Ingin memintamu tetap di sini, tapi kamu egois sendiri. Memilih pergi.
***
Kayla berbalik setelah menutup laptop dan memasukkannya ke dalam laci meja.
Ia menatap Dipta dan Farrel bergantian. "Masih inget 'kan sama misi kita?"
Farrel berdecak. "Itu beneran mau dilakuin?
"Iyalah. Lo kira gue main-main apa?" ucap Kayla, "ini penting buat gue."
"Ada apa emang, La?" Dipta yang sedari tadi hanya bermain game di ponsel kini bersuara tanpa mau mengalihkan pandangannya pada benda itu.
Dipta merasa tidak ada yang menjawab. Ia mengangkat kepala melihat Kayla sedang menatapnya, lalu beralih lagi menatap ponsel, kembali melihat Kayla yang berkerut dahi.
"Iya." Dipta memasukkan ponselnya ke dalam laci. Dia menyenderkan punggung melihat Kayla dengan serius.
"Barusan gue dapat kabar dari temen gue yang sekolah di SMA Sakti Adijaya—"
"Lo punya temen di sana?" potong Farrel tiba-tiba, "sejak kapan? Atau jangan-jangan temen lo itu nggak bener, ya?"
"Ish! Jangan ngawur, deh, kalo ngomong. Ini, tuh, temen gue yang udah gue anggap saudara sendiri. Dia Ketua OSIS di SMA Sakti Adijaya," elak Kayla, "temen gue ini namanya Linda. Setelah kemarin gue denger berita itu gue langsung minta tolong sama dia buat ngasih tau informasi soal temen sekolahnya yang ketangkep polisi."
Farrel dan Dipta sama-sama melipat kedua tangannya di atas meja. Mendengar cewek itu berbicara.
"Namanya Ibra, panggilannya Abor. Linda bilang sebelum dia digebrek polisi di rumahnya, Ibra ini lagi kumpul sama temen-temennya. Ada yang satu sekolah dan ..." Ucapan Kayla menggantung. Ia tiba-tiba berhenti dengan tatapan penuh ragu.
"Dan apa?" Rupanya Farrel sudah tidak sabar menunggu.
"Linda bilang, satu dari temannya itu anak dari sekolah kita." Kayla buru-buru menegapkan tubuhnya. "Tapi gue nggak tau info Linda ini bener atau enggak. Soalnya kata Linda dia pernah liat gitu anak sekolah kita main bareng Ibra."
"Main bareng bukan berarti ikutan juga 'kan La," ujar Farrel mengecilkan suara.
"Iya, sih. Tapi tetep aja gue agak penasaran gitu."
"Ada anak sekolah kita yang lo curigain?" Dipta bertanya.
Kayla mengangguk samar. Lebih karena ia juga belum yakin dengan dugaannya.
"Jangan fitnah lo. Kalo itu nggak bener gimana? Bisa aja temen lo itu salah liat," sanggah Farrel.
Mendengar itu Kayla terdiam. Ia menunduk menatap sepasang sepatu hitam yang ia kenakan. Jari-jarinya saling bertaut di atas paha yang dilapisi rok abu-abu. Kebiasaannya jika sedang takut.
Sebuah uluran tangan memegang bahunya. "Nggak usah khawatir. Kita selesaiin masalah ini sama-sama." Suara Dipta membuat Kayla mengangkat kepala untuk kemudian tersenyum.
Ia menoleh ke arah Farrel dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajah. Memasang wajah memohon. Melihat itu Farrel mendengkus.
"Iya-iya, gue ikut," jawab Farrel malas, "suka banget, sih, kasih kerjaan gue."
Membuat senyum di wajah Kayla semakin lebar.
***
"Sekali lagi selamat, ya, Kayla."
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Mission (Completed)
Novela JuvenilMisi rahasia yang harus Kayla, Dipta, dan Farrel pecahkan di SMA Pradana ternyata tak semudah yang mereka pikirkan. Ada saatnya mereka harus berhenti mencari, karena nyatanya akar dari masalah itu bukan dari musuh yang seringkali mereka mata-matai...