Sudah kuberanikan diri menyatakan hati, sudah kutenggelamkan ego demi kamu miliki. Selanjutnya, tinggal kutunggu saja, kamu berbaik hati memberi rasa atau malah sebaliknya.
***
Farrel sudah menantikan ini dari lama ketika dua sahabatnya itu bisa jujur dengan perasaan masing-masing. Rasanya, malam ini, hanya dia sendiri yang merasa senang bisa melihat Dipta dan Kayla berani melawan rasa gengsi mereka.
Cowok itu terus tersenyum, bahkan enggan mengalihkan pandangan ketika Dipta terus melihatnya saat Kayla mulai mengatakan sesuatu yang tidak bisa ia dengar. Lalu kemudian Dipta berjalan ke arahnya. Farrel semakin dibuat deg-degan akan raut wajah temannya yang hanya bisa menatapnya datar.
Farrel langsung bertanya, "Gimana, gimana? Udah 'kan? Diterima?" Antusias sekali cowok itu.
Dipta mengarahkan matanya pada Farrel, mengangkat sudut bibirnya untuk tersenyum, disusul dengan sebuah tepukan di bahu Farrel sebanyak dua kali, sebelum akhirnya melangkah pergi.
Hanya itu, tapi mampu memberikan kesimpulan tersendiri bagi Farrel. Ia kemudian menoleh ke tempat di mana Kayla masih berdiri di depan pintu menatapnya.
Farrel memberikan acungan jempolnya pada Kayla, lalu melambaikan tangan yang dibalas senyuman oleh cewek itu.
***
Hari ini adalah hari paling bahagia untuknya. Cowok itu tampaknya sangat tidak sabar untuk cepat-cepat memasuki ke kelas dengan berlari sampai harus menabrak beberapa teman yang ia lalui.
Sampai di depan pintu, ia melihat dua temannya duduk di kursi masing-masing dengan keadaan saling diam. Datangnya yang tiba-tiba itu membuat mereka menoleh.
Farrel mendekat dan berdiri di antara keduanya. "Kalian kenapa diem-dieman gini, sih? Malu, ya?" Ia tertawa sendiri. "Oh, ya. Gue mau kasih kabar buat kalian berdua. Lusa, band gue diundang buat perform di kafe. Gila nggak? Parah! Kalian harus dateng."
Kayla tersenyum. "Selamat, ya, Rel."
"Iya, La. Pokoknya kalian berdua harus datang, gue nggak mau tau. Kalian harus lihat gue nyanyi di sana."
"Iya, kita pasti dateng," jawab Kayla lalu melihat ke arah Dipta. "Iya 'kan, Ta?" Cowok itu menatap dirinya, kemudian mengangguk.
"Jam berapa?"
"Malem. Jam berapanya itu gue nggak tau. Gimana? Bisa 'kan?"
"Bisa, kok."
Bel berbunyi, membuat Farrel harus mengakhiri rasa gembiranya itu dengan duduk di sebelah Dipta memulai pelajaran pagi ini.
Cowok itu terus tersenyum jahil pada Dipta. Membuat Dipta merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk menepuk wajah Farrel dengan bukunya. "Udah gila, ya, lo senyum-senyum sendiri?"
Farrel menepis buku Dipta. Ia mendekatkan kepalanya di bahu cowok itu untuk berbisik. "Cie, ada yang udah nggak kayak tiang listrik lagi, nih."
"Tiang listrik?"
"Berdiri sendiri. Sekarang 'kan ada gandengannya," jawab Farrel dengan dua alisnya terangkat berkali-kali.
Bersamaan dengan guru yang datang, mendengar ucapan Farrel, Dipta hanya menghela napas.
***
"Dipta ke mana, La?" tanya Farrel saat keduanya baru saja keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Mission (Completed)
Novela JuvenilMisi rahasia yang harus Kayla, Dipta, dan Farrel pecahkan di SMA Pradana ternyata tak semudah yang mereka pikirkan. Ada saatnya mereka harus berhenti mencari, karena nyatanya akar dari masalah itu bukan dari musuh yang seringkali mereka mata-matai...