◀MISSION 16▶

243 13 0
                                    

Sesulit apa pun inginku berbicara, ada batas di antara kita yang terus menuai asa. Sebatas teman namanya. Ditolak keras pada hati yang kurang terima.

 Ditolak keras pada hati yang kurang terima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Makan mie ayam di warungnya Pak Seto gimana? Mumpung belum tutup tadi gue lewat. Gue traktir, deh." Dipta menawar. Mobil yang mereka tumpangi berhenti di lampu merah.

Kayla menggeleng. "Enggak usah. Lagi nggak pengin makan gue."

"Diet?"

"Ih, enggak. Lagi nggak mau makan mie ayam aja."

"Tumben. Biasanya kalo ditraktir langsung mau." Dipta mulai menjalankan mobilnya lagi.

Kayla tersenyum tipis. "Gue mau langsung pulang aja."

Dipta menoleh manatapnya. Suara cewek itu terdengar parau dan lirih. Kayla seperti tidak punya semangat malam ini.

"Lo kenapa?" tanya Dipta.

Kayla mengerjap. "Gue? Kenapa?"

"Lo kenapa lemes gini? Nggak ada semangat. Bukannya tadi acaranya lancar, ya? Nggak ada masalah apa-apa 'kan?"

Kayla sadar. Ia dan Dipta sudah berteman selama sepuluh tahun. Sekeras apa pun Kayla menyembunyikan rasa gelisahnya, Dipta sudah pasti tahu bagaimana sikap cewek itu.

Ya, begitulah. Berbohong kepada orang terdekat adalah sesuatu yang sulit.

"Ketahuan akhirnya." Kayla mendesah pasrah.

Dipta tersenyum. "Gue kenal lo udah lama. Ada apa?"

Kayla menghela napas panjang. Ia menyenderkan punggung ke dada kursi. Lelah. Mengatur acara opening gedung baru membuat Kayla kehabisan tenaga. Belum lagi setelah ini ia harus mengatur semua panitia untuk membuat laporan pertanggungjawaban acara malam ini untuk diajukan ke sekolah. Sebagai Ketua OSIS, penting bagi Kayla untuk mengarahkan anggotanya dalam bekerja.

Kayla mengatur napas. Menatap jendela menerawang kondisi jalan yang mulai lengang. Hingga pada akhirnya, gelap mengambil alih tatapannya. Cewek itu tertidur.

"Kenapa, La?" Dipta menoleh. Menemukan Kayla sudah memejamkan mata dengan kepala bersandar pada pintu mobil.

Cowok itu tersenyum. Kemudian tangan kiri Dipta terulur untuk perlahan menarik kepala Kayla agar bersandar di pundaknya.

Dengan satu tangan memegang setir, Dipta bisa memastikan jika cewek yang kini tertidur di pundaknya itu akan merasa nyaman. Senyaman hati Dipta di keheningan malam.

Kayla merasa bahunya diguncang oleh sesuatu. Ia membuka mata dengan menyipit lalu menyadari jika mobil yang ia tumpangi telah berhenti.

"Kayla."

Cewek itu tersentak. Ia menoleh ke sisi kiri. Pintu mobil sudah terbuka. Di sana ada Dipta yang membungkukkan badan. Wajahnya dan wajah Dipta berjarak sangat dekat.

Triangle Mission (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang