Part 2

662 67 6
                                    


Hati memang kadang tak salah memilih. Namun apa daya jika situasi tak berpihak. Masih sanggupkah bertahan jika dua hati tetap saling mempertanyakan?

****

Suasana kantin di Kyunghee University cukup ramai di jam makan siang. Maklum saja. Mengikuti mata kuliah yang rumit tidak saja menguras otak. Tapi juga menguras energi dan tentu saja energi mereka akan kembali setelah di isi ulang dengan asupan makanan.

Sung Hyun dan Hye In baru saja mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi di sudut kantin. Keduanya menunggu dua pemuda tampan yang menjadi sahabat mereka yang sedang memesan makanan.

"Ohh astaga! Kepalaku pusing sekali dengan tugas dari profesor Jang. Siapa juga yang harus aku wawancarai?"gerutu Hye In sambil menelungkupkan kepala di meja kantin.

"Tenanglah Nona Park. Kita masih ada waktu satu bulan untuk menyelesaikan nya. "sahut Sung Hyun sembari membuka buku sosiologi untuk kuliah berikutnya.

"Memangnya kau sudah dapat ide? "

"Entahlah. Yang pasti dalam otakku yang paling penting dari yang terpenting sekarang adalah... Makan. "

"Dasar menyebalkan! Kenapa mereka berdua lama sekali?!"

"Kau tak lihat antriannya? Kalau bukan karena dua pria itu baik, kau pasti masih berjubel di barisan sana. Bersyukurlah, Nona! "

"Aku tak percaya kenapa aku betah sekali berteman dengan gadis kasar sepertimu?" celetuk Hye In.

"Itu juga yang aku mau tau. "

"Astaga! Dasar kau... "

"Makanan dataaaang!! "seruan itu menginterupsi gerutuan Hye In dari pemuda yang bernama Lee Dong Hae. Sedangkan pria satunya, Cha Eun Woo, memilih mendudukkan dirinya di samping Sung Hyun dan mengangsurkan satu nampan berisi makanan pada gadis itu.

"Bisa tidak tak usah membuat keributan? "tegur Sung Hyun.

"Jahat sekali mulutmu, Sung Hyun-ah. "gerutu Dong Hae setelah duduk di samping Hye In dan melakukan hal yang sama seperti Eun Woo.

"Kali ini Sung Hyun benar Dong Hae-ah. Kau membuatku terkejut! Untung saja aku tak punya riwayat penyakit jantung. Kalau tidak aku bisa mati, Kau tau?! "

Dan kali ini semuanya terdiam mendengar celotehan Hye In. Suasana yang sebenarnya tadi hanya sekedar gurauan menjadi suasana canggung yang mencekam. Menyadari perubahan aura di sekitarnya, membuat Hye In berdehem untuk mencairkan suasana.

"Ahhh.... Mungkin kali ini mulutku yang jahat. Ahahaha.... Ayo makan! "Hye In segera melahap makanan di hadapannya. Terdengar helaan nafas dari ketiga sahabatnya. Dan keempatnya pun makan dalam diam.

Dong Hae yang tak menyukai suasana hening mulai tak nyaman dan mulai berinisiatif membuka obrolan.

"Yak.. Cha Eun Woo! Semalam aku lihat ayahmu di TV. Paman Cha benar benar keren. Penangkapan bandar besar narkoba kemarin sepertinya sangat menyita perhatian dan mendapat apresiasi dari pemerintah. "

"Waahh benarkah?! Hebat!! Sayang sekali semalam aku tak melihatnya. "sahut Sung Hyun.

"Sepertinya begitu. Ayahku bilang mereka sudah melakukan pengintaian sejak beberapa bulan belakangan. Itu juga sebabnya ayah jarang pulang."jawab Eun Woo.

"Menjadi kepala polisi ternyata juga sangat melelahkan ya. Meskipun sebatas kepala polisi Seoul. Belum se Korea Selatan. "ucap Hye In.

"Semua pekerjaan pasti dan selalu ada pahit manisnya, Hye In -ah. "tutur Eun Woo. Memang di antara mereka berempat, Cha Eun Woo lah yang paling memiliki sifat tenang. Pembawaannya yang demikian membuat penyeimbang persahabatan mereka yang kadang tak ubahnya medan perang.

Be A MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang