Heejin seharusnya tahu sedari awal, ia juga seharusnya mengerti jika semua ini tidaklah semudah dan se-simple apa yang dapat ia bayangkan. Ini lebih dari sekedar rumit, melainkan terperenggu, terjebak tanpa jalan yang pasti, dimana dan kapan ia bisa melihat sebuah cahaya sebagai tempat jalan keluar berada.
Jungkook. Jeon Jungkook.
Nama itu seolah tabu, menyayat, dan juga membuat gelenyar aneh dalam hatinya bergerak secara bersamaan. Ia terjebak. Entah itu pada rencananya sendiri, ataupun dengan hatinya. Semua sama, hanya terpaku pada sosok rupawan tiada tara bernama Jeon Jungkook. Lelaki brengsek yang manis, juga lelaki tampan yang penuh dengan kejutan.
Berulang kali pula Heejin bertanya pada dirinya sendiri, bolehkah ia seperti ini? Menyukai yang seharusnya ia benci, mencintai yang seharusnya ia musnahkan. Jika ditanya, benarkah nama Jungkook sudah berada dihatinya? Maka Heejin akan menjawab; sedari dulu, semenjak hidupnya memiliki banyak arti untuk tetap bersama dengan Jungkook.
Ia sepenuhnya sadar betul, apa yang tengah lelaki itu pendam. Semua kesakitannya, dan kesepiannya, Heejin bisa merasakan hal tersebut pada sosok Jungkook. Semuanya sangat dimengerti gadis itu.
Bahkan sekarang, ditengah ketegangan dan kerumitan keadaan, Heejin hanya bisa memandangi, juga meneliti terlampau dalam sosok lain Jungkook yang berada di depannya saat ini--Tengah memangku dirinya sembari terus berusaha mengendalikan laju mobil. Lelaki ini terlihat nampak berbeda namun dalam bentuk yang sama. Heejin sendiri melihat perubahan signifikan tersebut, mengenai mata Jungkook yang selalu menatapnya penuh kagum sedangkan sosok di depannya ini memiliki mata tajam, gelap akan dunia hitam.
Gadis Jung itu sedikit menggeliat, merasakan sentuhan yang sangat berbeda dari sebelumnya--Milik Jungkook.
"Siapa mereka--Aa!" jerit gadis itu saat mobil mereka menikung tajam.
"Mereka hanyalah sekumpulan pengecut yang di takuti Jeon Jungkook." sosok tersebut sedikit melihat belakang, kemudian mengumpat manakala dua mobil yang mengejar mereka sudah berada dalam jarak yang teramat dekat.
Sosok lain Jungkook ini masih berusaha menghindar, malam yang semakin larut pun seolah tidak memungkinkan bagi keduanya untuk sepenuhnya lolos dari baku tembak dua mobil yang berada beberapa meter di belakang.
Hingga satu mobil berhasil memotong jalan, berhenti tepat di depan mobil mereka yang hampir saja lepas kendali.
Bunyi decitan antar ban membuat Heejin memejamkan kedua mata, merasakan telapak tangan lelaki di depannya ini bergerak cepat menuju kepala bagian belakangnya--Mencegah benturan yang akan diterima Heejin jika telapak tangan tersebut tidak menarik kepalanya mendekat dan bersandar di dada bidang Jungkook--Atau sosok lain lelaki itu.
Badan Heejin sempurna gemetar, ia benar-benar ketakutan. Beberapa orang berpakaian serba hitam pun nampak keluar dari dua mobil yang berhasil menghadang mobil mereka.
"Kau. Disini saja." ujar Jungkook--Anggap saja nama sosok lain lelaki itu karena Heejin tidak tahu harus menyebut lelaki ini siapa.
Jungkook 'palsu' menurunkan Heejin dari pangkuannya, mendudukkan gadis itu ke tempat semula dan tidak lupa memasangkan seat belt pada tubuhnya.
Heejin tahu hal ini tidak baik, bahkan sangat membahayakan. Meskipun bukanlah Jungkook yang saat ini bersamanya, tetapi sama saja, Jungkook pasti juga ada bersama dengan mereka saat ini. Dalam kata lain--Heejin tidak ingin tubuh Jungkook kenapa-napa.
Lantas, ia mencengkram lengan Jungkook yang berniat meninggalkan mobil. Menatapnya sendu yang tanpa Heejin sadari, kedua matanya sedikit mengeluarkan liquid bening.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPIUM
FanfictionJeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kami rasakan. Semua tidak pada rencana. Aku yang membutuhkan dia, dan dia yang menginginkan aku.