◀MISSION 47▶

176 9 1
                                    

Siap?

***

Beberapa hal mungkin memang harus dibiarkan terjadi. Beberapa yang lainnya cukup untuk dimengerti. Jika belum bisa, tidak apa-apa. Di depan sana, ada banyak rahasia yang perlu kamu tahu lebih jauh lagi.

***

Mau tidak mau, kita dipaksa untuk terus bertahan dalam keadaan apa pun. Selesai atau belum, bisa atau tidak, kita harus menjalaninya. Salah, wajar. Kita bukan manusia yang harus sempurna, kita adalah manusia yang tidak akan pernah sempurna.

Farrel mengetahui jika dirinya tidak sempurna adalah ketika ia menerima kenyataan bahwa kedua orangtuanya memutuskan untuk berpisah. Di saat itu, ia tak punya kekuataan lebih untuk menahan waktu dan keadaan agar masih sama. Ia tidak berdaya. Tapi, Farrel mulai mengerti, bahwa manusia bukan perihal sempurna atau tidak, tapi perihal bisa menerima atau tidak ketika keadaan yang sama sekali tidak pernah diharapkan terjadi.

Semenjak resmi menjalin hubungan dengan orang yang ia incar dari kelas sepuluh, Farrel merasa lupa dengan hakikat seorang manusia. Yang ia tahu adalah jika bersamanya, Farrel selalu menjadi sempurna. Rasanya, dunia yang dulu pernah diratakan oleh tanah, kembali terbangun membentuk sebuah istana surga.

Dan, ketika kedua matanya menatap seseorang yang berdiri di sana, rasa sempurnanya terpaksa harus hancur lagi dengan rasa penasaran yang menyulut otaknya untuk berpikir.

Apakah benar, itu adalah kekasihnya?

"Iya," sahut cewek itu. "Kenapa? Kaget, ya?"

Farrel mengernyitkan dahinya dalam. Mata dan hatinya tidak bisa lagi diajak kerja sama ketika orang yang berdiri di depan sana membuyarkan perasaannya.

Orang itu mengeratkan lengannya di leher Kayla, bersama pisau di tangan kanan yang semakin ia dekatkan ujungnya. "Harusnya, sih, bukan sekarang waktunya kalian tahu, tapi gimana lagi? Kalian semua udah terlanjur buat gue semakin tersiksa." Kayla menahan napas di saat pisau itu hampir menyentuh pipinya.

"Ma-maksud kamu ... apa?" Kedua mata Farrel melihat waspada ke arah pisau. "Itu Kayla, temen kamu."

Mytha menaikan satu alisnya. Kepalanya sedikit ia gerakkan ke sisi wajah Kayla untuk melihat ekspresi cewek itu. "Temen gue?" Ia melihat Farrel. "Temen lo kali." Cewek itu kemudian mendorong tubuh Kayla kepada seorang cowok bertubuh tinggi yang berdiri di belakangnya.

Yang baru Dipta sadari, bahwa orang itu adalah Hans. Ia kemudian dengan cepat membuka topeng lelaki yang sekarang terkapar di sebelah kakinya. Dan benar, lelaki itu adalah salah satu dari sekelompok orang yang bersama Hans di warung Pak Totok saat dirinya melakukan pengintaian.

Tunggu-tunggu, lalu apa hubungannya dengan Mytha?

Mytha melipatkan kedua tangannya di depan dada. "Kalian semua pasti kaget dengan semua ini? Iya, nggak? Iya, dong." Kemudian tertawa.

"Kayla," panggilnya sambil melihat cewek itu dengan tersenyum. "Lo baik, tapi sayangnya kebaikan lo itu terlalu munafik buat seorang Ketua OSIS SMA Pradana. Dan gue benci itu. Kenapa? Gue nggak suka lo ikut campur urusan gue sama Angga!"

Kayla mengernyit. Cewek itu memberontak saat Hans memegangi lengannya begitu kuat. "Angga?"

"Ya. Masih inget, kan? Cowok sekelas lo yang lo laporin ke kepala sekolah karena penggunaan narkobanya, dan harus dikeluarkan dari sekolah. Gara-gara lo, gue jadi sendirian."

Triangle Mission (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang