Katanya aku ini pencuri. Berhasil memerangkap hati untuk kumiliki sendiri. Katanya aku pembohong besar. Menipu dunia bahwa yang kucintai hanya satu orang. Dan katanya aku adalah manusia, wajar jika mencintai seseorang aku punya cara yang berbeda.
***
"Pokoknya malam ini Mama nggak mau lagi serumah sama Papa!"
"Ma, nggak bisa dong. Mama itu masih istri sah Papa. Mama nggak bisa mutusin sepihak kayak gitu."
"Enggak bisa gimana?! Mama berhak buat putusin semuanya karena Mama udah nggak mau lagi sama Papa!"
"Maksudnya?"
"Mama minta cerai."
Seorang cowok berkaos hitam yang kini berdiri di pertengahan tangga hanya bisa mematung mendengar keputusan yang menyambar jantungnya untuk berhenti berdetak saat itu juga. Rasa-rasanya, dunia yang ia miliki kini berubah menjadi hitam seluruhnya.
Arya yang masih bingung atas permintaan Kirana merasakan sebuah objek menarik ekor matanya untuk beralih. Menatap anaknya dengan wajah terkejut. Disusul Kirana yang tiba-tiba saja menyesali sendiri ucapannya.
Mereka kini berada di sebuah kebimbangan besar untuk mempertahankan atau justru melanjutkan semuanya untuk tetap hancur. Menjelaskan secara terang-terangan di depan anaknya sendiri.
Cowok itu tidak memberikan ekspresi apa pun. Matanya seperti kosong tanpa arti. Ia kemudian perlahan berjalan menuruni tangga. Menatap depan, seolah sedang tidak terjadi apa-apa.
Arya lebih dulu berjalan menyambut kedatangan Farrel. Seorang ayah itu tersenyum kepada anaknya.
"Rel, kamu belum tidur?" tanya Arya pelan.
Mata Farrel berkedip dua kali. "Belum ngantuk."
Lalu, Kirana menghampirinya. Memegang bahu anaknya. "Rel, kamu udah besar. Kamu harus ngerti."
"Ma!" tegur Arya yang dibiarkan Kirana begitu saja.
"Mama sama Papa udah nggak bisa sama-sama lagi. Mama udah nggak ada perasaan apa pun sama Papa kamu. Mama harap kamu ngerti, Rel. Kita udah nggak bisa lagi serumah kayak gini."
Baru saja kemarin, awal masuk kelas sebelas Farrel dituntut untuk menjadi seorang anak yang harus belajar dan memikirkan masa depan. Membanggakan orang tua atas prestasi yang bisa ia raih, tapi sekarang, tiba-tiba, Farrel diklaim sebagai orang dewasa yang harus memahami keadaan orangtuanya.
Ini tentu bukan sebuah peralihan sikap yang harus dilakukan secara bersamaan. Mungkin bisa, tapi apakah itu mampu menjadikan pribadi seseorang menjadi baik?
Cowok itu hanya bisa diam. Menatap wajah Arya dan Kirana dengan tatapan penuh kasih sayang. Menjelaskan bahwa mereka adalah orang tua paling hebat di dunia.
Farrel tersenyum. Ia perlahan menghela napas. Matanya menangkap sosok cewek yang kini berdiri di depan gerbang lewat jendela kaca yang tembus pandang. Cewek itu seperti ingin masuk ke dalam.
Farrel beralih menatap orang tuanya secara bergantian. "Ma, Pa. Farrel izin mau keluar sebentar."
Belum juga menjawab, Farrel sudah berjalan meninggalkan mereka. Mengepal erat tangannya untuk tidak memutuskan apa-apa jika keputusan kedua orang tuanya saja sudah terlalu menyakitkan untuk diterima.
***
Kayla mencondongkan kepalanya lebih dalam di atas pagar hitam untuk mencari seseorang. Tangannya sudah berusaha untuk bisa membuka pagar, tapi sepertinya pagar itu sudah terkunci. Ia kemudian mengangkat tatapannya ke depan ketika sebuah suara pintu rumah di depannya itu terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Mission (Completed)
Roman pour AdolescentsMisi rahasia yang harus Kayla, Dipta, dan Farrel pecahkan di SMA Pradana ternyata tak semudah yang mereka pikirkan. Ada saatnya mereka harus berhenti mencari, karena nyatanya akar dari masalah itu bukan dari musuh yang seringkali mereka mata-matai...