Keadaan memang sering berubah tanpa tahu berapa lama mereka bertahan. Tidak dapat di terka dan semua hal tersebut menjadikan sesuatu yang mudah menjadi sulit dilaksanakan.
Heejin masih diam, tidak mengeluarkan sepatah kata begitu pun lelaki bernama Min Yoongi yang datang dengan menggedor pintu rumah lalu memaksa untuk masuk. Jungkook atau Jeykey itu masih ada di sampingnya, bergelantung manja tidak ingin jauh-jauh dari Heejin."Jungkook."
"Bukan. Jeykey." ralat lelaki manis itu yang memberenggut sebal tepat disamping Heejin.
"Baiklah Jeykey, bagaimana bisa kau datang? Jungkook bagaimana?" tanya Min Yoongi serius, sang gadis Jung pun hanya diam. Karena memang, ia masih tidak mengerti apa yang terjadi. Lebih tepatnya terkejut. Di luar rencana-Sama sekali tidak terpikir.
"Mudah saja. Jungkook hyung sedang jatuh cinta, dan aku datang karena ingin merasakannya juga. Noona cantik, dia harus berbagi denganku bukan?"
Jeykey mengecup singkat bibir Heejin, membuat gadis itu menoleh pada Jungkook versi remaja yang tengah tersenyum manis sembari terus menempel padanya. Seperti koala hutan pinus.
"Noona, tawaran Jeykey masih sama. Ayo buat anak, Jeykey sudah pubertas." mendengar hal tersebut sedikit banyaknya membuat Heejin menghela nafas berat. Sudah dua puluh kali lelaki ini mengatakan demikian-Dan ia suka kerja kerasnya, tapi tidak untuk itu. Tidak akan pernah.
Setelahnya, Heejin hanya diam. Menggeleng singkat dengan wajah super inconnect yang tidak pernah sekalipun ia keluarkan.
"Jung Heejin, bisa ikut aku sebentar?" saut Yoongi membuyarkan lamunan gadis itu.
"Tidak. Tidak bisa. Noona mau di bawa kemana? Aku ikut. Jangan-jangan, noona mau buat anak ya dengan Yoonie hyung? Andwe! Tidak boleh! Noona hanya untukku." amuk Jeykey yang sudah menatap tajam Yoongi.
"Jeykey, dengar. Aku tidak tertarik dengan noona mu itu. Aku pinjam sebentar. Setelah itu, kau bisa buat anak dengannya."
Yoongi gila. Benar-benar gila. Lelaki itu menjadikan dirinya tumbal? Yang benar saja.
"Setuju! Cepat kembali noona, jangan lupa siapkan underwear yang bagus." ucap Jeykey sembari melambaikan tangannya pada Heejin.
Lelaki itu terlihat mengambil remote tv dan menekannya acak. Wajahnya sumringah, terlihat sangat senang.
Okey, sekarang Heejin cukup takut. Apa ini yang maksud Jungkook di dapur waktu itu? Bahwa ia tidak boleh terjebak dengannya?
Dan sekarang, bukan lagi terjebak, Heejin benar-benar sudah terikat. Saat ini, keduanya telah memasuki ruangan kerja milik Jungkook. Suasana klasik hangat serta parfum suaminya membuat ruangan ini benar-benar gambaran dari seorang Jeon Jungkook.
"Aku akan membantumu lepas darinya jika kau ingin pergi. Aku tidak bisa menjamin keselamatanmu jika sosok lain muncul lagi dari Jungkook."
Perkataan Yoongi berhasil mengalihkan atensi Heejin. Gadis Jung itu perlahan memandang presensi lawan bicaranya yang terlihat frustasi karena keadaan Jungkook saat ini.
Heejin hanya tidak tahu harus berbuat apa, semua perasaannya mati sekarang. Ia berjanji untuk membalaskan dendam, tapi jika begini, ia bisa apa? Dua kemungkinan terlintas cepat melihat keadaan seperti ini, pertama; Jungkook yang melakukannya atau yang kedua; Sosok lain Jungkook yang melakukannya.
Dan jika opsi kedua yang sebenarnya terjadi, maka sia-sia sudah semua yang telah ia lakukan bukan? Jungkook tidak akan mengingat apapun.
"Heejin-ssi." panggilan tersebut membuat gadis Jung itu terkesiap dan berdehem singkat. "Apa keputusanmu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HYPIUM
FanfictionJeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kami rasakan. Semua tidak pada rencana. Aku yang membutuhkan dia, dan dia yang menginginkan aku.