Sebuah rasa dapat timbul dan mendesak keluar karena sebuah keterbiasaan. Seperti kata orang, cinta datang karena terbiasa, pun nyaman singgah karena keseringan bertatap muka diantara kedua pihak.
Jeon Jungkook meyakini hal tersebut, karena sesungguhnya, ia benar-benar mencintai Heejin---Tidak akan melepaskan gadis itu. Jika dikata ia egois maka Jungkook tidak akan peduli, dan walaupun Heejin belum memiliki perasaan yang sama dengannya, maka Jungkook akan membuat gadis itu mencintainya---Menjadi miliknya.
Karena sesungguh nya, Jungkook ingin bahagia. Sudah cukup ia memendam semua ini---Perbedaannya, dan juga semua kekurangannya.
Sosok lain dalam diri lelaki itu telah mendapatkan sebuah kenyamanan, namun tidak dengan dirinya yang masih saja sama---Merasa terancam dan tidak bisa berbuat apapun.
Dan kali ini, biarlah ia merakit sebuah kapal untuk ia ayunkan pada kebahagiaan bersama Heejin di ujung sana. Karena sungguh, istrinya berbeda. Satu sisi gadis itu terus saja berusaha menarik Jungkook untuk terus mendekat, menjamah, dan melakukan sesuatu yang luar biasa. Namun ketauhilah, Jungkook mati-matian menahan hasrat nya, segala keinginan lelaki itu yang ingin memiliki Jung Heejin.
Untuk kali ini, ia akan memulainya dengan berkencan. Seperti pasangan pada umumnya---Pergi ke taman, mengitari sungai Han, atau hanya sekedar memandangi senja sore. Jungkook ingin melakukan semua itu bersama Heejin, hanya dengan gadisnya, istrinya.
Hanya saja, ia tetap harus menjaga dirinya, menahan dirinya agar tetap meneguhkan prinsip untuk menjalaninya secara perlahan. Ia tidak ingin mengecewakan Heejin ataupun membuat gadis itu merasa tidak nyaman atas semua perlakuannya. Tetapi, lebih tepatnya, Jungkook tidak sepenuhnya peduli apakah Heejin menerimanya atau tidak. Karena---Heejin tetap akan dan harus menerimanya.
"Oh shit! Kenapa lama sekali?" gerutunya merasa tidak sabar bertemu dengan Heejin. Karena pada dasarnya, Jungkook benar-benar gugup. Ia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya.
Lelaki Jeon itu saat ini tengah bersandar di depan mobil, bersidekap tangan sembari memainkan kakinya penuh kebosanan.
Setelan formal yang sempat ia gunakan untuk rapat tadi telah berganti menjadi setelan kasual---Jeans sedikit robek di bagian lutut, kaos hitam press body dipadu dengan jaket jeans membuat lelaki itu terlihat segar dan kharismatik.
Hingga hampir 15 menit Jungkook berdiri menunggu, dari arah halaman rumah mereka, nampak Heejin sedikit berlari menuju dimana Jungkook berada.
Gadis itu sangat cantik, penuh dengan pesona yang sangat sulit untuk Jungkook tampik.
Penampilan sederhana gadis itu mampu membuat Jungkook jatuh terlalu dalam. Kemeja biru langit dipadu rok putih diatas lutut membuat Heejin terlihat manis, rambut yang tergerai sempurna hingga sering kali diterpa hembusan angin menambah kesan anggun gadis itu. Dewasa namun tetap menggemaskan, dan juga terlihat---errr ...
Okey. Kau harus menahannya man ...
"Jungkook!"
Panggilan tersebut membuatnya tersentak akan lamunan, menemukan sang istri yang sudah berada di depannya.
"K-Kau sudah siap?" gugup lelaki itu membuat Heejin mengerutkan kedua alisnya "Jja! Ayo berangkat."
Jungkook bergerak melangkahkan kaki menuju kursi penumpang di sebelah kemudi, sembari menggandeng tangan Heejin, ia arahkan gadisnya tersebut memasuki mobil.
"Kita sebenarnya mau kemana?"
Heejin menolehkan paras saat Jungkook memasuki mobil, memandang lelaki itu yang terasa berbeda sore hari ini. Terlihat sangat senang dan bahagia. Dan entah kenapa pula, ia menyukai penampilan Jungkook. Mereka seperti sepasang kekasih yang akan berkencan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYPIUM
FanfictionJeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kami rasakan. Semua tidak pada rencana. Aku yang membutuhkan dia, dan dia yang menginginkan aku.