Bahkan yang mengaku kuat sekalipun tidak akan pernah baik-baik saja saat menghadapi kehilangan.
***
"Kita harus gimana sekarang?"
"Gimana apanya?" tanya Farrel polos.
Kayla menghela napas jengah. "Farrel!" Ia menjitak kepala Farrel, tapi tidak sampai karena cowok itu sudah lebih dulu menghindar. "Lo nggak dengerin gue ngomong, ya, dari tadi?"
Dalam posisi duduk melingkar di atas karpet, Farrel melirik kedua sahabatnya itu untuk kemudian mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Kayla.
Kayla melengserkan kedua bahunya. Lemas. "Farrel ..." Farrel tersenyum. Kayla memutar bola matanya. "Kita 'kan lagi ngomongin soal berita tadi."
Mulut Farrel membentuk lingkaran sambil mengangguk paham. "Terus?"
Kayla beralih menatap seorang cowok yang duduk bersilang di depannya. "Gimana, Ta?"
"Gimana apanya?" tanya cowok itu. Persis seperti Farrel. Bedanya nada kalimat ini sangat datar.
"Ta!" bentak Kayla gemas.
Dipta tertawa kecil. Kedua tangannya menaut dengan jari telunjuk saling mengentuk. Ia mengendikkan kedua bahunya. "Terus gimana? Nggak ada masalahnya juga 'kan sama kita?"
"Lo denger 'kan tadi beritanya kayak gimana? Penyelundupan narkoba di sekolah dan pelakunya anak sekolah. Lo nggak khawatir kalau semisal--"
"Salah satu pelakunya ada di sekolah kita gitu?" potong Dipta membuat Kayla terdiam. Setiap kali berasumsi dengan Dipta, Kayla dibuat tak berkutik dengan tatapan dan suara berat khas cowok itu.
"Lo takut sekolah kita kena narkoba gitu, La?" tanya Farrel. Sekilas Kayla meliriknya lalu mengangguk samar. Ragu sekali.
"Itu tadi berita dari SMA Sakti Adijaya," ujar Farrel, "lo tau sendiri 'kan SMA itu kayak gimana? Anaknya nakal-nakal, pada nggak tau aturan. Ya, menurut gue, sih, wajar kalau mereka kena narkoba karena pergaulannya yang nggak baik."
Kayla diam mendengarkan.
"Sekolah kita sekolah favorit di kota ini. Pernah dapat penghargaan juga bebas dari narkoba. Terus apa yang lo takutin? Gue, sih, nggak yakin kalau murid SMA Pradana ada yang pake narkoba."
"Itu penghargaan dari tahun lalu sebelum kita masuk. Penghargaan aja nggak bisa ngejamin gimana sekolah kita ke depannya," sahut Kayla.
"Iya, sih. Terus sekarang maksud lo mau gimana?"
"Lo ngerti 'kan sekarang gimana posisi gue di sekolah? Gue baru aja dijabat jadi Ketua OSIS periode baru. Tanggung jawab gue gede buat jaga ini sekolah. Bukan bisanya cuma buat proposal terus ajuin ke kepala sekolah, udah gitu aja, bukan. Gue juga harus jaga nama baik sekolah kita," tegas Kayla.
Suara cewek itu terdengar gelisah membuat Farrel dan Dipta harus mendengarnya dengan jeli. Jika sudah serius seperti ini, berarti hal yang sedang dibicarakan memang sudah membuat Kayla sangat tidak nyaman.
"Dengan datangnya berita ini gue nggak tau harus gimana. Oke, gue setuju sama perkataan Farrel, gue juga nggak yakin kalau anak sekolah kita bisa terlibat narkoba karena nggak mungkin aja. Tapi lo tadi denger 'kan? Beberapa pelaku yang belum ketangkep masih berkeliaran di sekolah yang nggak jelas apa nama sekolahnya." Suara Kayla terdengar lirih. "Kemungkinan bisa aja terjadi."
Kayla menatap Dipta penuh harap. "Ta, lo paham 'kan maksud gue?"
Dipta mengangguk dan tersenyum kecil. Cowok itu menegapkan tubuhnya, menatap lurus ke arah mata Kayla. "Langsung aja, ya. Lo mau apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Mission (Completed)
Ficção AdolescenteMisi rahasia yang harus Kayla, Dipta, dan Farrel pecahkan di SMA Pradana ternyata tak semudah yang mereka pikirkan. Ada saatnya mereka harus berhenti mencari, karena nyatanya akar dari masalah itu bukan dari musuh yang seringkali mereka mata-matai...