Sinar matahari menguak, memancarkan indahnya surya yang mengintip di balik layar jendela. Embun terlihat nampak, dedaunan basah pun ikut menyegarkan. Entah kapan hujan datang, namun Heejin masih setia memandangi lelaki yang sehari lalu telah resmi menikahinya. Tidak ada maksud apapun dari tindakannya, ia hanya memastikan jika apa yang dikatakaan Kim Seokjin kemarin memanglah benar.
"Kau sudah bangun?" Heejin terkesiap mendengar aksen serak basah Jungkook yang membuatnya tanpa sadar menutup mata-Berpura-pura tidur. "Aku tahu kau memandangiku tadi."
"Ah sial."
Jungkook mengulum senyum saat mendapati dua kelopak mata tersebut membuka perlahan, bersamaan dengan itu, ia memberi jarak pada keduanya untuk bisa memandang Heejin. Paras gadis itu, luar biasa indah. Menenangkan. Jungkook takut jatuh dibuatnya.
"Jangan salah paham. Aku hanya membuktikan sesuatu." elak gadis Jung itu sembari menyandarkan diri pada dashboard ranjang.
"Membuktikan apa?"
"Ternyata benar, kau menggemaskan saat tidur."
Bagaikan menarik ulur tali, jantung Jungkook dibuat berdebar kali ini. Melihat wajah tegas terkesan polos Heejin saat mengatakan itu, sedikitnya membuat Jungkook salah tingkah. Ia harus bisa mengkondisikan raut wajahnya, bagaimana pun juga, ia laki-laki, tidak seharusnya berbunga seperti ini.
Wajarnya, Jungkook yang melakukan hal seperti itu pada Heejin. Ia nampak polos sekali jika bersanding dengan gadis itu. Aura Heejin dingin namun menembak disaat yang tepat-Tipikal wanita cerdas dengan ego diatas rata-rata.
"Jangan seperti itu, aku bisa terbang."
Jungkook bergerak terlentang sebagai pelampiasan rona pipinya, mengulum bibir sesaat dan kembali bersuara.
"Kau selalu berkata seperti itu pada semua lelaki?" ungkap ragu Jungkook yang entah kenapa sangat menantikan jawaban Heejin.
Karena memang, raut wajah gadis itu sulit di tebak, bahkan saat Jungkook sudah hampir dibuat jatuh dan terbang pula, gadis itu nampak biasa saja. Ada dua hal yang menjadi tolak ukur jika di perhatikan lebih jauh. Yang pertama-Heejin sering mengatakannya, atau yang kedua-Heejin tidak tahu jika perkataannya mengundang debaran jantung menggila yang membuat Jungkook salah tingkah.
"Kurasa sering. Aku tidak bisa menghitungnya." entah kenapa mendengar semua itu, sedikitnya membuat Jungkook mencibir. "Aku tidak sebaik apa yang kau kira. Jauh sepertinya."
Heejin menuruni ranjang, mengikat rambutnya asal kemudian bergerak keluar kamar. Jungkook masih diam, sesungguhnya, ia sedang berfikir.
"Menarik. Dia berusaha menjelekkan dirinya sendiri? For what? Agar aku menceraikannya? Kurasa tidak akan pernah."
Racau Jungkook manakala mendapati sebuah konotasi dalam beberapa kalimat juga perbuatan Heejin yang bertolak belakang. Dimana pemikiran gadis itu yang sulit tertebak namun tingkahnya menjelaskan semua.
Lamunan Jungkook mengudar, hingga tungkai lelaki itu bergerak menuruni ranjang dengan cepat-Memilih bersiap-siap untuk kehadirannya pada rapat yang hampir ia lupakan karena sosok baru dalam kehidupnya itu.
Bahkan setelah hampir tiga puluh menit ia mempersiapkan diri, kehadiran Heejin tak ia temui di dalam kamar. Memilih menuruni tangga untuk membawanya ke lantai bawah, Jungkook dapat mencium aroma manis pancake yang dibuat istrinya.
Ia hanya diam, memandang di belakang tanpa menyuarakan lantunan. Sampai pergerakannya mendekat dan melingkarkan lengan di pinggang Heejin, barulah gadis itu merasakan kehadirannya.
"Apa yang kau lakukan? Tidak lihat aku sedang masak?"
"Justru itu aku melihatnya-Secara dekat." ujar Jungkook berbisik dan sedikit merendahkan kepalanya.
Heejin membersihkan diri di ruangan lain, hanya itu yang ditangkap Jungkook saat mencium aroma manis vanilla pada tubuh istrinya.
"Mau tahu sesuatu?" tanya lelaki Jeon itu yang hanya ditanggapi keterdiaman oleh Heejin "Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya."
Jungkook mengeratkan rangkulan, semakin mendekatkan diri, dan terus melakukan skinship yang jelas sudah membuat tubuh mereka bersentuhan tak ada jarak.
"Apa yang coba kau bicarakan Jungkook?" tanya Heejin sembari mengeliatkan tubuhnya-Pemberontakan yang gagal.
"Aku merasa gila. Tergila-gila." mendengar hal tersebut, membuat Heejin menghentikan pergerakannya.
"Secepat itu? Dalam dua puluh empat jam?" gadis cantik tersebut kembali memanggang beberapa pancake yang akan selesai dengan cepat jika saja lelaki Jeon ini tidak mengurungnya. Bersikap tidak peduli namun perangai Jungkook membawa dampak besar.
"Ini sungguh membuatku gila. Sebenarnya apa yang kau lakukan padaku noona?"
Jungkook menggeram, ia tidak berbohong mengenai apa yang ia katakan. Semenjak tadi malam, Jungkook merasakannya. Sesuatu yang bergejolak sangat mendalam dari dirinya ataupun tubuhnya. Tidak sejalan dan tidak sepemikiran.
Ada salah satu sisi kehampaan itu mengudar, meluap dan telah terisi dengan sebuah euphoria yang belum Jungkook temukan pasti kebenarannya. Rasa yang tidak pernah ia dapatkan, keinginan membuncah yang tidak pernah ia rasakan, seolah menemui satu titik dimana Heejin yang memegangnya-Mengendalikan dirinya untuk takluk saat itu juga.
"Aku membuatmu jatuh cinta?"
Tap! Tepat sasaran! Heejin menembaknya kelewat benar.
Gadis itu berbalik setelah menyelesaikan kegiatannya. Mereka berhadapan, namun diam dalam jarak kelewat dekat. Seharusnya, Jungkook tidak akan semudah ini menjatuhkan perasaan yang tidak pernah ia berikan pada siapapun. Namun Heejin, gadis itu berbeda. Sangat menonjol namun tertutup sempurna. Sudah ia bilang, Heejin membuatnya gila. Bahkan dalam kurun waktu kurang dari dua puluh empat jam.
"Kurasa tidak jatuh cinta. Karena aku sudah mendapatkanmu. Lebih tepat, ingin memiliki-Seutuhnya."
TO BE CONTINUE
***
Don't forget to push teh star by ✨🌻
Yang mau follow IG boleh ya, tekan link di profil aja <3
- rin 🦋
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPIUM
FanfictionJeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kami rasakan. Semua tidak pada rencana. Aku yang membutuhkan dia, dan dia yang menginginkan aku.