23. Suspicion And Return

81 9 0
                                    

Paris, Perancis. Pukul dua siang waktu setempat.

Udara cukup lembaga karena musim dingin yang mulai datang, membuka tirai jendela dan memperlihatkan mendung langit berawan sedikit abu adalah pemandangan yang terus Heejin lihat selama satu jam belakangan.

Tiga bulan berlalu semenjak perpisahan dengan Jungkook yang berakhir sesuai dengan harapan nya (lelaki itu terpaksa menurut dan sialnya selalu menghubungi Heejin selama dua bulan tanpa henti). Senang saat melihat tawa lelaki itu tidak memudar disaat wajah pucatnya selepas melakukan terapi kesehatan yang menyulitkan Heejin untuk bertahan tidak meneteskan air mata.

Beberapa kali sudah sambungan telepon mereka terputus saat Jungkook tiba-tiba dalam kondisi yang buruk untuk melakukan perbincangan bahkan melalui komunikasi secara tidak langsung dengan Heejin. Namun setelahnya, Yoongi selalu mengirim pesan dan memberikan penjelasan terperinci bagaimana keadaan lelaki yang masih berstatus suaminya itu. Cukup membuat Heejin khawatir, apalagi kedua pihak baik Hani yang ada disisi nya maupun Jungkook di sana juga tidak dalam keadaan yang baik.

Tepat sebulan setelah mereka mendarat di Paris, kesadaran Hani terambil. Adiknya tersayang itu dalam keadaan kritis dan beberapa minggu yang lalu dinyatakan dalam keadaan koma. Tidak ada perkembangan lebih terkait keadaan Hani meskipun Heejin terus berada disamping gadis itu dari siang menjelang malam.

"Keadaan Hani yang seperti ini, kita tidak tahu sampai kapan dia akan tertidur dan akhirnya tersadar," Heejin tidak berniat bersuara saat perkataan itu terasa menggantung dikedua telinga nya, "Sebulan sudah kau menjadi bingung dan rasa khawatir mu berlipat ganda karena Min Yoongi memutuskan kontak akhir-akhir ini terkait keadaan Jungkook. Aku pusing sendiri melihat mu kebingungan kesana-kemari, jika kau sebegitunya merasa kepikiran, sekarang adalah waktu yang tepat untuk melihat keadaan Jungkook. Aku akan menjaga Hani disini, jarang-jarang aku berbuat sebaik ini untuk masalah mu dengan Jeon Jungkook."

Heejin melihat Taehyung dengan harapan yang besar, "Kau sungguh-sungguh dengan perkataanmu barusan kan? Atau kau merencanakan sesuatu dibelakang ku lagi?"

"Aku sudah minta maaf sambil bersujud padamu jika kau lupa." ketus lelaki itu merasa Heejin masih saja mengungkit-ngungkit insiden yang lalu.

"Ya, terima kasih. Tolong jaga Hani, Jeon Jungkook adalah tanggungjawab ku juga."

***

"Berapa lama waktunya, Hyung?" kursi pijat itu kelihatan bekerja dengan seseorang yang mendudukinya. Memijat pelipis yang cukup pening walau baru saja menegak obat penghilang rasa sakit tidak membuat Jungkook baikan.

"Kau keluar selama dua jam. Dari yang kuselidiki, kau membeli seratus bunga mawar lalu mengirimnya kekediaman orang tua Heejin." Yoongi menyesap batang rokok ditangan kanannya dan mengehembuskan uap putih keatas.

"Sial! Kurang ajar sekali menantu sepertiku melakukan hal itu malam-malam." wajahnya mengarah pada dudukan sofa disamping Min Yoongi, "Bukankah ini sudah kelewatan? Kau berjanji tidak akan melakukan hal aneh lagi yang berhubungan dengan Heejin!"

Nada suaranya menegas dengan rahang yang mengeras. Beruntung kedua orang tua Heejin masih berada di Paris.

"Setelah kau mengirim lima ratus bunga, kini kau mengurangi jumlahnya? Kau pikir aku akan bersyukur dan memujimu begitu? Kau tidak akan menjawab ku, Jeykey?!" tubuh Jungkook terduduk tegap.

Dia serius marah kali ini.

"Ah~ apa sih yang kau ributkan? Jeykey hanya rindu dengan Noona! Masih mending Jeykey tidak menyusul ke Paris." dilihat Jungkook lelaki itu merengut memajukan dua hilah bibirnya kedepan.

HYPIUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang