Petang akan datang, begitu pula kicauan burung diatas bumi manusia yang terus menyaringkan suara. Kilauan cahaya bermunculan dari berbagai gedung bertingkat. Satu persatu, hingga pencahayaan kota nampak mengantarkan kepergian senja untuk pulang dan tergantikan ruamnya malam yang menenangkan. Lenggangnya jalan pun membuat pandangan Heejin terlampau serius, masih betah dengan kesendirian memerangi pikiran otak yang bercabang menjadi beberapa bagian.
Problematika pada diri sendiri yang berujung frustasi. Heejin tidak menginginkan itu, ia hanya terlalu serius menanggapi semua hal yang ia serap secara bersamaan. Identik pula mengenai masalah pembalasan dendam dan rencana awal yang-Heejin kembali berfikir ulang, apakah sudah benar ia melangkah sejauh ini? Kebenaran seperti apa yang harus ia telaah lebih lanjut?
Dua sisi yang tidak lama lagi akan terpecah menjadi bagian-bagian kecil yang lebih memusingkan.Kalimat inti dari pertemuannya dengan 'Human X' membuahkan prasangka buruk mengenai satu orang. Heejin tidak yakin sepenuhnya, ia juga tidak akan dengan mudah mempercayainya. Tetapi setelah ditelaah lebih dan lebih, satu kalimat yang disampaikan Human X seolah sinkron dengan penjelasan serta berbagai latar belakang yang ada.
"Kau salah membalaskan dendam Moon Kea, Jeon Jungkook bukan pelakunya."
Pernyataan lelaki tersebut masih terngiang jelas dan terus saja berputar di otaknya. Hingga beberapa kali bunyi dengungan dapat Heejin rasakan menyakiti telinga serta rasa pusing yang teramat berat. Ia tidak akan menganggap remeh apa yang dikatakan Human X mengenai hal tersebut, disamping ia belum bisa percaya sepenuhnya sebelum sebuah bukti kongkrit terpapar jelas di depan mata Heejin. Apalagi lelaki itu telah memanggilnya Kea-Moon Kea, hal tersebut berarti Human X telah meneliti dirinya sebelum benar-benar menyampaikan hal seperti ini.
"Gajah di pelupuk mata tak nampak, semut di sebrang jalan jelas kelihatan."
Makna itu penuh tabu, membuat presensi semakin bergelung pada realita dibalik semua kejadian yang tidak pernah Heejin perhatikan.
Bahkan setelah mengatakan hal tersebut, Human X pergi. Meninggalkan sebuah teka-teki yang Heejin sendiri tidak berani menyimpulkan sebuah kepastian dari rasa kebimbangan yang ia alami.
Lelaki itu pasti tau segalanya, dan jika bukan karena dia mengancam akan membeberkan semuanya pada Jeon Jungkook, Heejin sedari awal sudah pasti membuka topi serta masker yang lelaki itu gunakan. Tetapi, satu ancaman lebih kearah perlindungan yang Heejin tangkap membuat persentasi lain mengenai Human X yang berada pada pihak Jungkook menunjukkan bagaimana lelaki itu menjadi kubu netral.
"Aku akan membantumu. Kau dijebak, kau hanya sebagai alat penyerangan. Jangan beritahu siapapun tentang diriku, termasuk temanmu dan Jeon Jungkook. Ketahuilah aku informan yang pasti kau butuhkan."
Kericuhan cafe yang saat ini tengah ia singgahi tidak mempengaruhi seberapa besar pemikirannya akan teralihkan. Incheon. Saat ini, ia berada di salah satu cafe di daerah tersebut. Perbatasan kota yang padat penduduk ketika malam hari berlangsung membawa presensi Heejin beranjak pergi dari sana. Ia tidak bisa menjamin Jeon Jungkook tidak akan mengikutinya lagi. Mengingat juga, ponselnya dalam mode silent. Heejin hanya yakin, Jeon Jungkook tengah menggila saat ini.
Tanpa basa-basi pula, Heejin melajukan mobil nya untuk kembali ke Seoul. Sebenarnya, ia berencana menemui Hani. Tetapi melihat dirinya yang tengah kebingungan saat ini akan berdampak pada persepsi Hani saat melihatnya nanti. Ia tidak ingin adiknya ketakutan. Dan Heejin tidak akan membiarkan itu terjadi, ia harus menyelesaikan permasalahan dirinya terlebih dahulu, karena bisa saja ia sendiri yang akan berakhir tunduk dan bertekuk lutut pada kenyataan yang salah ia tanggap selama ini. Tidak ada yang tahu seperti apa kejadian sepuluh menit kedepan. Semua bisa merubah keadaan kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPIUM
FanfictionJeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kami rasakan. Semua tidak pada rencana. Aku yang membutuhkan dia, dan dia yang menginginkan aku.