6.Lamaran

19.4K 1.2K 6
                                        

Perjodohan Aira tidak bisa dielak lagi. Ayah dan Ibunya sangat bahagia karena dia akan menjadi menantu orang kaya. Tapi hati Aira yang menangis, apa mereka tahu sebagai orang tuanya?.

"Entah kenapa aku belum bisa menerima kenyataan ini" batin Aira. Gadis itu segera berangkat kerja. Dia tidak mau datang terlambat ke sekolah, tempat dia mengajar.

Tiba di sekolah, Aira segera menemui Hanan. Gadis berjilbab itu harus memberi tahu laki-laki yang berniat melamarnya walaupun dia harus kecewa dengan keputusan Aira.

Di kantin sekolah, Hanan sudah menunggu Aira karena gadis itu sudah memberitahunya ada hal penting yang ingin dia bicarakan. Sudah lama Hanan menyukai gadis itu hingga dia berniat melamar Aira bulan depan. Hanan tahu gadis seperti Aira tidak mau berpacaran sebelum menikah.

Hanan melihat Aira datang menghampirinya di kantin. Suasana di kantin masih sepi karena guru-guru banyak yang mengajar. Gadis itu duduk di depan meja Hanan.

"Ingin bicara apa, Aira?" tanyanya penasaran setelah Aira duduk.

"Kan Hanan, Aira minta maaf. Aira akan dijodohkan oleh kedua orang tua Aira, tiga hari lagi laki-laki itu akan melamar secara resmi" jawab Aira pelan. Dia melihat wajah Hanan begitu kaget. Ada gurat kecewa di wajah teduhnya.

"Benarkah?. Aira setuju?" tanya Hanan lagi, dia merasa kurang yakin.

"Aira bisa apa, Kak. Orang tua laki-laki itu sudah banyak membantu keluarga Aira. Aira tidak mungkin membuat orang tua Aira kecewa" jawab Aira degan raut wajah sedih.

"Mungkin, Aira bukan jodoh kakak" kata Hanan pasrah. Dia juga merasa sedih dan berusaha menerima kenyataan itu.

"Semoga Kak Hanan mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Aira, ya" doa Aira tersenyum, tapi hatinya begitu sakit mengucapkan kata itu.

"Aamin" sahut Hanan tersenyum. Entah, apakah bisa dia mencari pengganti Aira dalam waktu cepat.

***

Keluarga Pak Malik datang setelah sholat Isya' untuk melamar Aira secara resmi. Gadis itu hanya mengurung diri di dalam kamar. Sampai ibunya memanggilnya beberapa kali.

Bu Rahman masuk ke dalam kamar Aira sambil menahan rasa kesal dengan sikap anak gadisnya itu.

"Aira, hormatilah Pak Malik. Jangan membuat ayahmu malu. Ayo keluar!!" ajak Ibu Aira memaksanya.

Akhirnya dengan terpaksa Aira keluar juga dari kamar kemudian duduk di antara mereka. Setelah panjang lebar, acara lamaran berakhir dengan keputusan akad nikah dua minggu lagi. Gila!!.

Keluarga Azzam sudah menyanggupi persiapan pernikahan secepat itu. Kata Pak Malik keluarganya tak perlu repot-repot, semua persiapan pernikahan akan diurus oleh anaknya. Wow, banget. Sebenarnya siapa yang mau minta cepat menikah. Siapa lagi kalau bukan Azzam Aditya Malik. Laki-laki itu benar-benar tidak akan melepaskannya.

***

Di sekolah, Aira mencurahkan isi hatinya dengan Airin sahabatnya sekaligus teman mengajarnya.

"Apa!! Kamu mau nikah dengan Azzam" teriak Airin tidak percaya.

Airin tahu tentang Azzam karena dia sahabat Aira sewaktu kuliah. Aira hanya mengangguk tidak bersemangat.

"Ssst. Jangan teriak seperti itu dong, Rin" kata Aira pelan sambil menoleh ke kanan-kiri. Malu kalau sampai didengar rekan kerja lainnya.

"Bagaimana bisa, Ra? Kamu kan, benci banget dengan tuh cowok" tanya Airin heran.

"Aku juga nggak tahu" jawab Aira sambik mengangkat bahu.

"Kamu cinta dia, kan?" tanya Airin.

"Nggak!!" jawab Aira singkat.

"Lho, kok bisa?" Airin masih bingung. Bagaimana bisa, tiba-tiba Aira akan menikah dengan musuhnya sewaktu kuliah dulu.

"Aku terpaksa menerimanya karena kami dijodohkan" jelas Aira. "Ayahku kenal dengan papanya."

"Terus, Kak Hanan bagaimana?" tanya Airin yang tahu kalau Hanan berniat akan melamar sahabatnya itu.

"Aku sudah memberitahunya. Dan dia bisa mengerti dengan kondisi yang aku alami, Rin" jawab Aira lagi.

"Kasihan banget Kak Hanan" ujar Airin merasa iba dengan laki-laki sholeh itu.

"Aku jadi merasa bersalah dengan Kak Hanan, Rin. Aku tahu dia pasti sangat kecewa dengan kabar ini" gumam Aira sendu.

"Mungkin Azzam lah jodoh kamu selama ini, Ra" ucap Airin mengingatkan agar Aira ikhlas menerima perjodohan kedua orang tuanya.

"Nggak ada dalam bayanganku, aku suka dengan laki-laki brengsek seperti dia" oceh Aira kesal dengan keputusan kedua orang tuanya.

Airin bisa merasakan kesedihan yang sahabatnya alami. Aira pun diam tidak ingin membahas hal itu lagi.

***

Semua persiapan pernikahannya dengan Aira telah Azzam selesaikan. Ketika Azzam mengajak Aira untuk mengambil gaun pengantin untuk akad nikahnya nanti, gadis itu menolaknya. Dia tidak mau pergi hanya berdua saja dengan Azzam. Akhirnya Ibu Aira ikut menemani anak gadisnya itu karena merasa tidak enak dengan calon menantunya. Azzam kemudian menjemput Aira dan ibu mertuanya di rumah.

"Ayo, Aira. Azzam sudah menunggu di luar" ujar ibunya gregetan melihat anaknya begitu lambat jika Azzam datang.

"Iya, sabar, Bu. Orang yang maksa Aira ikut pergi kan dia. Jadi ya, tunggu saja sana" sungut Aira sambil merapikan jilbab yang dipakainya.

"Anak ini kalau dibilang ada aja jawabannya" balas Ibu Aira. Wanita itu meninggalkan kamar anaknya.

Tak lama kemudian Aira keluar menyusul ibunya yang sudah menunggu di luar rumah bersama Azzam.

"Ayo, Nak Azzam. Tuh Aira sudah siap" ujar Ibu Aira melihat anaknya keluar rumah.

Azzam tersenyum melihat calon istrinya itu. "Cantik" gumam Azzam di dalam hatinya sambil menatap Aira.

"Lihat apa?. Buruan, aku banyak pekerjaan lain" ketus Aira sambil mendahului Azzam dan ibunya berjalan ke arah mobil Azzam yang parkir di luar halaman rumah.

"Ck. Anak ini, buat malu saja" omel ibu Aira di dalam hatinya sambil menatap anaknya dengan kesal.

"Maaf atas ucapan Aira, ya Nak Azzam" ucap ibu Aira merasa tidak enak dengan Azzam.

"Tidak apa, Bu. Ayo" ajak Azzam sambil menekan kunci mobilnya agar pintu mobil bisa Aira buka.

Gadis itu bersiap-siap membuka pintu belakang. Dia tidak mau duduk di samping Azzam. Namun tangan ibunya cepat menghalanginya dan menyuruhnya untuk duduk di depan bersama Azzam. Aira menolak, tapi langsung mendapatkan tatapan tajam dari ibunya.

Azzam tersenyum tipis melihat Aira membuka pintu mobil bagian depan. Calon ibu mertuanya begitu memihak kepadanya. Dengan wajah ditekuk, Aira kemudian duduk di samping Azzam. Sepanjang jalan dia sedikitpun tidak menoleh ke arah Azzam apalagi sampai membuka suara. Hanya ibunya yang sekali-sekali bertanya dengan Azzam.

Tiba di sebuah butik ternama, Azzam mengajak calon Mertua dan calon istrinya masuk ke dalam butik.

"Mas Azzam, sudah mau diambil?. Tidak mau dicoba dulu gaunnya?" tawar Inneke, salah satu karyawan di butik itu.

"Mau dicoba dulu, nggak?" tanya Azzam melihat Aira. "Gaunnya dibuat sesuai dengan ukuran yang diberikan ibu tempo hari."

"Nggak perlu" jawab Aira singkat.

"Hmm, sepertinya ukuran gaunnya pas karena mengikuti contoh ukuran baju yang sering dipakai Mba Aira" sela Inneke sambil mengamati tubuh Aira.

"Oya, seragam untuk keluarga juga sudah jadi kan?" tanya Azzam lagi.

"Iya, sudah jadi juga. Nanti karyawan lain yang akan mengambilkannya" jawab Inneke.

Setelah mengambil gaun pengantin mereka pun pulang. Namun Azzam mengajak calon mertuanya untuk makan dulu sebelum dia antar kembali ke rumah. Tentu saja ajakan Azzam itu membuat wajah Aira semakin tidak suka. Tapi Azzam tidak peduli.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang