Dulu saat kecil, Heejin memiliki banyak cita-cita. Semua keinginan gadis itu bahkan ia tulis di sebuah kertas yang selalu ia sembunyikan di bawah bantal. Berharap ketika bermimpi, semua yang ia tulis muncul di depannya. Heejin dulu adalah anak yang periang-Sebenarnya pula, ia juga begitu sekarang. Namun, semuanya seolah tertahan dan tidak bisa ia keluarkan.
Sering kali ia berfikir, sudah benarkah apa yang ia lakukan ini? Sudah tepatkah jalan yang ia tapaki ini? Hal lumrah bagi semua orang memikirkan kembali apa yang ia perbuat, kadang sampai melamun tak tentu waktu.
Ketahuilah Heejin sering melakukannya, ketika malam hari setelah memberikan sebuah ciuman panas pada Jungkook dan laki-laki itu tertidur, Heejin membuka kedua matanya. Ia mengamati secara detail bagaimana bisa ia tiba di tempat ini. Tidur berdua dengan sosok Jeon Jungkook. Perjalanan yang amat panjang untuk sebuah hasil yang tidak akan Heejin sia-siakan.
Sembari mata masih memandang Jungkook, ia terus saja mengamatinya. Wajah rupawan itu, tubuh atas telanjang itu, atau bahkan tangan Jungkook yang tengah menggenggam erat tangannya. Semua hal tersebut, adalah kebiasaan malam Heejin. Selalu dilakukan dan seolah obat tidur untuknya.
Berharap pada rembulan, dengan dirinya yang tengah meyakini diri, atas semua perbuatan ini.
Jungkook. Bagi Heejin, adalah sebuah akar permasalahan yang harus di musnahkan, namun dari hati terkecil gadis itu, Jungkook adalah jawaban, jawaban dari semua yang ia cari. Sebuah rasa, kebingungan, kecanduan, kesenangan, atau bahkan kerinduan-Ada pada Jungkook. Heejin seumur hidup tidak pernah mengalami Euphoria seperti ini, bahkan dengan Taehyung, semua terasa berbeda ketika ia bersama dengan Jungkook.
Diluar dari sebuah rencana tersebut, jika Heejin manusia biasa tanpa dendam. Ia akan dengan bangganya berbicara bahwa Jungkook miliknya, satu-satunya lelaki milik Jung Heejin.
Untuk saat ini, ia tengah berada di sebuah perbatasan antara ingin menyerah dan tetap percaya. Pasalnya, gadis itu tidak lagi mengutuskan diri pada semua rencana yang ia jalani saat pertama kali kemari. Dengan lantang ia suarakan, semua ini akan berakhir. Tidak pada dendam, tidak pula karena perasaan. Heejin tidak percaya pada siapapun sekarang, ia hanya yakin pada akal sehatnya atas semua kemuslihatan yang terang-terangan dialami oleh gadis itu.
Heejin memikirkan matang-matang semua yang terjadi mulai sekarang. Ada satu kebenaran yang terasa semu terungkap, tepatnya kemarin saat ia akan menemui Kim Taehyung. Seseorang menariknya, mengatakan suatu yang semakin membuatnya bimbang dan juga bingung dengan keadaan. Heejin sendiri tidak akan mengambil keputusan dengan gegabah. Ia gadis yang teliti, tidak akan kalah dengan rencana sendiri.
Sejenak, ia menyamankan posisinya, masih menghadap sang suami yang tertidur pulas dengan salah satu tangan merangkul posessive pinggangnya. Mereka sudah pulang, tepatnya sekarang, Heejin berada di atas ranjang yang sama dengan Jungkook. Seperti yang ia bilang tadi, rutinitas malamnya berlanjut di pagi hari saat lelaki itu belum bangun.
Jungkook tidak ingin terlalu lama singgah di rumah sakit, ia meminta pulang esoknya setelah menyuruh beberapa suster atau dokter untuk tidak memasuki kamar inapnya malam itu. Dan sekarang terhitung sehari kepulangan mereka. Karena Jungkook yang keras kepala tidak mau di rawat inap, Heejin sendirilah yang turun tangan untuk mengganti perban lelaki itu.
Masih teringat alasan konyol Jungkook agar ia mengijinkan lelaki itu pulang ke rumah,
'Aku tidak akan membiarkan noona cemburu terlalu lama. Lebih baik kita pulang, dan noona ... Kau bisa menghukum ku saat pulang nanti. Apa saja, asalkan yang panas.'
Sungguh gila memang. Tidak Jungkook, tidak Jeykey, tidak Jeon. Mereka sama saja. Membuatnya ingin mengumpat seketika. Namun, satu hal yang disadari Heejin adalah, Jungkook bisa sembuh. Dengan kata lain, DID lelaki itu kemungkinan besar dapat dihilangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
HYPIUM
Fiksi PenggemarJeon Jungkook Dia benar, aku yang memulai semuanya. Aku yang mengencarkan segala hal untuk menuntut keadilan adikku. Tapi urusan jatuh cinta yang kami rasakan. Semua tidak pada rencana. Aku yang membutuhkan dia, dan dia yang menginginkan aku.