Kala tubuh terjaga selepas mengenang bagaimana indahnya malam yang dipenuhi rembulan dan singgasana bintang diangkasa, membuat buaian akan panah cinta yang semakin menusuk rungunya terlalu dalam, Jungkook tiada henti untuk sejenak berfikir mengapa dirinya secinta ini. Yang ada, ia akan lebih menemukan dirinya tengah terjerembab pada lembah pekat bernama perasaan yang semakin menguburnya-selalu saja terbuai tanpa alasan.
Merapalkan bagaimana rasa cintanya yang meluap itu terasa menyenangkan. Setiap hari, setiap detik, bahkan disisa tetesan hujan yang turun ke bumi, Jungkook bagaikan manusia bodoh yang dipermainkan perasaan. Secinta itu dengan Jung Heejin, sesayang itu dengan noona nya.
Cinta. Cinta sekali.
Bahkan detikan jarum jam yang selalu setia pada renggang waktu yang akan terus berputar, Jungkook merasa dirinya benar-benar milik Heejin. Ya, hanya noona nya yang boleh menyentuh Jungkook, menyuruh Jungkook, dan pastinya ... Hanya sosok wanita kesayangannya ini yang boleh menyebut Jungkook sebagai 'Lelakinya'.
Jungkook itu setia. Tidak berniat selingkuh sama sekali. Apa ada yang lebih lebih dibandingkan sang noona? Tidak. Tidak ada. Jung Heejin satu-satunya.
Bahkan, lelaki bermarga Jeon itu terlihat begitu tidak waras. Memandang penuh puja sebagaimana mereka yang berpelukan hangat ditengah cuaca dingin diluar sana-meskipun pemanas pun tidak cukup untuk hanya sekadar menghangatkan seluruh tubuh. Maka dari itu, cara yang tepat adalah seperti ini, berpelukan.
"Gemasnya," cicit lelaki tampan itu yang dengan segera memeluk gemas sang noona yang masih tertidur diatas dada bidangnya.
Tanpa sebuah suara yang bisa saja membangunkan macan cantik miliknya ini, Jungkook terlihat sedikit mendengus sebal.
Tadi pagi, setelah peraduan panas mereka berhenti pada jarum jam yang bertengger apik diangka tiga dan dua belas, Jung Heejin memaksanya memakai baju. Dan lihat sekarang, maniknya jadi tidak bisa melihat tubuh sang noona yang begitu indah.
Seperti pada umumnya, alasan klasik. 'Ini rumah sakit, kau mau dikatai tidak waras setelah ditemukan bercinta disini?'
Ck! Bahkan saat ini-ketika jarum jam telah menunjukkan pukul sembilan pagi, tidak ada seorang pun dari pihak rumah sakit yang datang kemari, pun hanya sekadar memberikan obat atau sarapan beserta pertanyaan seputar perkembangan kesehatan pasien.
"Ini punya Jungkook, ini punya Jungkook, semuanya punya Jungkook." jemari lentik penuh kehangatan tersebut menampakkan gerakannya untuk menunjuk satu persatu bagian tubuh Heejin yang di doktrin adalah miliknya.
Semua milik Jungkook.
"Lalu, noona mu ini mendapatkan apa lelaki kecil?" suara temaram penuh aksen parau selepas menyadarkan diri dari tidur lelapnya membuat lelaki bermarga Jeon itu tersenyum.
Mengeratkan dekapan dengan menenggelamkan wajah nya pada ceruk leher sang noona adalah satu-satunya kegiatan yang saat ini tengah Jungkook lalukan. Malu sekali berkata seperti tadi setelah mengingat kembali bagaimana peraduan hebat mereka semalam.
"Kau semakin cantik setelah bercinta denganku noona." tuturnya manakala sebuah usapan pada helaian rambut dari sang noona semakin membuat Jungkook gila. Rasanya tidak ingin dan tidak akan mau kehilangan seorang Jung Heejin.
Bertaruh. Jika sampai Jung Heejin menghilang, Jeon Jungkook memiliki dua pilihan. Gila-atau terlilit jutaan rindu yang cepat atau lambat akan membuatnya-gila juga.
So hellbrown boy.
"Lelaki pembual. Bilang saja tadi malam adalah yang terhebat."
"Kau tahu bagaimana aku noona. Sepertinya, kita harus sering-sering menyapa antar bawah sana agar malam seperti tadi-akan menjadi lebih luar biasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPIUM
FanfictionJeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kami rasakan. Semua tidak pada rencana. Aku yang membutuhkan dia, dan dia yang menginginkan aku.