03. Hidden

5.4K 521 47
                                    

Berkali-kali sudah Heejin nampak menyentil dahinya, bergumam terkesan merutuki yang tidak luput dari jangkauan pandang Jeon Jungkook. Gadis itu terus saja mengumpati kebodohannya, ketidak warasannya yang membuat lelaki Jeon itu terus saja menggodanya, mengejeknya habis-habisan.

"Tidak perlu kesal seperti itu. Akan kuberikan saat tiba di ruangan ku nanti." perkataan tiba-tiba Jungkook berhasil membuat Heejin diam. Tak lagi bergerak gelisah seperti beberapa detik lalu.

Ia mencoba bersikap tenang, menghembuskan nafas pelan lalu menghirupnya lagi. Rupanya Jungkook ingin bermain-main dengannya, lelaki itu tak lebih dari sekedar bocah menyebalkan yang suka sekali mempermainkan wanita.

"Jeon Jungkook, dengar. Aku tidak sama sekali ingin mencium mu tadi. Jangan terlalu percaya diri."

Masih teringat di benak Heejin bagaimana pagi mereka yang diawali dengan kesan manis berakhir pertengkaran karena tindakan konyol Jungkook yang mempermainkannya, bahkan menertawakan dirinya habis-habisan.

"Noona, kalau ingin mencium ku pun tidak masalah. Tapi sepertinya kita harus memulainya perlahan dulu. Ah, tapi jika kau minta, aku akan memberikannya. Cuma-cuma."

"Ini semacam penolakan?" ujar Heejin terus terang. Satu hal yang perlu diketahui, gadis Jung itu tidak bisa menjaga mulut. Terlalu terus terang namun tidak memikirkan rasa malu. Ia tidak suka basa-basi.

"Bukan penolakan, tapi penundaan. Aku juga sudah bilang jika kau membuatku gila. Berarti aku tidak menolak mu."

"Aku juga tidak mengemis cinta padamu."

Setelah mengatakan hal tersebut, Heejin melangkahkan kakinya keluar mobil. Memandang bangunan megah perusahaan Jungkook yang bukan main tingginya. Entah ia harus bersyukur menikah dengan lelaki itu ataukah mengeluh karena kelakuan Jungkook yang kadang bisa sangat menyebalkan.

"Dimana aku harus bertemu pembimbing ku?" bisik Heejin yang mempercepatkan langkahnya untuk bisa menyamai posisi Jungkook.

Tak ayal, semua karyawan di perusahaan tersebut memandang keduanya memuja. Hal tersebut sedikit banyaknya membuat Heejin tidak nyaman. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, dan sekarang, ia harus mulai membiasakan diri karena dimana ia berada, image Jeon Jungkook melekat padanya.

"Tidak perlu. Noona haya akan menemaniku bekerja. Duduk di depanku, memandangi ku saja."

"Kau gila?!" pekik gadis Jung itu keras. Beruntungnya mereka berada di lift khusus sehingga mudah saja bagi Heejin untuk memaki Jeon Jungkook.

"Memang. Bukannya sudah kukatakan tadi? Perlu ku ulangi?"

Tanpa membalas apa yang dikatakan Jungkook, langsung saja ia melangkah keluar lift. Bersikap tidak peduli dan memang seharusnya ia tidak usah peduli.

Heejin mendekat pada seorang lelaki dan wanita yang berada di balik meja di depan ruangan besar Jungkook-Tempat sekertariat-Menyapa sekilas mereka yang membungkuk berkali-kali padanya.

"Kau mau kemana?" mendengar suara bariton tersebut, Heejin berbalik. Mengarahkan pandangannya pada Jungkook yang berdiri memegang gagang pintu-Bersiap masuk namun ia urungkan.

"Apa?" ungkapnya tak faham dengan apa yang dikatakan Jungkook.

"Meja mu bukan disitu. Ada di dalam, ayo masuk."

Setelah mengatakan hal tersebut, lelaki Jeon itu menghilang dibalik pintu. Meyisakan Heejin yang diam-diam berdecak tidak suka. Ia benci diatur sebenarnya, tapi si Jeon itu enak saja bersikap semaunya.

HYPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang