Adakalanya rasa senang yang mati-matian kamu pertahankan bisa saja hilang, dikarenakan olehmu yang terlalu berlebihan dalam mengkhawatirkan kesedihan yang tidak tahu kapan akan datang.
***
Ponselnya berdering berkali-kali ketika dirinya baru saja akan memasukan botol minuman ke dalam kulkas. Cewek yang kini memakai kaos putih dan celana selutut itu segera berlari ke arah sofa yang berada di depan Televisi untuk mengambil ponselnya.
Tanpa melihat nama, ia langsung menempelkan ponsel itu ke telinga. "Iya," sahutnya.
"Kayla ... La ..." Terdengar suara yang ia kenal dengan nada yang sesenggukkan. Ucapannya terbata-bata, seolah suara itu sedang menahan tangis yang siap menumpah ruah.
Kayla tersentak. Ia kemudian membaca nama yang tertera di layar ponsel, yang ternyata itu adalah Mytha. "Tha, lo kenapa? Kok lo nangis?"
Suara tangis perempuan yang ia dengar perlahan terbendung diam. "Kayla, tolong gue ..."
"Ada apa? Lo di mana sekarang?" tanya Kayla khawatir, sampai-sampai kedua kakinya gemetar mendengar suara Mytha yang seperti itu.
"Farrel, La ... tolong ..."
Kalimat Mytha yang tidak lengkap itu membuat kepanikan Kayla semakin buyar. "Sekarang lo di mana? Ngomong sama gue."
"Gu-gue nggak tau, La ..."
Di antara kecemasan yang sudah mengerubungi isi kepalanya, Kayla mencoba untuk mengatur napas. Mencari cara agar Mytha bisa memberi tahu keberadaannya.
"Gini aja, gue sama Dipta bakal ke kantor polisi buat cari kalian-"
"Jangan," sahut Mytha. "Orang yang bawa gue cuma ngincer Farrel, dan gue nggak tau dia ada di mana sekarang. Gu-gue ... di tempat lain, La."
"Ngincer Farrel?" Hal itu membuat pemikiran tersendiri untuknya. "Oke, di mana pun lo berada sekarang, gue mohon lo tetep jaga diri lo. Gue bakal cari lo sama Farrel sampai ketemu."
Cewek itu kemudian naik menuju kamar untuk mengambil jaket bersamaan usahanya menelepon Dipta.
***
Pertemuan mereka di depan rumah Kayla menjadikan sebuah pembahasan panjang tentang apa yang baru saja cewek itu alami pagi ini.
"Gue mau kita ke rumah Satria sekarang."
Dipta menoleh, ia mengernyit. "Tapi kenapa? Kenapa bawa-bawa Satria segala?"
"Ta, plis. Gue tau lo peduli sama dia, tapi lo nggak bisa lindungin dia terus," sahut Kayla.
"Tapi kenapa harus Satria?"
"Karena cuma dia yang punya masalah sama Farrel."
Kalimat itu membungkam mulut Dipta untuk kembali menyela. Rasa khawatir yang Kayla perlihatkan di depannya bisa membuat hati Dipta tidak terima.
Dipta kemudian segera menancapkan gas untuk menjalankan mobil menuju tempat yang diminta Kayla. Sesampainya di sana, belum berhenti dengan sempurna, Kayla sudah membuka pintu mobil dan berlari menuju teras sebuah rumah berdinding cokelat itu. Hal itu kemudian menyentak Dipta untuk cepat-cepat ikut berlari, menenangkan Kayla yang sepertinya sudah terbawa emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Mission (Completed)
Novela JuvenilMisi rahasia yang harus Kayla, Dipta, dan Farrel pecahkan di SMA Pradana ternyata tak semudah yang mereka pikirkan. Ada saatnya mereka harus berhenti mencari, karena nyatanya akar dari masalah itu bukan dari musuh yang seringkali mereka mata-matai...