrel terjatuh. Ia meringis sambil memegang ujung kakinya.
Kayla tergelak. "Eh?" Cewek itu terduduk di sampingnya dengan wajah cemas. "Lo nggak pa-pa?"
Farrel sedikit mengangkat kakinya mendekat. Memperlihatkan ibu jarinya. "Darah, La ... "
Kayla khawatir, cemas, serta takut. "Sini gue bantu berdiri." Ia mengangkat tangan Farrel dan menuntun cowok itu untuk terduduk di sofa. "Di sini dulu."
"Mau ke mana?" tanya Farrel.
"Gue ambil kotak obat dulu, kaki lo harus diobatin." Tak lama kemudian, Kayla kembali lagi sambil membawa kotak putih yang diyakini Farrel itu adalah kotak pertolongan pertama.
"Angkat kaki lo di sini," suruh Kayla. Ia membantu Farrel untuk mengangkat kakinya ke atas meja yang sejajar dengannya. Kayla berjongkok dan dengan hati-hati mulai membasuh darah yang mengalir di ujung kaki Farrel.
Farrel meringis yang membuat Kayla menoleh ke arahnya. "Sakit, ya?"
"Lumayan."
Keheningan tercipta di antara mereka setelah beberapa saat. Hingga membiarkan Kayla untuk langsung menaruh lagi kotak obatnya kembali. Setelah selesai, Kayla kembali duduk di samping Farrel. Cowok itu tengah mengatur napas dengan mata terpejam.
"Maaf, ya ... "
Kedua mata Farrel terbuka. Ia melirik ke samping. Sudut bibirnya terangkat. "Buat apa?"
"Gara-gara gue kejar, lo jadi kesandung, deh."
"Nggak usah minta maaf. Guenya aja yang nggak hati-hati."
"Tapi kaki lo berdarah."
Farrel tersenyum. "Cuma dikit."
Kayla terus merasa cemas. Apalagi melihat wajah Farrel yang terlihat begitu kesakitan. Tak pernah Kayla tahu jika seperti ini saja bisa membuat Farrel mendadak lemas. Pasalnya yang Kayla pahami, Farrel sedikit tidak nyaman jika berhadapan dengan yang namanya darah.
"Lo nggak usah khawatir gitu. Gue nggak pa-pa, La. Paling juga bentar lagi sembuh."
Kayla hanya diam. Menyembunyikan ketakutan dengan anggukan pelan.
"Kaki lo kenapa?"
Mereka menoleh ke arah samping. Dipta dan Mytha datang dengan satu cewek yang berdiri di belakang Dipta. Cewek itu sekilas tersenyum ke arah Kayla, lalu berjalan menuju dapur tanpa izinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Mission (Completed)
Teen FictionMisi rahasia yang harus Kayla, Dipta, dan Farrel pecahkan di SMA Pradana ternyata tak semudah yang mereka pikirkan. Ada saatnya mereka harus berhenti mencari, karena nyatanya akar dari masalah itu bukan dari musuh yang seringkali mereka mata-matai...