08. Night

3.8K 379 36
                                    

Manusia pada umum nya memiliki sebuah DNA dimana semua perasaan yang ia alami terekam jelas pada ikatan darah tersebut. Senang, susah, bimbang, atau sesuatu yang lebih dari semua itu. Dan atas kehendaknya sendiri pula, perasaan tersebut ia pendam rapat-rapat, enggan berbagi walaupun hal tersebut sangat menyulitkan untuknya---Sangat berat ia tanggung sendiri. Namun, adakalanya, satu sisi tersebut membuatnya nyaman, tenang pada dirinya yang palsu. Berpura-pura menjadi orang lain untuk menutupi kebenaran yang ia alami.

Dan semua itu pula tak luput dari perasaan, hati, dan segala macam yang berhubungan dengan kesenangan, kenyamanan diri dalam berbuat sesuatu.

Jika bicara soal hati, dimana penuh akan sejuta rasa yang menguak di dalam benak tak berbekas, menghantarkan beribu kesenangan yang biasa orang lain sebut---Euphoria. Kegembiraan berlebih pada sesuatu yang memuaskan diri. Kita bisa melupakan segalanya, apapun yang kita simpan akan kita torehkan, dan apapun yang kita rasakan, seolah menguar untuk segera dilakukan.

Begitulah definisi hati yang telah menemukan sebuah kenyamanan, rasa senang atau biasa kita sebut---Cinta.

Bahkan di sore hari menjelang petang ini, setelah menggendong nya secara brutal, Jungkook benar-benar membawanya menuju mobil. Menjalankannya sedikit cepat, dan sungguh ... Apakah lelaki itu benar-benar ingin melakukannya? Secepat ini?

Tak ada lagi perbincangan di dalam mobil, hanya hening diantara pikiran liar Heejin dan juga wajah datar Jungkook yang tidak bisa di tebak apa yang tengah di pikirkan lelaki itu sekarang.

"Jungkook," panggilan tersebut sedikitnya membuat sang lelaki Jeon sedikit melirik ke kanan---Melihatnya dengan sedikit senyuman.

"Hmm? Apa?" sautnya lembut sembari menggapai tangan Heejin, menggenggamnya perlahan.

"Hotel mana yang kau maksud? Kita baru saja melewati salah satu hotel."

Entah apa yang di pikirkan lelaki itu, tapi sungguh, Heejin sedikit takut melihat seberkas senyuman miring di bibir Jungkook.

"Apa noona sudah tidak sabar? Ingin dimasuki oleh ku?" ujarnya gamblang sedikit mengusap lembut tangan sang istri yang tengah di genggam oleh nya.

Heejin sendiri berdecak, menyingkirkan asal genggaman tangan Jungkook yang langsung di gapai kembali oleh lelaki itu. Dia tertawa, sangat manis dengan gigi kelinci yang lelaki itu punya. Namun, ketauhlah Heejin kesal, Jeon Jungkook membodohinya, membuatnya seolah-olah memuja lelaki itu. Tapi sejujurnya, Heejin lah yang akan membuat Jungkook berada di bawah nya, memuja nya, dan hanyut dalam kuasanya.

"Dasar bocah. Menyebalkan." sungutnya membuat Jungkook kembali menampilkan deretan giginya---Tersenyum manis, membuat Heejin sendiri tidak lepas memandang wajah sumringah suaminya.

"Kita makan dulu, aku tidak mau noona kehabisan tenaga hanya karena kutiduri." mobil yang mereka tumpangi berhenti di lampu merah, "Noona, lebih baik kau diam saja. Aku bisa menidurimu disini hanya karena terangsang suaramu."

Mendengar hal itu, Heejin tersenyum miring. Mempermainkan suaminya mungkin sedikit menyenangkan. Lantas, dengan perlahan, ia melepaskan genggaman Jungkook di tangannya, membuat lelaki itu menoleh sejenak lantas kembali memusatkan pandangan ke depan.

Kesempatan tersebut dimanfaatkan Heejin untuk merubah posisinya menghadap ke sebelah kiri---Menyampingkan tubuh melihat Jungkook. Jemari tangannya ia arahkan menuju paha lelaki itu, pertama-tama hanya menyentuh, kemudian, Heejin mengelusnya perlahan---Membuat satu erangan lolos dari bibir Jungkook.

Di detik berikutnya, gadis itu merasakan sebuah belokan mendadak dari mobil yang ia tumpangi. Jungkook menepikan mobil secara tiba-tiba, melepas seat belt yang ia gunakan kemudian meraih pinggang Heejin, mengangkat gadis itu untuk ia duduk kan di pangkuannya---Tidak ada jarak, saling berhimpitan.

HYPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang